Presiden Tegaskan BUMN dan Perusahaan RI Siap Bangun Infrastruktur di Afrika
›
Presiden Tegaskan BUMN dan...
Iklan
Presiden Tegaskan BUMN dan Perusahaan RI Siap Bangun Infrastruktur di Afrika
Presiden Joko Widodo menegaskan komitmen Pemerintah Indonesia untuk mengembangkan kerja sama ekonomi dengan negara-negara Afrika. Secara konkret, Presiden mempromosikan badan usaha milik negara dan perusahaan swasta nasional untuk membangun infrastruktur di negara-negara Afrika.
Oleh
FX LAKSANA AGUNG SAPUTRA DAN BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
NUSA DUA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo menegaskan komitmen Pemerintah Indonesia untuk mengembangkan kerja sama ekonomi dengan negara-negara Afrika. Secara konkret, Presiden mempromosikan badan usaha milik negara dan perusahaan swasta nasional untuk membangun infrastruktur di negara-negara Afrika.
”Kami siap bekerja sama. Indonesia siap berbagi pengalaman dan saling membantu untuk pembangunan infrastruktur. BUMN dan perusahaan swasta di Indonesia sudah memiliki kekuatan dan pengalaman yang memadai,” kata Presiden dalam pidato kunci pada forum Indonesia Africa Infrastructure Dialogue (IAID) 2019 di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Selasa (20/8/2019).
Hadir dalam acara yang digelar Kementerian Luar Negeri itu, antara lain, perwakilan pemerintah negara-negara Afrika serta swasta. Pameran sebagai bagian integral acara diikuti sejumlah BUMN dan perusahaan swasta nasional.
Dalam pidato berbahasa Indonesia sekitar 8 menit, Presiden mengawali dengan mengingatkan dan menegaskan persaudaraan antara Indonesia dan Afrika yang sudah lama terjalin sejak 64 tahun silam melalui Konferensi Asia Afrika. Pada 2015, kerja sama Indonesia-Afrika kembali disegarkan melalui peringkatan ke-60 tahun Konferensi Asia Afrika.
”Penyelenggaran Indonesia-Africa Infrastructure Dialogue hari ini adalah bukti nyata bahwa persaudaraan Indonesia dan Afrika terus terajut bahkan semakin kuat,” kata Presiden.
Kuatnya persaudaraan itu, menurut Presiden, tecermin dari 22 konsulat kehormatan Indonesia di Afrika. Jumlah ini melonjak 70 persen dibandingkan tahun 2018.
Dengan segala upaya yang telah dirintis sebelumnya, Presiden mengatakan, kini saatnya bagi Indonesia dan Afrika untuk memgambil langkah-langkah nyata, cepat, dan taktis demi mewujudkan masyarakat Indonesia dan Afrika yang makmur, sejahtera, dan bersatu.
”Indonesia siap dan sangat-sangat senang bekerja sama dengan saudara-saudara kami di Afrika. Saya ingin pastikan dan tekankan, Indonesia adalah teman yang tepercaya. Indonesia is your truth partner, your trusted friend,” kata Presiden.
Presiden juga mengingatkan akan sejumlah tantangan mutakhir. Hal tersebut antara lain disrupsi yang dipicu revolusi industri 4.0, gejolak ekonomi global yang tidak menentu, krisis ekonomi di beberapa negara yang sedang tumbuh, perang dagang yang terus memanas dan menimbulkan ketidakpastian, serta konflik di sejumlah kawasan.
Perkuat solidaritas
”Kondisi ini tidak boleh terjadi, apalagi menjadi normal baru. Kita, Indonesia dan Afrika, harus sepakat memperkuat solidaritas untuk ikut memperbaiki keadaan kawasan dan dunia,” kata Presiden.
Oleh karena itu, Presiden mengajak kedua belah pihak untuk bekerja keras mengubah ketidapastian menjadi kepastian. Perang dagang harus dilawan dengan mengedepankan keterbukaan dan integrasi ekonomi. Nasionalisme sempit harus dilawan dengan solidaritas global dan multilateralisme. Kemitraan yang setara yang saling menguntungkan, kemitraan selatan-selatan, perlu terus didorong.
”Artinya, hanya ada satu kunci agar kita mampu bertahan untuk menghadapi gejolak arus global, yaitu persatuan. Indonesia dan Afrika adalah kekuatan besar jika kita bersatu,” kata Presiden.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi menyatakan, lebih dari 700 peserta dari 53 negara Afrika hadir dalam kesempatan itu. Mereka berlatar belakang pemerintah dan swasta.
Selama setahun terakhir, menurut Retno, hubungan kerja sama antara Indonesia dan Afrika telah banyak berkembang. Hubungan antara pemerintah dan pemerintah serta swasta dengan swasta semakin dalam.
Pada 2017, Retno melanjutkan, Indonesia mengirimkan 17 misi ke Afrika. Tahun lalu, Indonesia mengirimkan 37 misi.
Indonesia dan Afrika, menurut Retno, juga sudah mulai negosiasi preferensial trade agreement (PTA). Negosiasi PTA antara Indonesia dan Mozambik sudah sampai pada kesimpulan. Dengan Maurisius dan Djibouti, Indonesia baru akan memulai negosiasi. PTA juga ditawarkan ke sejumlah negara Afrika.
Dalam forum dialog dalam Indonesia Africa Business Forum di Bali, tahun lalu, dihasilkan kesepakatan bisnis senilai 586 juta dollar AS. ”Singkatnya, kita sudah melangkah jauh. Tapi, kita masih butuh melakukan lebih,” kata Retno.