Perjanjian Dagang Indonesia-Afrika Tekan Bea Masuk Impor
›
Perjanjian Dagang...
Iklan
Perjanjian Dagang Indonesia-Afrika Tekan Bea Masuk Impor
Pelaku industri berharap agar Pemerintah Indonesia segera membuat dan menyelesaikan perjanjian perdagangan dengan negara-negara potensial di Afrika. Melalui perjanjian tersebut, bea masuk produk-produk ekspor Indonesia ke negara-negara tersebut bisa ditekan.
Oleh
MARIA PASCHALIA JUDITH JUSTIARI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pelaku industri berharap agar Pemerintah Indonesia segera membuat dan menyelesaikan perjanjian perdagangan dengan negara-negara potensial di Afrika. Melalui perjanjian itu, bea masuk produk-produk ekspor Indonesia ke negara-negara tersebut bisa ditekan.
Wakil Ketua Umum Bidang Hubungan Internasional Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Shinta Widjadja Kamdani mengatakan, nilai perdagangan Indonesia dengan Afrika secara keseluruhan saat ini tumbuh 55 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Hal itu menunjukkan produk-produk ekspor unggulan Indonesia yang masuk pasar Afrika semakin meningkat. Produk-produk itu, di antaranya minyak kelapa sawit dan turunannya, kertas, sabun, permesinan, makanan-minuman, dan otomotif.
”Melalui forum Indonesia-Africa Infrastructure Dialogue (IAID) hubungan Indonesia dengan negara-negara Afrika akan semakin saling menguntungkan. Angka pertumbuhan itu dapat dioptimalkan hingga dua kali lipatnya,” kata Shinta kepada Kompas, Rabu (21/8/2019).
Menurut Shinta, pemerintah perlu membentuk perjanjian dagang dengan negara-negara di Afrika untuk meningkatkan ekspor Indonesia. Salah satu upayanya adalah membuat perjanjian perdagangan preferensial (PTA).
Melalui PTA, bea masuk produk ekspor Indonesia ke sejumlah negara Afrika bisa 0-5 persen. ”Saat ini tarif masuknya masih tinggi, yakni 26-30 persen,” kata Shinta.
Melalui PTA, bea masuk produk ekspor Indonesia ke sejumlah negara Afrika bisa menjadi 0-5 persen. Saat ini tarif masuknya masih tinggi, yakni 26-30 persen.
Di sektor lain, lanjut Shinta, Indonesia dapat meningkatkan investasi di Afrika. Investasi ini juga menguntungkan bagi Afrika karena akan mendorong pertumbuhan ekonomi negara-negara di sana.
Afrika bisa mendapatkan pengembangan pembangunan infrastruktur yang berasal dari perusahaan jasa konstruksi Indonesia. Daya saing perindustrian dan manufaktur Afrika juga dapat meningkat dengan adanya investasi pembangunan pabrik dari Indonesia.
Sementara, Pemerintah Indonesia terus meningkatkan dan menjajaki penyelesaian perjanjian perdagangan dengan sejumlah negara Afrika. Indonesia-Afrika juga saling membuka peluang berinvestasi. Salah satunya melalui forum IAID yang digelar di Nusa Dua, Bali, pada 20-21 Agustus 2019.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengemukakan, Indonesia dan Mozambik telah menyelesaikan Indonesia-Mozambik PTA (IM-PTA). IM-PTA ini siap ditandatangani kedua menteri perdagangan dalam waktu dekat.
”Harapannya, penyelesaian IM-PTA dapat menjadi sinyal kuat bagi pengusaha bahwa pemerintah kedua negara berkomitmen meningkatkan hubungan perdagangan,” ujarnya.
IM-PTA merupakan tonggak sejarah perdagangan Indonesia dengan Afrika karena menjadi perundingan pertama yang diselesaikan dengan negara di kawasan Afrika. Perundingan IM-PTA pertama kali diluncurkan pada April 2019. Hal itu berdasarkan instruksi Presiden Joko Widodo yang menginginkan akses ke pasar nontradisional guna meningkatkan ekspor.
Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat, Mozambik merupakan negara tujuan ekspor ke-17 dan sumber impor ke-18 bagi Indonesia di Afrika. Total perdagangan Indonesia-Mozambik pada 2018 sebesar 91,88 juta dollar AS dengan nilai ekspor Indonesia sebesar 61,4 juta dollar AS dan impor 30,5 juta dollar AS.
Sepanjang 2018, Indonesia paling banyak mengekspor produk minyak kelapa sawit dan turunannya, sabun, industrial monocarboxylic fatty acids, organic surface-active agents, kertas dan karton, karung dan tas, margarin, serta semen portland ke Mozambik. Sementara Indonesia mengimpor kacang tanah, tembakau tidak diolah, kapas, bijih mangan dan konsentrat, besi paduan, serta kacang polong kering.
Peluang investasi
Dalam forum itu, Indonesia juga menjajaki kerja sama perdagangan dengan Djibouti. Enggartiasto dan Menteri Perdagangan Djibouti Hassan Houmed sepakat memulai proses studi kelayakan bersama. Studi kelayakan ini akan menjadi dasar penentuan bentuk kerja sama dagang di antara kedua negara yang dapat berupa PTA, perjanjian perdagangan bebas (FTA), atau perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif (CEPA).
Sepanjang 2018, nilai ekspor Indonesia ke Djibouti sebesar 211,45 juta dollar AS dan impornya 4.000 dollar AS. Produk ekspor unggulannya meliputi sabun, minyak kelapa sawit, kertas dan karton, buku tulis, serta margarin.
Indonesia juga sepakat dengan Zanzibar untuk melakukan kajian bersama dalam rangka mengidentifikasi potensi, peluang, dan tantangan perdagangan dan investasi dua arah. ”Zanzibar ingin impor tekstil dan beras dari Indonesia. Zanzibar juga mengundang Indonesia untuk membangun sektor pariwisata," ujar Enggartiasto.
Zanzibar merupakan wilayah otonomi Tanzania. Kementerian Perdagangan mencatat, nilai ekspor Indonesia ke Tanzania sepanjang 2018 sebesar 263,2 juta dollar AS dan impornya 71,50 juta dollar AS.
Zanzibar ingin impor tekstil dan beras dari Indonesia. Zanzibar juga mengundang Indonesia untuk membangun sektor pariwisata.
Enggartiasto juga menemui Menteri Pekerjaan Umum, Rekonstruksi, dan Perumahan Somalia Abdi Adam Hoosow untuk menyepakati dan mendorong kerja sama bisnis, termasuk forum bisnis, serta penjajakan kesepakatan dagang. Enggartiasto menyatakan, Somalia membutuhkan mitra untuk membangun perumahan.
Berdasarkan kajian Kemendag, Somalia bisa menjadi pintu masuk untuk merambah pasar ekspor di Etiopia dan Kenya. Saat ini total perdagangan Indonesia-Somalia tercatat 68,1 juta dollar AS juta.
Indonesia juga mendapatkan undangan dari Uganda untuk berinvestasi di sektor industri sepatu kulit. Pemerintah Uganda juga mengharapkan perbankan syariah Indonesia membuka cabang dan beroperasi di negara Afrika tersebut.