Redempta Wea Menggali Manfaat Biji Asam untuk Pakan Ternak
Biji asam atau Tamarindus indica, yang tumbuh di tanah Nusa Tenggara Timur selalu terbuang. Warga hanya mengambil daging buah untuk dijual atau dikirim ke luar daerah. Kajian Redempta Wea menemukan biji asam mengandung omega tiga dan omega enam.
Redempta melakukan uji coba terhadap ternak babi dan ayam potong. Ia juga membentuk kelompok ternak dengan pakan biji asam. Ketika ditemui di Kupang, Minggu (11/8) Redempta mengatakan, ribuan pohon asam tumbuh dan berkembang biak secara alamiah di hutan-hutan wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT). Sangat sedikit masyarakat mendayagunakan tanaman ini. Daging buah asam dikirim ke Surabaya, Denpasar, Bandung, dan Tangerang. Masyarakat NTT jarang menggunakan biji asam.
“Sampai tahun 1980, sebagian masyarakat NTT mengonsumsi biji asam setelah direndam 3-5 hari. Mereka tetap sehat, bahkan ada beberapa warga sampai hari ini mengonsumsi biji asam bukan karena miskin atau lapar," kata Redempta.
Warga tahu benar kalau biji asam yang direndam hingga empuk dan gurih, bisa menahan lapar sampai seharian penuh. Menurut kesaksian warga, mereka yang mengonsumsi biji asam tidak berdampak terhadap kesehatan. Malah makin banyak konsumsi biji asam, tubuh terasa segar. Redempta Wea pun penasaran, untuk mengulik lebih jauh kandungan biji asam.
Ia memulai penelitian biji asam di daratan Timor, Sumba, dan Flores sejak 2012. Di daerah itu, banyak pohon asam yang tumbuh liar di hutan dan pekarangan warga.
Hasil penelitian itu mendapatkan, 50 persen biji asam asal NTT mengandung omega tiga dan 44 persen mengandung omega enam, yang bermanfaat untuk menurunkan lemak jahat di dalam tubuh, low density lipoprotein (LDL) dan meningkatkan lemak baik, hight density lipoprotein (HDL), mengatasi kolesterol, dan darah tinggi. Sisanya berupa karbohidrat.
Selain itu ada perbedaan rasa pada asam jawa dengan asam asal NTT. Asam NTT terasa jauh lebih asam, tetapi samar-samar menyisakan rasa manis. Hal ini terjadi karena struktur tanah, dan cuaca. Tanah di NTT sebagian besar berupa tanah kapur, bebatuan, dan berpori-pori, dengan kondisi cuaca panas sembilan bulan dan musim hujan hanya tiga bulan. Tanah di Jawa lebih subur, padat, gembur dengan cuaca yang relatif lembab.
Daging asam mengandung sejumlah zat penting bagi kesehatan. Zat-zat itu antara lain Tannin, yakni senyawa yang dapat menghambat cara kerja enzim seperti selulosa, pektnase, proksida dan lain-lain. Fenol yang ada pada senyawa tannin dikenal sebagai asam karbol, dalam konsentrasi tinggi dapat digunakan untuk membunuh kuman.
Kandungan berikut, yakni minyak esensial (minyak aeromatik), kelompok minyak nabati yang wujudnya cair kental, digunakan untuk mengatasi bau yang tidak sedap. Pati, yakni polimer glukosa berupa kumpulan butiran yang memiliki 2-100 mikron, yang tersusun atas komponen-komponen polimer lurus (amilosa) dan polimer bercabang (amilopektin). Getah, yakni senyawa polimer hidroksi karbon yang dihasilkan dari koloid.
Senyawa hidro karbon adalah senyawa kimia yang hanya mengandung karbon (C) dan hydrogen (H). Getah digunakan sebagai pengental, bahan pengikat, emulsiter, pensetabil, perekat, kongulan, dan sebagai filter dalam industri tekstil.
Ia menyebutkan, mayoritas masyarakat NTT tidak peduli, atau tidak menjadikan biji asam sebagai biji yang bermanfaat bagi kesehatan karena kurang pengetahuan manfaat biji asam atau daging asam. Apalagi mengonsumsi makanan yang bukan beras (nasi) selalu dikategorikan sebagai orang miskin, tak berdaya.
“Dalam setiap kesempatan saya selalu menyampaikan kepada mahasiswa dan masyarakat agar memanfaatkan biji atau daging asam di sekitar mereka. Memang tidak diperuntukkan bagi kesehatan manusia. Ketika masyarakat mengonsumsi makanan lain, di luar nasi sudah dianggap miskin, tertinggal, dan terbelakang. Ini terutama di kalangan generasi muda,” kata Redempta Wea.
