Festival Pamalayu untuk Meluruskan Sejarah Dharmasraya
›
Festival Pamalayu untuk...
Iklan
Festival Pamalayu untuk Meluruskan Sejarah Dharmasraya
Pemerintah Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat, mengadakan Festival Pamalayu pada 22 Agustus 2019-1 Januari 2020. Festival itu merupakan ikhtiar untuk meluruskan sejarah Ekspedisi Pamalayu oleh Kerajaan Singosari ke Kerajaan Malayu di Dharmasraya.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PADANG, KOMPAS -- Pemerintah Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat, mengadakan Festival Pamalayu pada 22 Agustus 2019-1 Januari 2020. Festival itu merupakan ikhtiar untuk meluruskan sejarah Ekspedisi Pamalayu oleh Kerajaan Singosari ke Kerajaan Malayu di Dharmasraya.
Bupati Dharmasraya Sutan Riska Tuanku Kerajaan di Padang, Senin (19/8/2019), mengatakan, narasi terkait tujuan Ekspedisi Pamalayu untuk menaklukkan Kerajaan Malayu di Dharmasraya tidak tepat. Melalui Festival Pamalayu, pemerintah kabupaten hendak meluruskan sejarah Ekspedisi Pamalayu dan menggali sejarah kerajaan-kerajaan di Dharmasraya.
“Ekspedisi Pamalayu bukan penaklukan Jawa terhadap Sumatra. Ekspedisi Pamalayu untuk mempersatukan dan memperkuat hubungan Jawa dan Sumatra,” kata Sutan Riska.
Ekspedisi Pamalayu bukan penaklukan Jawa terhadap Sumatra. Ekspedisi Pamalayu untuk mempersatukan dan memperkuat hubungan Jawa dan Sumatra
Menurut Sutan Riska, alih-alih penaklukan Malayu, Ekspedisi Pamalayu justru upaya Singosari mencari aliansi ke tanah Sumatra. Singosari menghimpun kekuatan untuk menghadapi Kerajaan Mongol. Itu terlihat dari pemberian arca Amoghapasa oleh Raja Singosari Kertanegara kepada Raja Malayu Tribhuwanaraja Mauliwarmadewa dalam Ekspedisi Pamalayu sebagai tanda persahabatan.
Sutan Riska melanjutkan, persahabatan yang dijalin oleh Singosari dengan Malayu merupakan peradaban yang sangat baik dan semestinya terus berlanjut. Nilai-nilai persatuan dan persahabatan dua kerajaan itu dapat dikembangkan dan diterapkan dalam konteks masa kini.
Sejarah lengkap Ekpedisi Pamalayu akan dibahas pada peluncuran festival di Museum Nasional, Jakarta, pada 22 Agustus 2019. Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hilmar Farid menjadi pembicara kunci. Adapun pemateri lainnya Sutan Riska; Wenri Wanhar, sejarawan dari Perkumpulan Wangsamudra; dan Bambang Budi Utomo, peneliti utama Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.
Peluncuran Festival Pamalayu dilakukan 22 Agustus karena bertepatan dengan tanggal pengiriman arca Amoghapasa pada 22 Agustus 1286. Pemilihan tempat di Museum Nasional karena dua arca dari Dharmasraya, Amoghapasa dan Bhairawa, tersimpan di sana.
“Puncak festival pada 7 Januari karena bertepatan dengan HUT Kabupaten Dharmasraya ke-16. Selain peluncuran, kegiatan lainnya berlangsung di Dharmasraya,” ujar Sutan Riska.
Selain meluruskan sejarah, festival Pamalayu juga terinspirasi dari berbagai peninggalan sejarah dan budaya di Dharmasraya. Sebagai salah satu pusat peradaban Sumatra masa lampau, Dharmasraya punya banyak peninggalan, seperti Candi Pulau Sawah dan Candi Padang Roco, yang tengah diekskavasi.
Selain itu, kerajaan kuno dengan berbagai peninggalannya juga masih eksis di Dharmasraya. Kerajaan-kerajaan itu antara lain Pulau Punjung, Siguntur, Padang Laweh, dan Koto Besar.
Pariwisata
“Dengan adanya Festival Pamalayu, kami berharap berbagai peninggalan itu mendapat perhatian pemerintah pusat dan dunia internasional,” kata Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata dan Pemuda Olahraga Sutan Henri. Dengan demikian, potensi peninggalan-peninggalan itu dapat dimaksimalkan, baik untuk ilmu pengetahuan maupun pariwisata.
Menurut Sutan Henri, Festival Pamalayu merupakan ajang pariwisata yang memiliki semangat menggali, mengkaji, dan memanfaatkan sejarah Dharmasraya. Hal itu dilakukan melalui berbagai kegiatan dalam rangkaian festival, antara lain workshop heritage dan trip jurnalis; lomba penulisan, foto, dan vlog terkait sejarah Dharmasraya dan Ekspedisi Paramalayu; pameran artefak kuno; serta Karnaval Arung Pamalayu.
“Selain itu, Festival Pamalayu juga menggelar acara yang melibatkan semua masyarakat seperti jalan sehat, pawai hari jadi Dharmasraya, dan pesta rakyat,” ujar Sutan Henri.
Pemerintah Kabupaten Dharmasraya menargetkan festival yang baru pertama kali diadakan itu sebagai acara tahunan. Dengan banyaknya peninggalan sejarah dan budaya, pemkab akan mengusulkan ke presiden melalui Kemendikbud untuk dibuatkan museum di Dharmasraya. Lokasi yang memiliki nilai sejarah dan budaya di sana ditargetkan pula menjadi kawasan strategis nasional yang masuk ke program Indonesia Pusaka.