LOMBOK, KOMPAS – Hasil terapi atau intervensi yang dilakukan One Health Collaborating Center (OHCC) Universitas Udayana selama tiga bulan kepada para ibu dan anak yang terdampak gempa bumi di Desa Kekait, Lombok Barat, berdampak postif bagi kesehatan mental ibu dan anak. Rangkaian terapi yang didasari pada kekuatan sentuhan ibu ini menjadi metode dan pendekatan psikologi yang bisa diterapkan di daerah-daerah yang dilalui jalur cicin api.
Sebanyak 168 ibu dan anak rentang usia 5 sampai 12 tahun di Desa Kakait, Lombok Barat mengikuti rangkaian program dukungan kesehatan mental dan psikososial dari NIVEA Sentuhan Ibu dan One Health Collaborating Center (OHCC) Udayana yang didukung Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.
Ketua One Health Collaborating Center Udayana Ni Nyoman Sri Budayanti mengatakan, program ini menunjukkan hasil positif terhadap perubahan kesehatan mental para ibu dan anak yang terdampak bencana gempa bumi pada tahun 2018 lalu. Hasil intervensi menunjukkan para ibu menjadi lebih menghargai hubungan antara ibu dan anak melalui komunikasi dan sentuhan.
"Mereka juga merasakan adanya penurunan tingkat kecemasan dan stress yang dibuktikan melalui mood sheet (kuesioner untuk mengukur suasana hati) yang diisi oleh para ibu sebelum dan sesudah intervensi. Terdapat pula peningkatan pada aspek bonding atau ikatan antara ibu dan anak. Secara umum, lebih dari 85 persen penerima program merasa lebih baik setelah mengikuti program NIVEA Sentuhan Ibu," kata Sri, Senin (19/8/2019).
Program ini menggunakan metode yang dirancang khusus yang didasari oleh kekuatan sentuhan Ibu melalui terapi/intervensi kesehatan mental dan psikososial, yaitu Mindfulness Therapy dan Play Therapy. Berdasarkan data OHCC Udayana pada acara penutupan program, hasil penilaian awal menunjukkan terdapat 168 ibu yang mengalami depresi, kecemasan dan stres tingkat ringan hingga tinggi, serta 109 anak yang merasakan kecemasan pascagempa.
Dengan hasil kajian psikologis dan analisa lapangan tersebut, mereka terbagi menjadi dua kelompok intervensi, yaitu kelompok target yang terdiri dari 128 pasang ibu dan anak, serta kelompok suportif yang terdiri dari 35 pasang ibu dan anak. Kedua kelompok ini telah menerima intervensi terapi sesuai kebutuhan masing-masing.
“Selama program intervensi ini berlangsung, kami juga melibatkan berbagai institusi di Nusa Tenggara Barat, di antaranya RSJ Mutiara Sukma, Kantor Dinas Layanan Sosial Mataram, UIN Mataram, hingga kader dan organisasi pemuda setempat. Program ini menunjukkan perubahan positif kesehatan mental para ibu dan anak yang terdampak bencana. Tidak hanya itu, program ini dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dasar kebencanaan yang dapat menjadi kajian dan pembelajaran bagi civitas akademik, serta bisa diterapkan di wilayah lainnya di Indonesia lainnya yang rawan gempa," lanjutnya.
Rojiah (35) merupakan salah satu warga Desa Kakait, yang mengikuti program dukungan kesehatan mental dan psikososial bersama anaknya Mujaid (5). Setelah mengikuti program tersebut, ia mengaku bisa mengendalikan emosi dan jauh lebih dekat dengan anaknya.
"Dulu karena takut, trauma, saya tidak dapat mengendalikan emosi di lingkungan sosial terutama kepada anak. Seperti rasa marah dan sedih bercampur. Akhirnya anak jadi kena imbas, padahal mereka juga takut dan trauma akibat gempa. Namun, sekarang tidak lagi, saya jadi mengerti lebih tentang menghadapi anak. Justru Mujaid sekarang sering ajak saya bicara dan justru ia lebih berani dan tidak takut gempa," kata Rojiah.
Asisten Deputi Ketahanan Gizi, Kesehatan Ibu dan Anak, dan Kesehatan Lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Meida Octarina menuturkan, pemberdayaan ibu harus dikuatkan sehingga anak-anak di indonesia khususnya di Desa Kekait bisa tumbuh dan berkembang menjadi penerus yang lebih baik.
Ia melanjutkan, perlu kerja dan perhatian bersama dalam upaya mengembalikan kembali semangat serta mengikis trauma yang dialami korban bencana alam. Pemerintah tentu mendukung dan berterimakasih atas inisiatif dari lembaga swasta, akademisi, dan pemerintah daerah untuk terjun langsung membantu korban gempa bumi di Lombok.
Pemberdayaan ibu harus dikuatkan sehingga anak-anak di indonesia khususnya di Desa Kekait bisa tumbuh dan berkembang menjadi penerus yang lebih baik.
"Program NIVEA Sentuhan Ibu bersama OHCC) Udayana dalam mendukung kesehatan mental dan psikososial bagi Ibu dan Anak ini dapat dijadikan acuan dalam pelaksanaan fase rehabilitasi bencana yang menggabungkan kekuatan akademisi, swasta dan pemerintah. Program ini perlu dikembangkan dan bisa menjadi contoh atau model yang bisa diterapkan di daerah bencana alam lainnya. Saya harap program ini bisa berlanjut baik di Desa kekait atau di daerah lainnya,” kata Meida.
Sementara itu, Marketing Manager NIVEA Skin Care Diana Riaya mengatakan, sebagai kelanjutan dari program ini, NIVEA terus mendukung agar pengetahuan yang sudah diberikan dapat terus dilanjutkan oleh para peserta program dengan didukung oleh pihak atau instansi terkait di Lombok, sehingga program ini dapat memberikan hasil yang bermanfaat kepada para peserta secara berkelanjutan.
"Program ini merupakan bagian dari kontribusi NIVEA dalam membantu pemerintah mewujudkan program Indonesia tangguh bencana. Sosok ibu memiliki peran penting. Kesehatan mental para ibu perlu diperhatikan karena bisa membantu anaknya meminimalisir gejala kecemasan akibat gempa melalui sentuhan," kata Diana.