Karawang Butuh Bendungan dan Embung Minimalkan Dampak Kekeringan
›
Karawang Butuh Bendungan dan...
Iklan
Karawang Butuh Bendungan dan Embung Minimalkan Dampak Kekeringan
Pemerintah Kabupaten Karawang, Jawa Barat, berencana membangun sejumlah bendungan atau embung di lokasi terdampak kekeringan. Upaya ini diharapkan dapat menanggulangi bencana kekeringan yang terjadi setiap tahunnya.
Oleh
MELATI MEWANGI
·3 menit baca
KARAWANG, KOMPAS— Pemerintah Kabupaten Karawang, Jawa Barat, berencana membangun sejumlah bendungan atau embung di lokasi terdampak kekeringan. Upaya ini diharapkan dapat menanggulangi bencana kekeringan yang terjadi setiap tahunnya.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Karawang Eka Sanatha, Jumat (23/8/2019), mengatakan, ada tiga titik kecamatan yang paling parah mengalami kekeringan, yakni Kecamatan Pangkalan, Tegalwaru, dan Kecamatan Ciampel. Pada ketiga lokasi ini, akan dibangun bendungan atau embung untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat sekitar.
Embung adalah tempat penampungan air hujan yang bisa dimanfaatkan pada saat musim kemarau untuk keperluan air bersih hingga irigasi. Sementara bendungan adalah bangunan penahan atau penimbun air.
Menurut Eka, ketiga daerah ini berada di daerah yang tidak terjangkau aliran bendung di sekitarnya karena lokasinya berada di permukaan yang tinggi, sehingga sulit untuk dijangkau dengan saluran pengairan. “Sebelum pembangunan dimulai, kami harus menentukan titik yang tepat dengan berbagai pertimbangan agar ke depan bendung bisa berjalan efektif,” ujarnya.
Sebelumnya, Pemda Karawang bersama Pemprov Jabar telah membangun Bendung Waru di Kecamatan Waru pada tahun 2010. Namun, Eka menilai, bendung tersebut tidak cukup efektif mengatasi kekeringan di musim kemarau.
Pantauan Kompas, Bendung Waru tampak kering dan air yang tersedia hanya sedikit. Garis pengukur ketinggian air menunjukkan tinggi air di bawah 10 sentimeter. Idealnya tinggi permukaan air di saluran tersier di atas 30 sentimeter. Anggaran proyek jangka panjang ini kisaran Rp 5 miliar - Rp10 miliar per bendung. Pengajuan dana telah diusulkan kepada Pemprov Jabar. Namun, hingga kini belum diputuskan.
Eka menyebutkan, seandainya pengajuan dana tersebut tidak diterima, maka rencana pembangunan tetap akan dilanjutkan dengan menggunakan anggaran daerah Karawang. “Pembangunan tetap dilakukan karena ini menyangkut kehidupan banyak orang,” katanya.
Jangka pendek
Potret warga mencuci pakaian tampak di saluran air tersier di dekat Bendung Waru. Setiap kemarau tiba, masyarakat memanfaatkan air untuk kebutuhan sehari-hari.
Siti Maryam (30), warga Desa Cintaasih, Kecamatan Pangkalan, Karawang, harus menempuh jarak 10 kilometer demi cuci pakaian di saluran tersebut. Setiap dua hari sekali, ia membawa dua karung besar berisi pakaian kotor menaiki sepeda motor.
“Tidak ada air yang keluar dari sumur rumah. Mau bagaimana lagi, saya terpaksa ke sini karena butuh air,” ucapnya. Maryam pun harus membeli air seharga Rp 70.000 per tangki besar atau sekitar 500 liter air.
Sementara itu, Enden (42) warga Desa Parungmulya, Kecamatan Ciampel, Karawang, mengatakan, selama ini dirinya mengambil air dari kubangan-kubangan yang ada di sungai Cirinjing, Kecamatan Ciampel. Air yang masih keluar dari kubangan itu digunakan untuk mencuci pakaian.
“Setiap jam 4 pagi, kami harus berebut menyiduk air di kubangan. Kalau kesiangan, saya tidak bisa mencuci baju,” katanya. Adapun, air untuk kebutuhan memasak didapatnya dengan membeli air seharga Rp 6.000 per galon untuk kebutuhan 2 hari.
Setiap jam 4 pagi, kami harus berebut menyiduk air di kubangan. Kalau kesiangan, saya tidak bisa mencuci baju
Masyarakat sangat berharap jika bantuan air bersih datang secara rutin ke desanya. Bencana kekeringan dan krisis air yang terulang setiap tahun, membawa kepedihan bagi mereka. Sebab, tak jarang sebagian dari mereka harus mencari air ke lokasi yang cukup jauh dan merogoh kocek yang tak sedikit.
Kepala Bidang Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karawang Ruchimat mengatakan, ada tujuh kecamatan di Karawang yang saat ini menghadapi krisis air bersih. Dari semua kecamatan tersebut, baru sebagian yang sudah mengajukan permohonan air bersih di desa tertentu.
Ketujuh kecamatan itu adalah Pangkalan, Tegalwaru, Ciampel, Telukjamber Barat, Cilebar, Tirtajaya, dan Tempuran. “Kami sudah menyalurkan 31 tangki air dengan kapasitas masing-masing 5.000 liter ke sejumlah desa. Pengiriman air dilakukan setelah desa mengajukan laporan,” ucap Ruchimat.