Pembasahan dan pemadaman kebakaran masih dilakukan di lahan gambut yang sudah diguyur hujan. Kewaspadaan masih tinggi.
PONTIANAK, KOMPAS Hujan mulai turun di beberapa wilayah di Kalimantan, tetapi ancaman kebakaran lahan belum usai. Di Kalimantan Barat, kebakaran gambut tiga minggu terakhir mencakup 350 hektar di Kabupaten Mempawah.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Mempawah Hermansyah, Selasa (20/8/2019), mengatakan, hingga Selasa pukul 09.00, satuan tugas gabungan darat dan udara kembali memadamkan api di daerah itu. ”Pemadaman dari udara dilakukan dengan satu helikopter,” katanya.
Api belum bisa dipadamkan, selain karena area terbakar luas, angin sangat kencang. Api pun berkobar lagi. Selain itu, kedalaman gambutnya 4 meter. Dua hari terakhir, hujan lebat juga menghilangkan kabut asap di Kota Pontianak. Namun, hujan itu belum bisa mengurangi titik panas secara signifikan.
Selasa kemarin terpantau 140 titik panas, yaitu di Kabupaten Sambas (10), Mempawah (10), Sanggau (46), Ketapang (20), Sintang (2), Kapuas Hulu (14), Bengkayang (5), Landak (11), Sekadau (9), Melawi (9), dan Kubu Raya (4).
Hujan juga turun di Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Namun, sejumlah petugas pemadam masih membasahi lahan, seperti di Jalan Mahir-Mahar dan Jalan Pasendeng. ”Dari data satelit sampai pukul 15.00, tidak ada titik panas di wilayah Palangkaraya,” kata prakirawan Stasiun Meteorologi BMKG Palangkaraya, Ika Priti Widiastuti.
Pengalaman di sejumlah daerah, hujan sesaat hanya mematikan titik api sementara. Beberapa waktu kemudian, titik api muncul lagi di lokasi yang sama atau tak jauh dari itu. Data Pusat Pengendalian dan Operasi Penanggulangan Bencana Kalteng, lahan terbakar di Kalteng 2.464,12 hektar dengan jumlah kejadian kebakaran di 649 lokasi selama Agustus.
Maklumat Jambi
Menyikapi kabut asap yang menyelimuti Kota Jambi empat hari terakhir, Wali Kota Jambi Syarif Fasha mengeluarkan maklumat tentang antisipasi dampak kabut asap. Maklumat berisi instruksi bagi para pihak agar siap siaga mengantisipasi dampak asap. ”Kami tak mau ada korban terpapar asap, apalagi anak-anak,” katanya.
Dalam Maklumat Nomor 180 Tahun 2019, yang ditandatangani pada 18 Agustus 2019, itu disebutkan, pantauan sistem monitoring kualitas udara (AQMS) telah menunjukkan peningkatan parameter partikulat (debu) di udara. Kondisinya memasuki kategori tidak sehat hingga berbahaya bagi kesehatan.
Masyarakat diimbau mengurangi aktivitas luar ruang. Dianjurkan pula menggunakan masker saat di luar. Kemarin, Dinas Perkebunan Muaro Jambi memastikan areal gambut yang terbakar luas di Desa Teluk Sipin, Kumpeh Ulu, Muaro Jambi, milik korporasi PT MAS. Namun, lahan itu belum berizin hak guna usaha atau izin usaha perkebunan.
”Sampai sekarang lahannya terbakar, perusahaan itu belum mengantongi HGU ataupun IUP,” ujar Zulkarnain, Kepala Dinas Perkebunan Muaro Jambi. Luas kebun itu 1.200 ha. Kepala Kepolisian Resor Muaro Jambi Ajun Komisaris Besar Mardiono mengatakan, kebakaran itu tengah diselidiki. ”Kami sudah gelar perkarakan kasus ini, selanjutnya ditangani gabungan tim dari Polda Jambi,” katanya.
Di Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, 194 personel dengan 19 alat berat membuat dan menjaga kanal sekat bakar selebar 8-15 meter sepanjang 21 kilometer karena kebakaran merambat masuk lahan konsesi. ”Agar api tidak merembet lebih dalam,” kata General Manager Manajemen Api APP Sinar Mas Sujica Lusaka.
Komandan Kodim 0401/Musi Banyuasin Letnan Kolonel Arm M Saifudin Khoiruzzamani menyatakan, kebakaran di Desa Muara Medak itu sudah terkendali. Tim gabungan berjumlah 400 orang bersiaga di sejumlah lokasi.
Selain di Sumatera dan Kalimantan, titik api juga muncul di Merauke, Papua. Musim kemarau belum lewat puncaknya. (ESA/IDO/ITA/RAM/FLO)