Jumlah penduduk lansia di DKI Jakarta semakin meningkat. Sepanjang 2013-2017, populasinya bertambah 161.000 orang atau 27,54 persen. Keberadaan warga lansia di tengah padatnya kota metropolitan ini cukup rentan dari sisi kualitas lingkungan hidup, kemacetan, dan tingkat kriminalitas.
Oleh
DEBORA LAKSMI INDRASWARI
·6 menit baca
Jumlah penduduk lanjut usia di DKI Jakarta semakin meningkat. Sepanjang 2013-2017, populasi warga lansia Ibu Kota bertambah 161.000 orang atau 27,54 persen. Keberadaan warga lansia di tengah padatnya kota metropolitan ini cukup rentan dari sisi kualitas lingkungan hidup, kemacetan, dan tingkat kriminalitas. Menciptakan lingkungan ramah warga lansia menjadi salah satu cara merawat lansia di Ibu Kota.
Sebagaimana struktur penduduk Indonesia, fenomena penduduk menua (ageingpopulation) juga terjadi di DKI Jakarta. Pada 2017, jumlah penduduk di Ibu Kota mencapai 10,3 juta orang. Dari jumlah tersebut, 745.848 orang di antaranya merupakan penduduk lanjut usia. Persentasenya mencapai 7,19 persen dari total populasi.
Jumlah penduduk lansia tersebut naik sejak 2013. Saat itu warga lansia di Ibu Kota masih 584.801 orang. Jumlahnya terus meningkat setahun kemudian menjadi 620.712 orang, hingga 701.308 jiwa pada 2016.
Badan Pusat Statistik mengemukakan, Jakarta akan mengalami momen ageing pada 2024. Meskipun sebagai kota megapolitan yang sarat akan aktivitas ekonomi yang tinggi dan didominasi oleh kelompok penduduk usia produktif, nyatanya persentase lansia meningkat dari tahun ke tahun.
Pada periode 2013-2017, jumlah penduduk lansia meningkat 161.000 jiwa atau sekitar 27,54 persen. Dilihat dari komposisi penduduknya, persentase lansia di Ibu Kota juga ikut meningkat. Pada 2013, persentase lansia adalah 5,87 persen dari populasi penduduk. Sementara pada 2017 meningkat menjadi 7,19 persen.
Proyeksi peningkatan populasi lansia di dunia juga diprediksi akan terjadi di Jakarta pada beberapa tahun ke depan. Peningkatan populasi lansia disebabkan meningkatnya angka harapan hidup dan turunnya angka fertilitas.
Bappenas memprediksi, komposisi penduduk Jakarta berdasarkan kelompok usia akan berubah. Kelompok usia 0-14 tahun cenderung menurun, sedangkan kelompok lansia dengan usia di atas 65 tahun akan meningkat.
Kerentanan warga lansia
Polusi udara yang ramai diperbincangkan dalam sebulan terakhir menjadi bukti bahwa permasalahan lingkungan Jakarta belum tertangani dengan baik. Kesehatan penduduknya terancam.
Dalam paparan Komite Penghapusan Bensin Bertimbel (KPBB), 58,3 persen dari 9,9 juta penduduk DKI pada 2016 menderita penyakit yang terkait polusi udara. Bahkan, total biaya medisnya mencapai Rp 51,2 triliun.
Belum lagi lingkungan perkotaan Jakarta yang padat gedung-gedung tinggi serta kurangnya ruang terbuka hijau (RTH) menyertai permasalahan ekologi di Ibu Kota. Luas RTH pada 2018 hanya mencapai 9,9 persen dari target 30 persen pada tahun 2030.
Setidaknya 4,02 persen penduduk lansia bermigrasi dari Jakarta ke daerah lain pada masa tuanya.
Selain itu, padatnya penduduk dan aktivitas, khususnya aktivitas ekonomi, di Jakarta membuat Ibu Kota tampak sesak. Pada 2018, Jakarta menempati posisi ke-7 sebagai kota termacet versi indeks TomTom. Rata-rata pengendara mobil menghabiskan 63 persen dari waktu perjalanan dengan terjebak kemacetan pada pagi hari saat hari sibuk.
Seperti ciri kota besar pada umumnya, Jakarta juga sangat rawan kejahatan. Tahun lalu, dalam catatan Kepolisian Daerah Metro Jaya, setiap 16 menit 27 detik terjadi satu kejahatan.
Sepanjang 2018, sebanyak 32.301 kasus kejahatan terjadi di Ibu Kota. Dari sisi korban, 142 orang dari 100.000 penduduk menjadi korban kejahatan.
Migrasi
Gambaran lingkungan di Jakarta tersebut patut menjadi alasan keresahan warga lansia yang tinggal di daerah ini. Warga lansia dengan kemunduran fisik, mental, dan sosial sangat terbatas dalam melakukan aktivitas dan mobilitas. Mereka menjadi kelompok rentan yang membutuhkan penanganan khusus, apalagi di kota besar seperti Jakarta ini.
Tak heran jika sebagian lansia akan keluar dari perkotaan dan memilih untuk menghabiskan masa tuanya di kampung halaman atau kota lain yang lebih tenang dan nyaman. Setidaknya 4,02 persen penduduk lansia bermigrasi dari Jakarta ke daerah lain pada masa tuanya.
