Gregoria Mariska Tunjung dan Fitriani tak mendapat target terlalu tinggi dalam Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis di Basel, Swiss, 19-25 Agustus. Mereka hanya diharapkan memberikan perlawanan terbaik jika bertemu pemain top dunia dan akan menjawab tantangan itu di Stadion St Jakobshalle, Rabu (21/8/2019).
Oleh
Yulia Sapthiani
·3 menit baca
BASEL, SELASA — Gregoria Mariska Tunjung dan Fitriani tak mendapat target terlalu tinggi dalam Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis di Basel, Swiss, 19-25 Agustus. Mereka hanya diharapkan memberikan perlawanan terbaik jika bertemu pemain top dunia dan akan menjawab tantangan itu di Stadion St Jakobshalle, Rabu (21/8/2019).
Gregoria menantang unggulan ketujuh yang juga juara dunia 2013, Ratchanok Intanon (Thaiand), pada babak ketiga. Adapun Fitriani berhadapan dengan unggulan kedua, Tai Tzu Ying (Taiwan), di babak kedua.
Fitriani, yang mengalahkan Yvonne Li (Jerman), 21-14, 21-12, pada babak pertama, Selasa, belum pernah berhadapan dengan Tai. Namun, reputasi pemain berusia 25 tahun itu telah membuatnya menjadi salah satu tunggal putri terbaik saat ini. Tai, juara All England 2017 dan 2018, menempati puncak peringkat dunia sejak 1 Desember 2016 hingga Akane Yamaguchi (Jepang) menggantikannya pada 30 Juli 2019.
Melawan pemain bintang, Fitriani sering kali merasa tegang sebelum memasuki lapangan. ”Tetapi, kalau sudah di lapangan, tegangnya hilang. Saya akan berusaha main lepas, tanpa beban, dan berusaha bermain maksimal,” tutur Fitriani.
Kemenangan pada babak pertama, dituturkan tunggal putri peringkat ke-27 dunia itu, membantunya untuk beradaptasi dengan kondisi lapangan. Strategi untuk menghadapi Tai, yang dinilai sebagai pemain dengan variasi pukulan lengkap dan matang, Fitriani akan mengandalkan masukan dari pelatih.
Gregoria, yang mendapat bye pada babak pertama, juga menyatakan tekadnya bermain maksimal, lebih baik daripada penampilan saat mengalahkan Busanan Ongbamrungphan (Thailand), 21-14, 21-10, pada babak kedua. Gregoria bahkan memiliki target pribadi, yaitu menembus delapan besar.
Juara dunia yunior 2017 itu selalu kalah dalam lima pertemuan dengan Intanon, tetapi memiliki bekal ketika memaksanya bermain tiga gim saat bertemu pada babak kedua Indonesia Terbuka, Juli.
Asisten pelatih tunggal putri pelatnas bulu tangkis, Minarti Timur, berpendapat, selama ini Gregoria dan Fitriani kurang percaya diri saat berhadapan dengan pemain top. ”Akibatnya, saat berada dalam tekanan, mereka kesulitan untuk mengembangkan permainan. Saat berada pada poin kritis, mereka juga kurang tenang,” tutur Minarti.
Minarti pun berharap kedua tunggal putri Indonesia itu bisa tampil lebih berani ketika melawan Intanon dan Tai. Status pemain unggulan dan juara dunia lawan harus menjadi motivasi bagi mereka. ”Mudah-mudahan di sini mereka bisa lebih berani dan nekat untuk mencoba,” kata peraih medali perak ganda campuran (bersama Tri Kusharjanto) pada Olimpiade Sydney 2000 itu.
Sementara itu, kejutan terjadi ketika lima kali juara dunia, Lin Dan (China), ditaklukkan Prannoy HS (India), 11-21, 21-13, 7-21, pada babak kedua. Kekalahan ini membatalkan pertemuan Lin Dan dengan juara bertahan, Kento Momota (Jepang), pada babak ketiga. Momota mengalahkan Luis Enrique Penalver (Spanyol), 21-10, 21-7.
Kekalahan juga dialami tunggal putra Indonesia, Tommy Sugiarto, saat berhadapan dengan Jan O Jorgensen (Denmark). Tommy kalah 11-21, 15-21. Adapun ganda campuran, Ronald/Annisa Saufika dikalahkan Robin Tabeling/Selena Piek (Belanda), 14-21, 13-21.
Rabu ini, andalan-andalan ”Merah Putih” pada ganda putra, putri, dan campuran akan memulai penampilan. Mereka adalah Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, Greysia Polii/Apriyani Rahayu, dan Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti.
Pelatih Herry Iman Pierngadi berharap anak-anak didiknya bisa langsung beradaptasi dengan baik pada suasana pertandingan. Apalagi, lawan pertama yang mereka hadapi bukan lawan mudah untuk dikalahkan.
Kevin/Marcus akan berhadapan dengan Choi Solgyu/Seo Seung Jae (Korea Selatan), Hendra/Ahsan melawan Jelle Maas/Robin Tabeling (Belanda), dan Fajar/Rian dengan Marcus Ellis/Chris Langridge (Inggris).