Tanker Iran, Grace 1, dibebaskan otoritas Gibraltar dan kini berlayar ke Yunani setelah tercipta kesepakatan dalam perundingan rahasia antara Iran dan beberapa negara Eropa.
KAIRO, KOMPAS— Tanker Iran, Grace 1, Senin (19/8/2019), meninggalkan Selat Gibraltar menuju Kalamata, Yunani, setelah otoritas Gibraltar secara mengejutkan pada Kamis lalu membebaskan tanker tersebut yang mereka tahan sejak 4 Juli lalu itu. Iran mengubah nama kapal tanker itu menjadi Adrian Darya 1.
Televisi Al Jazeera mengungkapkan, keputusan otoritas Gibraltar membebaskan tanker Iran tersebut diambil setelah digelar perundingan rahasia antara Iran dan sejumlah negara Eropa, seperti Inggris, Perancis, Jerman, dan Spanyol.
Perundingan rahasia itu digelar secara bergantian di Teheran, Madrid, London, dan Paris. Oman dan Irak disebut ikut mendorong digelarnya perundingan Eropa-Iran tersebut.
Menurut Al Jazeera, perundingan Eropa-Iran menghasilkan beberapa kesepakatan. Pertama, Eropa-Iran terus berupaya bekerja sama menurunkan ketegangan di Teluk Persia saat ini. Kedua, Eropa menjamin terus masuknya minyak Iran ke pasar Eropa meskipun ada sanksi AS. Ketiga, Iran menjamin tanker Grace 1 menuju pasar Eropa, bukan ke Suriah seperti dituduhkan AS.
Keempat, Iran berjanji membebaskan tanker Inggris, Stena Impero, yang ditahan Garda Revolusi Iran pada 19 Juli pada waktu yang tepat. Kelima, Eropa terus berkomitmen pada kesepakatan nuklir Iran (JCPOA) dan menolak sanksi AS terhadap Iran.
Ancaman Iran
Di Teheran, Iran mengancam Washington jika AS mencoba mencegat tanker Iran yang berlayar menuju Yunani. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Abbas Mousavi, seperti dilansir Al Jazeera, Senin, mengungkapkan, Iran telah melayangkan ancaman kepada AS melalui surat kepada Kedubes Swiss di Teheran yang mewakili kepentingan AS di Iran. Teheran dalam surat itu mengancam, jika AS mencegat tanker Grace 1, akan terjadi dampak luar biasa.
Kemlu Iran menyampaikan, jika AS mencegat tanker Grace 1, hal itu dikategorikan ancaman terhadap keselamatan pelayaran di perairan internasional. Teheran juga menyampaikan siap mengirim kapal perang untuk mendampingi tanker Grace 1 hingga mencapai tujuan akhir pelayaran.
Ancaman Iran tersebut disampaikan setelah AS menyampaikan nota keberatan kepada otoritas Gibraltar dan meminta tetap menahan tanker Iran. Otoritas Gibraltar menolak permintaan AS dengan alasan bahwa sanksi AS terhadap Iran tidak berlaku bagi Eropa.
Departemen Kehakiman AS, Jumat lalu, meminta otoritas Gibraltar menahan tanker Grace 1 dengan dalih, tanker itu memiliki hubungan dengan Garda Revolusi Iran yang telah ditetapkan AS sebagai organisasi teroris. Otoritas Gibraltar menolak permintaan itu dengan alasan, Uni Eropa tidak menetapkan Garda Revolusi Iran sebagai organisasi teroris.
Tawaran solusi
Di tengah mulai mencairnya krisis tanker itu, Iran kembali melobi negara tetangganya dengan menawarkan dua solusi untuk mengakhiri ketegangan di Teluk Persia saat ini. Menlu Iran Mohammad Javad Zarif, Minggu (18/8), mendadak mengunjungi Kuwait dan menemui Putra Mahkota Sheikh Nawaf Ahmed al-Sabah dan Menlu Kuwait Sheikh Sabah Khaled al-Hamd al-Sabah.
Dalam pertemuan tersebut, Zarif menawarkan dua solusi untuk mengakhiri ketegangan di Teluk Persia saat ini. Pertama, membentuk forum dialog regional secara permanen. Kedua, penandatanganan pakta tidak saling bermusuhan dan menyerang antar-negara di Teluk Persia serta membentuk satuan maritim bersama untuk mengamankan kawasan Teluk Persia.
Televisi Al Jazeera melansir, Kuwait berjanji mempelajari tawaran dua solusi tersebut dan akan menyampaikan hal itu kepada negara-negara Arab Teluk lain, seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain, Qatar, dan Oman.