Api Dekati Rumah Warga
Kebakaran di sejumlah wilayah Indonesia makin rentan melumpuhkan aktivitas masyarakat. Penanganan intensif dibutuhkan untuk mencegah hal lebih buruk di kemudian hari.
BAYUNG LENCIR, KOMPASKebakaran di Desa Muara Medak, Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, terus membesar. Api bahkan mulai mendekati rumah warga.
Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sumsel menyebut, kebakaran menghanguskan lahan seluas 3.290 hektar. Proses pemadaman dari darat dan udara terus dilakukan. Hingga Senin (19/8/2019), delapan helikopter dikerahkan. Helikopter telah menyiramkan air sebanyak 132 kali.
Kepala Desa Muara Medak Marudut Panjaitan mengatakan, kebakaran yang mulai terjadi sejak Senin (12/8) terus meluas. Kebakaran bermula dari Dusun IV, kemudian meluas hingga ke Dusun V, IX, dan X. Akibat kejadian itu, 502 rumah tangga terdampak asap. ”Beberapa warga juga dievakuasi karena rumahnya dekat dengan titik api,” kata Marudut. Jarak api dengan permukiman warga sekitar 200 meter.
Menurut dia, warga tidak diam menghadapi kebakaran ini. Namun, mereka terkendala keterbatasan alat dan pasokan air. Di Dusun IX, warga mengandalkan mobil tangki untuk mengangkut air dari sungai menuju ke titik api lantaran selang yang ada kurang panjang.
Wujud Witomo (74) menjadi salah seorang warga Dusun IX yang sibuk memadamkan api di lahan seluas lebih dari 10 hektar dengan alat terbatas. ”Kami tidak punya alat memadai. Alat semprot pembasmi hama pun kami gunakan,” katanya. Lahan sawit miliknya berjarak kurang dari 500 meter dari titik api.
Camat Bayung Lencir Akhmad Toyibir menuturkan, pemerintah telah menyiapkan sejumlah langkah untuk membantu korban yang terpapar asap. Langkah itu seperti membangun dapur umum dan posko kesehatan serta mengevakuasi warga. ”Tidak hanya warga sekitar Desa Muara Medak, Suku Anak Dalam juga dievakuasi,” kata Akhmad.
Petugas posko kesehatan di Dusun IX, dr Diah Andini, menyebutkan, ada 70 warga yang berobat dan 80 persen menderita infeksi saluran pernapasan akut. Selain itu, untuk mengurangi dampak asap, sekolah dasar di sana juga diliburkan sementara.
Membakar sekolah
Api bahkan membakar SDN 19 Mempawah Timur, Dusun Tekam, Desa Sejegi, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat. Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Mempawah Sawardi mengatakan, SD terbakar pada Sabtu sekitar pukul 01.00. ”Jumlah siswa di sana 12 orang, terdiri atas dua kelas, kelas II dan VI. Saat kejadian, tidak ada siswa di sekolah,” ujar Sawardi.
Di Kota Jambi, semua siswa TK dan SD kelas I-IV di Kota Jambi juga diliburkan. Sementara siswa kelas V dan VI masuk mulai pukul 09.00. Kebijakan itu diambil Wali Kota Jambi Syarif Fasha setelah melihat kualitas udara berbahaya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Jambi Ardi mengatakan, kondisi terburuk terjadi pada pukul 08.00-10.00. Dalam dua hari terakhir, kualitas udara PM (particulate matter) 2,5 menyentuh indeks di atas 400, yang artinya berbahaya untuk kesehatan. Adapun di Sumatera Utara, api membakar perbukitan Danau Toba di Kabupaten Samosir, Senin. Kabut dari kebakaran lahan yang mencapai 120 hektar itu mengganggu aktivitas pariwisata.
Pegiat lingkungan Danau Toba, Wilmar Simanjorang, mengatakan, paparan asap terasa di Kecamatan Sianjur Mulamula, Harian, Sitiotio, dan sebagian Pangururan. Api melahap hutan pinus dan lalang di perbukitan Danau Toba di Kecamatan Sianjur Mulamula. Nyala api dan asap pun tampak jelas dari sejumlah destinasi wisata, seperti Pusat Informasi Geopark Kaldera Toba Sigulatti dan Batu Hobon.
Kepala Bidang Perlindungan dan Pengamanan Hutan Dinas Kehutanan Sumut Yuliani Siregar mengatakan, petugas tidak bisa berbuat banyak karena api berada di lahan terjal dan tidak bisa diakses kendaraan. Untuk berjalan kaki pun sangat sulit. Kebakaran, menurut Yuliani, dipicu pembakaran di ladang masyarakat atau kawasan hutan yang dimanfaatkan masyarakat menjadi padang penggembalaan ternak.
Perusahaan disegel
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyegel tiga perusahaan perkebunan yang diduga lahan konsesinya terbakar di Kalimantan Tengah. Tiga perusahaan itu ada di Kota Palangkaraya dan Kabupaten Kapuas. Direktur Jenderal Penegakan Hukum KLHK Rasio Ridho Sani mengatakan, pemerintah sudah berkomitmen serius menegakkan hukum dalam kejadian kebakaran hutan dan lahan. (ITA/RAM/ESA/NSA/ZAK/IDO)