Proses pengolahan
Proses pengolahan biji asam menjadi makanan ternak, yakni setelah biji asam disangrai, disosoh, kemudian direbus atau direndam dalam air selama tiga jam. Biji asam tadi dicampur dengan makanan lain atau diberi biji asam saja ke ternak babi, ayam potong, atau jenis ternak lain. Ternak yang mengonsumsi biji asam ini, kondisi fisiknya menjadi padat, berisi, tidak mengandung lemak dalam jumlah besar. Sebagian besar ternak itu mengandung daging merah dibanding lemak.
Redempta Wea melakukan uji coba terhadap enam ekor ternak babi dengan usia masing-masing enam bulan. Tiga ekor ternak diberi makan biji asam selama tiga bulan bersamaan dengan jenis pakan lain, sementara tiga ekor lain tidak diberi biji asam kecuali pakan biasa.
“Dalam setiap kesempatan saya selalu menyampaikan kepada mahasiswa dan masyarakat agar memanfaatkan biji atau daging asam di sekitar mereka. Memang tidak diperuntukkan bagi kesehatan manusia. Ketika masyarakat mengonsumsi makanan lain, di luar nasi sudah dianggap miskin, tertinggal, dan terbelakang. Ini terutama di kalangan generasi muda,” kata Redempta Wea.
Keenam ekor babi itu kemudian dipotong dan dijual ke pengusaha restauran dan pasar tradisional. Ternyata, tiga ekor babi yang diberi pakan biji asam memiliki daging lebih padat, berisi dengan kandungan lemak terbatas.
“Berat babi 100 kg, mengandung lemak hanya 9-10 kg, sisanya daging dan tulang.
Sementara tiga ekor babi yang diberi pakan biasa dari toko berat masing-masing 69-78 kg. Masing –masing berat lemaknya 25-35 kg. Babi yang diberi makan biji asam, lemaknya berkurang dibanding tidak diberi sama sekali,”kata Redempta.
Demikian pula ayam potong, ayam buras. Enam ekor ayam potong yang diberi pakan dari biji asam, sangat sedikit mengandung lemak dibanding ayam yang tidak diberi biji asam. Daging kurang berlemak lebih baik untuk kesehatan dibanding berlemak dalam jumlah relatif banyak.
Meski demikian, masyarakat belum membudidayakan asam. Selain karena pohon asam dianggap berpengaruh buruk terhadap kesuburan tanah sekitar, manfaat buah asam juga tidak banyak bagi masyarakat.
“Daging asam pun dijual dengan harga antara Rp 1.000 – Rp 5.000 per kg. Itu pun tidak semua orang beli, kecuali harus dibawa ke Kupang untuk dijual ke toko pengepul. Ibu rumah tangga, hanya butuh 1-3 ons, sekedar penyegar masakan, itu pun sangat jarang. Daging dan biji buah asam secara kesehatan dan ekonomis belum membantu masyarakat,” kata Redempta.
Kini, Redempta telah membentuk 10 kelompok peternak di Kabupaten Kupang dan Kabupaten Timor Tengah Selatan. Mereka ini fokus memanfaatkan biji asam yang terbuang di rumah-rumah warga, untuk diolah dan diberikan ke ternak peliharaan. Masing-masing kelompok beranggotakan 15-20 orang.
Kelompok peternak ini diambil dari tempat di mana Redempta Wea melakukan penelitian itu. Mereka yang sudah menyaksikan sendiri, lebih mudah percaya.
Secara ekonomis, ternak yang diberi pakan biji asam, dijual dengan harga jauh lebih mahal karena lebih banyak mengandung daging merah. Jika ternak lebih banyak mengandung daging dari pada lemak, berarti pendapatan jauh lebih tinggi. Bagi kita sendiri, jauh lebih sehat mengonsumsi daging merah dibanding mengonsumsi lemak jenuh dari hewan ternak.
Redempta Wea
Lahir : Nggela, Ende, 8 Mei 1971
Suami : Gregorius Laurensius Djoka (+)
Anak-anak : Anjas Djoka (23), Nestor Djoka (18), dan Baptista Djoka (13)
Pendidikan Terakhir : S3 Ilmu Peternakan Universitas Nusa Cendana Kupang.
Pekerjaan : Dosen Peternakan Politeknik Pertanian Negeri Kupang