Berbekal warisan sejarah Konferensi Asia Afrika tahun 1955, Indonesia berambisi menjadi jembatan penghubung atau ”hub” perdagangan antara dua benua, Afrika dan Asia.
NUSA DUA, KOMPAS— Pemerintah Indonesia bertekad menjadikan Indonesia sebagai jembatan penghubung perdagangan bagi Benua Afrika di wilayah Asia Tenggara dan bahkan Asia secara menyeluruh. Romantisisme sejarah hubungan Indonesia-Afrika sejak Konferensi Tingkat Tinggi Asia Afrika 1955 mendapatkan momentum baru melalui diplomasi ekonomi Pemerintah RI dengan dukungan badan usaha milik negara dan perusahaan-perusahaan swasta di Indonesia.
”Melalui diplomasi ekonomi, kita ingin melihat benar situasinya, mencari potensi-potensi dan kesempatan untuk kerja sama. Indonesia ingin bersama-sama dengan Afrika menghadapi aneka tantangan,” kata Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi dalam diskusi panel pada hari pertama Indonesia-Africa Infrastructure Dialogue 2019 di Nusa Dua, Bali, Selasa (20/8/2019).
Dialog itu berlangsung selama dua hari hingga Rabu ini. Melalui forum ini, Indonesia melalui BUMN dan perusahaan swasta membidik transaksi sedikitnya Rp 7 triliun dari proyek-proyek infrastruktur di Afrika. Dialog itu merupakan tindak lanjut dari Forum Indonesia-Afrika (IAF), 10-11 April 2018, yang menghasilkan 10 kesepakatan bisnis senilai 586,56 juta dollar AS.
Prioritas diplomasi RI ke Afrika dimulai pada periode pertama pemerintahan Presiden Joko Widodo. Berawal dari peringatan 60 tahun KTT Asia Afrika, Indonesia mengembangkan diplomasi politik menjadi diplomasi ekonomi. Data dan statistik menunjukkan kenaikan signifikan hubungan Indonesia-Afrika. Dalam periode 2017-2018, misalnya, misi kunjungan para pemangku kepentingan di Indonesia ke Afrika naik lebih dari dua kali lipat, dari 17 kali menjadi 35 kali.
Retno menyebut, sebagai benua, Afrika memiliki jumlah penduduk 1,1 miliar jiwa. Adapun Indonesia berpenduduk 260 juta jiwa. Kombinasinya dengan seluruh penduduk di ASEAN lebih dari 650 juta jiwa dengan tingkat pertumbuhan produk domestik bruto rata-rata di atas pertumbuhan PDB global. Potensi perdagangan akan makin besar
jika negosiasi Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) berbuah kesepakatan. Dengan melibatkan total 16 negara dan negara-negara
besar di Asia, plus Australia dan Selandia Baru, total penduduk akan mencakup 3,5 miliar jiwa.
”Maka, Indonesia layak menjadi jembatan penghubung ASEAN dan Asia dengan Afrika,” kata Retno.
Presiden Joko Widodo dalam pidato kuncinya menyatakan bahwa Indonesia ingin bersama Afrika melakukan lompatan-lompatan kemajuan. Itu mencakup pembangunan yang merata dan menjangkau daerah-daerah terluar serta meningkatkan konektivitas untuk memperbaiki disparitas harga dan kesenjangan ekonomi.
Siap bekerja sama
”Indonesia ingin meningkatkan konektivitas infrastruktur dan ekonomi dengan Benua Afrika. Kami siap bekerja sama. Indonesia siap berbagi pengalaman dan saling membantu untuk pembangunan infrastruktur,” kata Joko Widodo.
Presiden meyakinkan bahwa BUMN dan perusahaan swasta di Indonesia sudah memiliki kekuatan dan pengalaman yang memadai, berpengalaman membangun infrastruktur dengan tantangan geografis yang berat, sekaligus membangun infrastruktur modern perkotaan dan membangun infrastruktur di kondisi iklim yang ekstrem. Sebagai kekhasan, BUMN dan perusahaan swasta Indonesia disebut Presiden berpengalaman membangun infrastruktur di lokasi dengan beragam adat budaya tradisi lokalnya.
”Sebagai saudara seperjuangan, kami akan dengan sangat terbuka hati untuk bekerja sama, berbagi, dan membantu pembangunan infrastruktur demi kesejahteraan seluruh bangsa Afrika,” kata Presiden.
Wakil Tinggi Uni Afrika di Bidang Pembangunan Infrastruktur Raila Odinga menyatakan, negara-negara di Afrika bertekad membuka pasar seluas-luasnya melalui pasar bebas. Hubungan baik dan kerja sama dengan negara-negara lain secara global dilakukan demi mendapat nilai tambah yang lebih besar demi kemakmuran warga Afrika. Dia optimistis, teknologi yang dikembang-
kan perusahaan-perusahaan Indonesia menjadi kombi-
nasi yang tepat dipadukan dengan kekayaan bahan mentah Afrika.
Data Kementerian Perdagangan menunjukkan, masih sangat terbuka peluang kerja sama perdagangan Indonesia-Afrika. Sepanjang 2018, total perdagangan Indonesia-Afrika sub-Sahara yang mencakup 46 negara mencapai 8,46 miliar dollar AS, sedangkan total perdagangan Indonesia-Afrika (54 negara) senilai 11,06 miliar dollar AS. Secara berturut-turut, cakupan total perdagangan itu baru sebesar 2,3 persen dan 3 persen dari total perdagangan RI secara global. Total perdagangan Indonesia dengan Afrika paruh pertama tahun ini hanya tumbuh 1,40 persen.