Warga Lansia di Surabaya Dibuat Bahagia
”Lumayan, bisa dapat penghasilan dan sehat,” kata Sujono (65) ketika ditanya alasan masih bekerja meski usia senja. ”Saya sangat bersyukur Pemkot Surabaya memberikan kesempatan begini, sekaligus bisa menutup semua biaya hidup,” ujar bapak tiga anak ini.
”Lumayan, bisa dapat penghasilan dan sehat,” begitu kata Sujono (65) ketika ditanya alasan masih bekerja meski usia senja. ”Saya sangat bersyukur Pemkot Surabaya memberikan kesempatan begini, sekaligus bisa menutup semua biaya hidup,” ujar bapak dari tiga anak ini.
Pemerintah Kota Surabaya, kata Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, memang membuka peluang bagi warga lanjut usia (lansia) yang masih kuat dan sehat untuk ”bekerja lagi”. Pekerjaannya juga tidak terlalu berat, antara lain membersihkan sarana di ruang terbuka, seperti lampu di taman, bola-bola di trotoar, dan rambu lalu lintas.
Dengan aktif bekerja, lansia tidak pikun dan sehat. Kalau diam saja, justru segala penyakit muncul.
Risma menyebutkan, cara ini tidak hanya untuk memberikan sumber penghasilan bagi orang lansia, tapi justru lebih dari itu, mereka bisa menemukan kembali kebahagiaannya.
”Dengan aktif bekerja, lansia tidak pikun dan sehat. Kalau diam saja, justru segala penyakit muncul,” ujar Risma memberikan alasan penduduk lansia diberdayakan lagi.
Baca juga : Pembangunan Kota Surabaya Menyejahterakan Warga
Perhatian bagi orang lansia di kota dengan penduduk 3,2 juta jiwa ini tidak hanya memberikan kesempatan beraktivitas. Warga yang kurang mampu juga diberi jatah makan gratis sekali setiap hari, diantar langsung oleh petugas dari dinas sosial.
Bahkan, untuk mengecek kesehatan, penduduk lansia mendapat kesempatan sebulan sekali di kelurahan masing-masing. Di Surabaya juga ada Taman Lansia di Jalan Raya Gubeng yang seluruh sarana di dalam taman itu diperuntukkan bagi penduduk lansia.
Bagi Katarina (65) dan Hertina Susanti (72), penduduk lansia yang tinggal di Kelurahan Gunung Anyar, bertemu rutin setiap Rabu pada minggu kedua saban bulan di balai kelurahan selalu ditunggu. Mereka merasa pertemuan yang diinisiasi oleh Pemkot Surabaya bagi penduduk lansia di kota ini cukup membuat hati gembira.
Dalam pertemuan sekitar dua jam itu, selalu dilakukan cek kesehatan karena pasti ada dokter dan perawat dari puskesmas terdekat.
”Tidak hanya dicek kesehatannya, tempat tinggal kami juga dipantau. Ada tim dari dinas sosial untuk memastikan bahwa lansia berada dalam rumah yang sehat dan ada pendampingnya, ya, anak atau asisten rumah tangga,” kata Katarina, yang rutin setiap Sabtu ikut senam lansia di balai kelurahan.
Penduduk lansia yang rutin bertemu dan berkumpul di balai kelurahan atau RW benar-benar dipantau kesehatannya. Mereka juga diajak rekreasi keliling Kota Surabaya atau ke daerah lain di luar Jawa Timur. ”Tahun lalu kami piknik ke Jepara, Jateng,” kata Hertina. Semua senang meski perjalanan ke Jepara dari Surabaya naik bus.
Pemkot Surabaya berupaya mencukupi kebutuhan-kebutuhan dasar yang dibutuhkan warga lansia. Bantuan berupa makanan bergizi, obat-obatan, serta tempat tinggal diberikan kepada penduduk lansia yang masih membutuhkan.
Tahun lalu kami piknik ke Jepara, Jateng.
Wali Kota Risma menuturkan, warga lansia menjadi salah satu kelompok yang mendapatkan prioritas dalam berbagai kebijakan. Dalam pemenuhan kebutuhan makan melalui program permakanan, kelompok lansia berjumlah sekitar 20.000 dari total 35.000 penerima manfaat.
Baca juga : Program Permakanan Surabaya Menyasar Lanjut Usia dan Anak Yatim
Makanan dikirim oleh petugas dari Dinas Sosial Kota Surabaya setiap pagi ke rumah masing-masing sebelum pukul 10.00. Nilai makanan yang diberikan selalu bertambah setiap tahun.
Jika di awal program permakanan pada 2012 setiap orang mendapatkan makanan senilai Rp 4.000 per hari, kini menjadi Rp 11.000. Kemasannya juga berubah, dari semula bungkusan kertas menjadi tempat makanan dari plastik agar lebih higienis.
