BANDUNG, KOMPAS – Postur tubuh Windy Cantika Aisah memang mungil, tetapi lifter berusia 17 tahun itu mempunyai tekad dan motivasi besar untuk menjadi juara. Pada Kejuaraan Nasional Angkat Besi di GOR Tri Lomba Juang, Bandung, Jabar, Selasa (20/8/2019), Cantika menjadi juara nasional dan melewati tiga rekor dunia remaja atas namanya sendiri.
Bermain di kelas lomba 49 kg, Cantika melewati rekor dunia snatch dari 81 kg menjadi 84 kg. Pada jenis angkatan clean and jerk, Cantika dua kali memperbaiki rekor dunia dari 98 kg menjadi 101 kg, selanjutnya meningkat menjadi 103 kg. Dua jenis angkatan ini sekaligus menyempurnakan rekor dunia untuk total angkatan dari 179 kg menjadi 187 kg.
Dengan hasil tersebut, Cantika mengantongi tiga medali emas pada ajang yang termasuk dalam kualifikasi PON Papua 2020 dan seleksi tim nasional untuk SEA Games 2019. Cantika merupakan satu-satunya lifter kelas 49 kg yang sukses melahap enam kesempatan angkatan dengan sempurna.
Sebelumnya, Cantika mempunyai kenangan manis di Kejuaraan Asia, yang bergulir di Ningbo, China, 21 April 2019. Ketika itu, Cantika tampil mengejutkan dengan mencetak tiga rekor dunia remaja untuk angkatan snatch 80 kg, clean and jerk 97 kg, dan angkatan total 177 kg. Tampil konsisten, di Kejuaraan Dunia Yunior 2019 di Suva, Fiji, Minggu (2/6/2019), Cantika mempertajam rekor dunia untuk angkatan snatch dari 80 kg menjadi 81 kg, clean and jerk dari 97 kg menjadi 98 kg, serta angkatan total 177 kg menjadi 179 kg.
Lifter asal Bandung, Jabar ini, mengalahkan lifter-lifter yang lebih senior, seperti atlet asal DKI Jakarta, Lisa Indriani (23 tahun). Selain ketinggalan dari usia, postur tubuh Cantika juga lebih mungil dari lawannya. Berat badan Cantika saat ini 47,80 kg, sementara Lisa mempunyai bobot 48,20 kg. Namun, soal angkatan, Cantika punya kekuatan yang jauh lebih besar.
Di Kejuaraan Nasional, Lisa mengantongi tiga perak dengan angkatan total 173 kg (snatch 83 kg, clean and jerk 90 kg). Lifter asal Jateng, Siti Nafisatul Hariroh (21 tahun) meraih tiga perunggu setelah mengukir angkatan total 168 kg (snatch 74 kg, clean and jerk 94 kg).
Cantika mengatakan, dirinya sangat senang dapat melewati rekor dunia remaja atas namanya sendiri. Apalagi, di Kejuaraan Nasional dirinya bersaing dengan lifter-lifter nasional yang secara usia dan pengalaman lebih matang. “Oleh pelatih, saya mendapatkan target untuk bisa mencetak rekor dunia. Tetapi, kalau saya hanya ingin menunjukkan yang terbaik,” ujarnya.
Menurut Cantika, bersaing dengan lifter-lifter yang lebih senior kadang kala membuat dia merasa terbebani. “Saya ini hanya anak kecil yang barusan muncul ke panggung angkat besi. Lifter-lifter lainnya sudah bertahun-tahun. Kadang-kadang saya merasa beban, apalagi saya tidak ingin mengecewakan orang tua. Tetapi, saya hanya bisa berlatih dan tampil maksimal,” katanya.
Perjalanan Cantika di Kejuaraan Nasional tidak mudah. Sepuluh hari sebelum perlombaan, kaki kanannya terkilir saat berlatih. Padahal, oleh tim pelatih, Cantika mendapatkan target untuk melewati rekor dunia. Cantika juga diproyeksikan untuk dapat meraih medali emas SEA Games Manila 2019 dan lolos Olimpiade Tokyo 2020.
Kebanggaan Ibunda
Tekad dan motivasi kuat rupanya mengalahkan rasa sakit. Di hadapan publik Bandung, yang selama ini mendukungnya, Cantika tampil memukau. Dia tampil mengesankan termasuk di depan sang ibunda yang juga mantan lifter nasional, Siti Aisah.
Siti Aisah merasa sangat bangga dengan pencapaian putrinya. Peraih medali perunggu Kejuaraan Dunia Angkat Besi 1998 itu, menjadi pelatih pertama Cantika di Desa Cimaung, Kabupaten Bandung, Jabar. Setelah itu, Cantika bergabung dengan PPLP Jabar. Prestasi yang terus menanjak dengan progres latihan menjanjikan, membuat Cantika dilirik oleh pelatnas angkat besi.
Siti Aisah mengatakan, awalnya dia sempat ragu melihat Cantika menjalani karier angkat besi. “Menjelang masuk PPLP Jabar, saya tanya apakah Cantika ingin sungguh-sungguh berlatih angkat besi. Kalau ingin berhenti, saya sarankan agar dia berhenti sebelum masuk PPLP. Tetapi, Cantika ngotot ingin jadi atlet. Keseriusannya ditunjukkan dalam setiap kejuaraan,” ujarnya.
Tidak seperti remaja seusianya yang banyak menghabiskan waktu luang untuk berkumpul dengan teman-teman, Cantika mendedikasikan waktu untuk berlatih. Dia termasuk lifter yang jarang keluar dari mes pelatnas di Jakarta Pusat. Saat ada waktu luang, Cantika menggunakan kesempatan untuk istirahat sehingga siap untuk kembali berlatih keesokan harinya.
“Kadang-kadang saya tidak tega melihat kehidupan Cantika banyak dihabiskan dengan berlatih. Tetapi, kalau ingin jadi juara inilah kehidupan yang harus dilalui,” kata Siti Aisah.