Pembangunan sumber daya manusia, dalam lima tahun mendatang, akan menjadi fokus perhatian pemerintah. Asa baru terbentang di HUT Ke-74 RI. Presiden Joko Widodo dalam pidato kenegaraan dalam Sidang Bersama DPR dan DPD, 16 Agustus 2019, sangat menekankan pentingnya pembangunan SDM.
Catatan Kompas, kata SDM bahkan muncul paling banyak dibandingkan dengan kata lain, yaitu 14 kali, disusul ilmu pengetahuan 11 kali, dan teknologi 8 kali. Berbeda dengan pidato tahun 2018, kata yang paling sering digunakan ialah ekonomi (24), pembangunan (20), dan infrastruktur (11).
Pendiri bangsa, Soekarno dan Mohammad Hatta, selalu memperhatikan pentingnya pembangunan SDM. Entah mengapa, dalam turunan kebijakan pembangunan kemudian justru acap menomorduakannya bahkan meminggirkannya.
Bung Karno dalam pidatonya pernah menyinggung pentingnya revolusi mental bagi bangsa Indonesia. Dalam pidato HUT RI 17 Agustus 1957, sang proklamator itu menekankan pentingnya manusia Indonesia menjadi bangsa pejuang yang percaya diri, berdaulat, dan berdikari.
Hatta dalam pidato tentang Ekonomi Indonesia di Masa Datang di Yogyakarta, 3 Februari 1946, menekankan pentingnya sifat, kecakapan, serta cita-cita rakyat, selain kekayaan tanah dan kedudukan negara di lingkungan internasional.
Sebagai bangsa, kita juga perlu belajar dari bangsa lain. Korea Selatan yang merdeka 15 Agustus 1945, hanya dua hari lebih awal dari Indonesia, kini melesat menjadi bangsa maju. Bangsa yang awalnya oleh Jenderal MacArthur disebut feodal, korup, dan bukan bangsa pekerja ini telah berubah menjadi bangsa yang sangat produktif, disiplin, bekerja keras, dan bekerja cepat.
Untuk menghadapi abad ke-21 ini, Tony Wagner, ahli inovasi dari Universitas Harvard, pun menekankan pentingnya peningkatan kualitas SDM. Ada tujuh keahlian yang menjadi penentu: berpikir kritis dan kemampuan menyelesaikan masalah; berkolaborasi dan kemampuan memengaruhi; tangkas dan adaptif; inisiatif dan jiwa kewirausahaan; komunikatif secara lisan dan tulisan; kemampuan mengakses, menganalisis informasi; serta memiliki rasa ingin tahu dan imajinasi.
Semua itu terangkum dalam Pidato Kenegaraan Presiden Joko Widodo. SDM yang unggul diterjemahkan Jokowi sebagai orang yang berhati Indonesia, berideologi Pancasila, toleran, berakhlak mulia, terus belajar, bekerja keras, dan berdedikasi. Kita semua pun diajak untuk meninggalkan cara-cara lama dan beradaptasi dengan cara-cara baru.
Kita berharap Presiden Jokowi selaku kepala negara ada di barisan terdepan untuk terus mengingatkan pentingnya SDM. Isi pidato kenegaraan Presiden itu hendaknya juga menjadi perhatian jajaran eksekutif pusat, provinsi, kabupaten/kota, legislatif, yudikatif, lembaga kuasi negara, beserta segenap masyarakat madani. Pekerjaan rumah bangsa ini terkait SDM masih banyak tersisa. Semua harus mengambil langkah untuk menghadapi perubahan supercepat abad ke-21.