Ada 10 variasi makanan berbeda yang diantarkan petugas kepada warga lansia agar mereka tidak bosan. Setiap hari jatah penerima program sesuai dengan kebutuhan gizi yang direkomendasikan ahli gizi. Jatah itu antara lain nasi, lauk, sayur, buah, dan air mineral.
Risma mengatakan, penerima program permakanan untuk penduduk lansia itu hanya warga tidak mampu yang terdaftar di Basis Data Terpadu Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. Untuk warga lansia, usia minimal 60 tahun, tinggal seorang diri, dan anak-anaknya tak sanggup membiayai.
”Pemkot Surabaya memberikan makanan gratis karena ingin memastikan tidak ada warga yang tidak bisa makan. Sebab, makan adalah salah satu kebutuhan dasar yang harus dipenuhi manusia setiap hari,” ucap Risma.
Baca juga : Kaum Lanjut Usia Diberi Hak Lebih Besar
Warga lansia, sebagai salah satu penerima, merupakan penduduk yang memiliki risiko tinggi mendapatkan masalah kesehatan, baik fisik, mental, maupun sosial. Warga lansia umumnya mengalami penurunan kemampuan, seperti penurunan kemampuan fisik, emosional, mobilitas, berinteraksi sosial, dan tingkat kesehatan.
Akibatnya, tidak semua penduduk lansia dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara layak dan hidupnya bergantung pada bantuan keluarga atau orang lain. Melalui program permakanan, diharapkan tidak ada orang lansia yang memilih jadi pengemis untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari.
Penerima program permakanan, Maunten (88), mengatakan, makanan dari dinas sosial dihabiskan dalam dua kali makan, yakni pagi dan sore. Setelah mendapatkan makanan tujuh tahun lalu, dia mengaku pola makannya menjadi lebih baik. Penghasilannya sebagai penjual makanan sering kali hanya Rp 10.000 per hari sehingga sulit untuk mencukupi kebutuhan makan dengan baik.
Maunten yang juga menderita penyakit gangguan pernapasan terkadang hanya makan satu kali sehari, dengan nasi tanpa lauk, karena saat itu tidak memiliki uang. ”Kadang-kadang, kalau tidak ada uang, saya makan nasi aking. Yang penting perut terisi,” ujarnya.
Baca juga : Menjaga Lansia Tetap di Dalam Keluarga
Kepala Dinas Sosial Kota Surabaya Supomo mengatakan, mayoritas penduduk lansia di Surabaya tinggal di rumahnya masing-masing. Mereka biasanya tinggal bersama keluarga, seperti anak dan cucu, di rumah yang sama.
Jika ada warga lansia yang telantar karena hidup sebatang kara dan tidak bisa memenuhi kebutuhannya, pihaknya menyiapkan satu panti wreda. ”Ada sekitar 150 penghuni panti wreda di Surabaya. Jumlahnya memang sedikit karena mayoritas lansia tinggal bersama keluarga,” ucapnya.
Ada sekitar 150 penghuni panti wreda di Surabaya. Jumlahnya memang sedikit karena mayoritas lansia tinggal bersama keluarga.
Satu bulan terakhir, Pemkot Surabaya juga ”mengaryakan” penduduk lansia yang masih bisa beraktivitas dengan melakukan pembersihan rambu-rambu lalu lintas serta sarana ruang publik, seperti bola-bola hiasan yang terpasang di seluruh trotoar di Surabaya.
”Mereka diberi kesibukan biar tidak hanya diam, malah penyakit muncul. Beraktivitas, walau setengah hari, hati mereka senang,” kata Risma.
Sebagai imbalan dari membersihkan rambu dan sarana ruang publik dalam jangka waktu dua jam sehari, Pemkot Surabaya memberikan upah yang nominalnya sesuai upah minimum Kota Surabaya pada 2019 yang sebesar Rp 3,8 juta.
”Kalau semua di griya wreda, kan, berat karena butuh ruangan luas, besar, dan perawat yang banyak. Nah, ini diutamakan lansia yang tinggal di rumah sendiri. Jadi, upah yang diterima bisa dipakai untuk bayar listrik, air, dan kebutuhan sehari-hari,” tutur Risma.
”Saya senang ada kerjaan. Enggak terlalu berat dan dapat uang juga bisa dipakai untuk memenuhi kebutuhan seperti bayar listrik, air, dan belanja harian. Hitung-hitung, rekreasi ketimbang diam di rumah,” kata Hanna (68), nenek lima cucu yang tinggal di Rungkut, saat ditemui sedang membersihkan bola di trotoar depan balai kota.