Berdasarkan data Susenas 2017, sebanyak 4,02 persen warga lansia yang pada lima tahun lalu tinggal di Jakarta, pada 2017 tidak lagi bermukim di Jakarta. Kelompok lansia ini tersebar ke 15 provinsi lain di Indonesia. Lima provinsi utama yang menjadi tujuan lansia Jakarta untuk menghabiskan masa tuanya adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, Yogyakarta, dan Sumatera Utara.
Tidak menutup kemungkinan, para warga lansia ini kembali ke kampung halamannya. Sebab, berdasarkan Data Statistik Migrasi 2015, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, dan Sumatera Utara menjadi daerah asal pendatang terbanyak di Jakarta.
Namun, yang perlu diperhatikan oleh Pemerintah Provinsi Jakarta adalah 95,98 persen warga lansia yang masih menetap di Jakarta. Kelompok lansia inilah yang masih akan menghadapi kondisi perkotaan di Jakarta pada hari tuanya.
Kota ramah warga lansia
Pada periode yang sama dengan penuaan populasi, pertumbuhan jumlah penduduk di perkotaan semakin meningkat. Lebih dari separuh penduduk dunia tinggal di perkotaan.
Dengan tren bertambahnya penduduk lansia dan penduduk di perkotaan, maka nantinya para lansia juga akan menempati perkotaan di hari tuanya. Pergeseran lokasi tempat tinggal lansia dari perdesaan ke perkotaan mulai tampak di Indonesia.
Data Susenas 2018 menunjukkan, 51,60 persen lansia tinggal di perkotaan. Padahal, setahun sebelumnya, mayoritas lansia (50,36 persen) tinggal di perdesaan.
Karena itu, dalam dua dekade terakhir, gerakan Kota Ramah Lansia (Age Friendly Cities) berkembang. Tujuannya adalah menyediakan lingkungan tempat tinggal di perkotaan supaya para lansia mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik.
Gerakan ini mencapai puncaknya saat WHO menetapkan Global Network for Age-friendly Cities and Communities pada 2010. Sampai 2017, lebih dari 500 kota menandatangani kesepakatan ini.
WHO juga menerbitkan Panduan Kota Ramah Lingkungan yang berisi delapan topik komponen penyusun Kota Ramah Lingkungan. Delapan topik terdiri dari perumahan, transportasi, ruang terbuka dan bangunan, dukungan komunitas dan pelayanan kesehatan, komunikasi dan informasi, partisipasi masyarakat dan pekerjaan, penghargaan dan inklusi sosial, serta partisipasi sosial.
Di Indonesia, kesepakatan dunia ini diturunkan dalam Peraturan Menteri Sosial Nomor 4 Tahun 2017 tentang Pedoman Pengembangan Kawasan Ramah Lanjut Usia. Yang dimaksud Kawasan Ramah Lanjut Usia adalah wilayah dan masyarakat dengan fasilitas yang mendukung pemenuhan hak dan memfasilitasi kebutuhan lanjut usia. Di dalam peraturan tersebut terdapat 15 poin yang ditetapkan sebagai kriteria Kawasan Ramah Lanjut Usia.
Jakarta telah mendeklarasikan daerahnya sebagai Kota Ramah Demensia dan Ramah Lansia pada 2015. Sampai saat ini, program-program yang mengakomodasi warga lansia terus dilaksanakan.
Kartu Lansia Jakarta
Salah satu contohnya adalah Kartu Lansia Jakarta (KLJ). Kartu ini merupakan bantuan dari pemerintah daerah Jakarta kepada para lansia dengan status ekonomi rendah atau kepada lansia dengan kondisi telantar fisik dan sosial. Setiap lansia yang memenuhi kriteria akan mendapatkan Rp 600.000 setiap bulan.
Pada 2018, KLJ diberikan kepada 29.833 warga lansia dengan anggaran dana mencapai Rp 104,5 miliar. Sementara pada 2019, jumlah lansia penerima KLJ meningkat menjadi 40.419 orang. Anggaran dana KLJ untuk tahun ini mencapai Rp 291 miliar.
Di sektor transportasi, bus Transjakarta, KRL, dan MRT telah dirancang untuk ramah lansia. Di dalam transportasi umum tersebut telah disediakan tempat duduk prioritas yang diperuntukkan bagi penumpang prioritas, seperti warga lansia. Di MRT juga telah tersedia ruang khusus dan ruang kursi roda. Para warga lansia juga mendapatkan layanan gratis Transjakarta menggunakan TJ Card.
Di Cibubur, Jakarta Timur, telah dibangun Rumah Susun Sewa (Rusunawa) Yayasan Ria Pembangunan yang dibangun oleh Kementerian PUPR. Rusunawa ini terdiri atas 90 unit yang tersebar di tiga lantai. Setiap lansia dapat menghuni satu unit dengan fasilitas lengkap dan ramah bagi lansia.
Mengingat semakin tingginya populasi warga lansia beberapa tahun ke depan, setiap daerah perlu menyiapkan dan mendorong pemerintahnya untuk menciptakan lingkungan ramah warga lansia. Peran keluarga dan masyarakat juga penting untuk mendorong warga lansia agar aktif, produktif, dan mandiri. (LITBANG KOMPAS)