Di luar dugaan, lintasan datar etape ketiga Tour d\'Indonesia berakhir tanpa adu sprint. Marcus Culey melaju sendiri tanpa pesaing hingga finis.
Oleh
Herpin Dewanto Putro
·4 menit baca
JEMBER, KOMPAS - Pebalap tim Team Sapura Cycling, Marcus Culey, melepaskan tangan dari setang sepedanya mendekati garis finis etape ketiga lomba balap sepeda Bank BRI Tour d’Indonesia 2019 di Kota Jember, Rabu (21/8/2019). Ia kemudian menari sambil melintasi garis finis untuk merayakan kemenangannya.
Pebalap Australia itu bergembira karena jauh meninggalkan lawan-lawannya. Ia melintasi garis finis seorang diri, 32 detik di depan Rohan Du Plooy (ProTouch Continental Pro Cycling). Urutan ketiga ditempari Yudai Arashiro (Kinan Cycling Team).
Selisih waktu 32 detik terbilang cukup besar untuk tahapan yang terdiri atas lintasan datar. Etape ketiga ini berawal di Kota Batu dan berakhir di Alun-Alun Jember, Jawa Timur, sejauh 193 kilometer, dengan tiga titik intermediate sprint.
Sekitar 10 km sebelum garis finis, Culey sempat mendapat perlawanan dari Du Plooy dan Arashiro. Namun, ketika kedua pesaingnya mulai melambat, Culey melesat hingga ke finis dan. ”Saya sudah berjanji kalau menang akan menari. Kebetulan saya bisa finis sendirian, sangat menyenangkan jika dapat mengulanginya lagi,” katanya.
Menurut Culey, etape ketiga ini mirip dengan etape pertama Magelang-Ngawi yang lebih cocok bagi pebalap tipe sprinter. Namun, kondisi cuaca pada etape pertama lebih panas sehingga Culey hanya mampu finis di urutan kelima. Pada etape ketiga, Culey cukup memulihkan kondisi fisik setelah bermalam di Batu yang relatif dingin.
Kesialan tim nasional
Etape ketiga ini memang menjadi incaran para sprinter seperti Culey dan juga pebalap Tim Nasional Indonesia, Projo Waseso. Namun, Projo bernasib sial ketika tidak bisa menghindari lubang jalan di km 52. Projo yang terjatuh mengaku tidak melihat lubang tersebut karena fokus mengendalikan laju sepeda agar tidak menabrak penonton di pinggir jalan.
Projo masih dapat bangkit dan melanjutkan lomba. ”Tetapi, sekitar lima menit setelah jalan lagi, saya merasa myeri di tangan kiri,” ujar Projo. Ia tidak bisa mengepalkan tangan. Oleh karena itu, ia berkonsultasi dengan dokter timnas dan tidak melanjutkan lomba. Seusai lomba, tangannya sudah dibebat perban dan menggunakan penyangga lengan.
Tim dokter masih memeriksa lagi apakah tangan kiri Projo mengalami dislokasi atau patah tulang. Yang pasti, Projo sudah tidak bisa lagi mengikuti etape empat dan lima. ”Saya kecewa sekali karena punya ekspektasi tinggi pada etape ketiga yang merupakan nomor saya ini. Setelah gagal pada etape pertama, saya punya ambisi untuk naik ke podium pada etape ketiga,” kata Projo.
Pebalap timnas lainnya, Dealton Nur Arif Prayogo, juga jatuh karena bertabrakan dengan pebalap Terengganu Inc TSG, Maral-Erdene Batmunkh, di sekitar Lawang, Malang. Dealton yang lutut kirinya terluka lalu mengganti sepedanya yang rusak. .
”Saya masih bisa melanjutkan lomba pada etape keempat tetapi cedera ini tetap berpengaruh,” ujar Dealton. Etape keempat, Kamis (22/8) ini dari Jember menuju Banyuwangi sejauh 151,8 km menyuguhkan tanjakan ekstrem di lereng Gunung Ijen, Banyuwangi.
Pelatih timnas Dadang Haries Poernomo mengakui harapan timnas untuk bisa berjaya unjuk gigi semakin tipis. ”Pada etape keempat, kami hanya berharap pada kemampuan individu Hari (Fitrianto) dan Woro (Fitriyanto),” ujarnya.
Hari dan Woro adalah spesialis tanjakan di timnas. Namun, mereka tidak akan mendapat dukungan maksimal dari tim karena Projo mundur dan Dealton terluka. Adapun Hari sempat mengalami kram kaki pada etape kedua.
Meski demikian, masih ada dua pebalap tuan rumah masuk sepulu besar pada etape ketiga yaitu Abdul Soleh (KFC Cycling Team) dan Odie Purnomo Setiawan (PGN Road Cycling Team). Abdul finis peringkat ketujuh dan Odie peringkat kedelapan. Keduanya berada di kelompok terdepan sejak awal.
“Saya ikut memimpin bersama 10 pebalap lainnya dengan selisih hingga tujuh menit dari kelompok besar. Sayangnya pada 20 km terakhir saya terlambat untuk maju ke depan,” ujar Abdul. Memasuki jarak 5 km terakhir sebelum finis, jalan mulai sedikit mendaki dan Abdul mengaku sudah kehabisan tenaga sehingga tercecer.
Namun, Abdul merupakan pebalap tanjakan sehingga ia optimistis bisa merebut hasil yang lebih baik pada etape keempat. “Trek etape keempat sangat menantang dan saya berambisi memimpin di depan,” katanya.