Sebanyak 31 foto, yang mengangkat tema tentang bambu, hasil jepretan dari 31 fotografer, dipamerkan di Santrian Art Gallery di Griya Santrian Beach Resort and Spa, Sanur, di Kota Denpasar, mulai Minggu (18/8/2019) hingga Jumat (6/9/2019).
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·3 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Sebanyak 31 foto, yang mengangkat tema tentang bambu, hasil jepretan dari 31 fotografer, dipamerkan di Santrian Art Gallery di Griya Santrian Beach Resort and Spa, Sanur, di Kota Denpasar, mulai Minggu (18/8/2019) hingga Jumat (6/9/2019). Para fotografer mengabadikan keberadaan dan kegunaan bambu dalam kehidupan manusia Bali.
Pameran foto dan sekaligus lomba foto bertajuk ”Memuliakan Bambu” itu digelar menjelang penyelenggaraan Sanur Village Festival (SVF) 2019 yang berlangsung pada 21-25 Agustus. Festival di Sanur itu mengangkat tema tentang bambu, yakni ”Dharmaning Gesing”, yang dapat dimaknai sebagai pemuliaan pada bambu. Adapun foto-foto yang dipamerkan dipilih dari ratusan foto yang dikirimkan melalui media sosial Facebook.
Proses kurasi yang dikerjakan Iwan Darmawan menghasilkan 31 foto karya 31 fotografer, di antaranya Anom Manik Agung, Edy Gautama, I Wayan Bayu Antara, Ida Bagus Putu Andi Sucirta, Raka Bujangga, Rudi Waisnawa, dan Wiradiputra. Foto-foto yang dipamerkan menunjukkan beragam guna dan peran bambu dalam kehidupan manusia, terutama masyarakat di Bali.
”Bambu banyak digunakan dalam kehidupan masyarakat di Bali, mulai dari bahan makanan sampai kebutuhan upacara,” kata Ketua Umum Sanur Village Festival (SVF) 2019 Ida Bagus Gede Sidharta Putra, yang juga Ketua Yayasan Pembangunan Sanur dan pemilik Grup Hotel Santrian, menjelang pembukaan pameran itu, Minggu malam.
Bambu digunakan dalam siklus kehidupan manusia, mulai kelahiran hingga kematian. Bambu banyak ditebang karena dibutuhkan, tetapi sedikit yang ditanam kembali. (Popo Danes)
Arsitek Bali Popo Danes mengungkapkan, bambu banyak gunanya bagi kehidupan masyarakat, tetapi kurang diapresiasi keberadaannya. Bambu banyak ditebang karena dibutuhkan, tetapi sedikit yang ditanam kembali. Popo menambahkan, bambu digunakan dalam siklus kehidupan manusia, mulai kelahiran hingga kematian.
”Sekeren-kerennya orang Bali, ketika dia meninggal tetap tidak bisa lepas dari bambu,” kata Popo ketika memberikan pemaknaan tentang bambu dalam malam pembukaan pameran foto itu.
Popo menambahkan, teknologi dan arsitektur yang berkembang pesat ternyata masih membutuhkan kehadiran bambu dan bahan-bahan lokal. ”Pembangunan skyscraper (gedung pencakar langit) di China juga masih mengandalkan bambu,” ujar Popo.
Pameran dibuka Wakil Wali Kota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara. Para fotografer mengabadikan beragam bentuk, kegunaan, dan momen yang berkaitan dengan bambu. Wayan Naya, misalnya, membidikkan lensanya ke arah alat musik gamelan genggong yang berbahan baku bambu.
Adapun I Wayan Bayu Antara melalui fotonya yang berjudul ”Terbang” mengarahkan lensanya ke layang-layang yang rangkanya terbuat dari bambu. Melalui foto berjudul ”Pasung”, Rudi Waisnawa memotret dipan bambu yang ditiduri seseorang dengan kaki dirantai.
Jaya Negara mengungkapkan foto menunjukkan gambaran yang obyektif dan memberikan beragam makna di balik foto. Foto dapat memberikan motivasi dan sekaligus kritik. ”Pameran ini memberitahukan kepada kita semua tentang keberadaan bambu yang ternyata banyak dibutuhkan, tetapi kurang diperhatikan,” kata Jaya Negara.