Anak muda selalu punya cara untuk menunjukkan sikap. Mereka menunjukkan rasa cinta kepada bangsa dan negara Indonesia yang akhir pekan lalu berulang tahun ke-74 dengan cara yang berbeda.
Cara paling mudah yang bisa dilakukan generasi muda untuk mencintai Indonesia biasanya dengan menggunakan produk-produk dalam negeri. Selain itu, menikmati keindahan alam Indonesia juga bisa membuat kita semakin mencintai Tanah Air.
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Multimedia Nusantara, Tangerang, Banten, Felicia Margaretha, mengatakan, wujud nasionalisme tidak hanya dinilai dari selera barang atau bahasa seseorang. Cinta Tanah Air justru seharusnya lebih mementingkan kontribusi diri sendiri pada perkembangan bangsa ketimbang hal-hal yang hanya terlihat di permukaan.
”Masalah daya beli produk lokal memang, sih, hanya segelintir kelompok saja yang mengutamakan untuk keukeuh hanya beli produk lokal. Tapi, kalau hanya dilihat dari situ lalu bilang enggak cinta Indonesia, aku enggak setuju. Ada hal-hal yang enggak kelihatan secara langsung, tapi itu wujud cinta kami sama Indonesia,” ujar Felicia.
Rasa cinta kepada Indonesia, misalnya, ia wujudkan dengan mendukung industri perfilman dalam negeri. Ia mengikuti dunia perfilman Indonesia yang menurut dia semakin berkembang. Kendati demikian, ia justru enggan menonton semua film Indonesia tanpa melihat kualitas.
”Aku nonton film Indonesia justru yang memang dibicarakan dan diulas baik, gitu. Kalau misalnya aku nonton tanpa melihat kualitas, nanti secara enggak langsung malah mendukung kualitas film Indonesia jadi rendah. Inginnya yang bagus yang diminati biar terlihat standar untuk dapat penonton seperti apa,” tuturnya. Tak hanya berbicara, Felicia juga sudah menonton film berjudul Dua Garis Biru dan Kucumbu Tubuh Indahku yang mendapat apresiasi dari penyuka film lokal.
Sineas Tanah Air favoritnya adalah Joko Anwar dan Mira Lesmana. ”Hmm, harapan gue buat sineas dalam negeri teruslah menghasilkan karya-karya yang groundbreaking, baik dari segi cerita maupun sinematografinya, lalu berani keluar dari zona nyaman dan aman,” ujar Felicia.
Cara mencintai Indonesia secara berbeda juga ditunjukkan Davin Geovanni Irawan (20), mahasiswa Jurusan Strategic Communication (PR) Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Multimedia Nusantara, Tangerang, Banten. Cowok yang kini berada di semester lima itu mengekspresikan kecintaan kepada bangsa dan negara melalui hal sederhana yang selalu ia junjung tinggi.
”Hal simpel yang saya sering lakukan adalah selalu menjunjung sikap ramah. Mengapa? Karena keramahtamahan mencerminkan budaya Indonesia. Dari situ wujud simpel saya mengekspresikan kecintaan saya kepada Indonesia,” ujarnya.
Davin mencoba selalu bersikap ramah kepada orang yang ia temui, baik di lingkungan keluarga, kampus, teman, maupun kenalan. Saat berada di luar negeri, ia juga melakukan hal sama sebagai salah satu perwujudan bangga menjadi orang Indonesia yang dikenal ramah.
Sementara Marlina Sugiarto (20), mahasiswi Fakultas Humaniora Jurusan Hubungan Internasional Bina Nusantara University, memilih menggunakan produk tata rias Indonesia yang menurut dia sudah setara dengan produk luar negeri. ”Sebagai orang yang konsumtif, saya membeli apa saja yang saya butuhkan sesuai dengan harga dan fungsi apa pun brand-nya. Menurut saya, sudah banyak brand lokal sejajar dengan brand luar, seperti tata rias lokal Makeover, Wardah, dan Studiotropik,” ujarnya.
Mahasiswi lain, Carina Putri Paramitha, yang kuliah di Jurusan Ilmu Administrasi Niaga Universitas Indonesia, berjuang bersama beberapa temannya mencari solusi masalah sampah plastik di Indonesia dengan membuat bisnis kantong plastik. Carina tidak ingin melanggengkan titel Indonesia sebagai penyumbang sampah plastik kedua terbesar dengan merintis bisnis Plastik Si Engkong.
Ia memulai usaha tersebut pada awal 2019 bersama teman sekelas di kampus, Nada Ulhaq, Andri Dwi Yulianti, dan Muti Raigabe. ”Modal usaha dari patungan. Promosinya sampai saat ini masih via Instagram. Kami menciptakan inovasi yang enggak hanya berorientasi pada keuntungan, tapi juga manfaat bersama. Plastik dari pati singkong itu bisa terurai dalam waktu 14 hari,” kata Carina.
Cinta Tanah Air
Dari hasil jajak pendapat Kompas, 22 persen generasi muda mencintai dan melestarikan budaya nasional untuk menunjukkan cintanya kepada Tanah Air. Mereka juga memakai dan mempromosikan produk-produk buatan dalam negeri.
Cara lain yang dilakukan 11,6 persen anak muda untuk menunjukkan keindonesiaannya adalah dengan memilih melakukan perjalanan ke tempat-tempat wisata di dalam negeri dan mempromosikan pariwisata Indonesia. Keindahan pesona alam Tanah Air dari Sabang sampai Merauke tak kalah indahnya dari alam negara lain. Bahkan, lebih dari separuh anak muda mewujudkan kecintaannya pada keindahan alam Tanah Air dengan mempromosikannya melalui media sosial.
Sebagai generasi penerus bangsa, kini saatnya pemuda merajut dan merawat keberagaman kebudayaan Indonesia sebagai wujud cintanya kepada Tanah Air.
(MB DEWI PANCAWATI/LITBANG KOMPAS/**/***)