Narman (30) merasa terpanggil untuk mengenalkan suku Baduy Luar. Karena ia orang desa, pengenalan itu ia lakukan dengan cara memasarkan kerajinan tangan. Tujuan lainnya, mengenalkan suku Baduy Luar kepada masyarakat luas dan memotivasi anak-anak Baduy Luar belajar.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·5 menit baca
Narman (30) merasa terpanggil untuk mengenalkan suku Baduy Luar. Karena ia orang desa, pengenalan itu ia lakukan dengan cara memasarkan kerajinan tangan. Tujuan lainnya, mengenalkan suku Baduy Luar kepada masyarakat luas dan memotivasi anak-anak Baduy Luar belajar.
Narman, yang tinggal di Kampung Morengo, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, meyakini, potensi kerajinan yang ada di masyarakat suku Baduy perlu dikembangkan dan dipasarkan dengan cara yang lain. Selama ini, penjualan kerajinan, seperti kain tenun, tas, gelang, serta gelas dan ceret dari bambu, hanya di Desa Ciboleger, tempat wisatawan yang hendak ke kampung adat suku Baduy Luar.
Bapak dua anak yang juga dikenal sebagai pemandu para wisatawan yang hendak berkunjung ke suku Baduy meyakini, dengan ekonomi yang tercukupi, warga Baduy akan terus bertahan menjadi masyarakat adat. Tapi, ia melihat realitas, kini semakin banyak orang Baduy yang pergi ke luar kampung selama berhari-hari, bahkan hingga satu bulan. Banyak pula di antaranya yang mempunyai tempat tinggal sementara di luar kampung untuk bisa mendapatkan penghasilan.
”Saya berpikir, jika terjadi secara massal orang Baduy banyak ke luar, kesinambungan adat budaya Baduy bakal terancam. Padahal, dengan menambah keterampilan dan keilmuan, potensi suku Baduy bisa lebih dikembangkan,” ujar Narman, yang asli dari suku Baduy Luar.
Batin Narman pun bergolak agar bisa ikut menjawab tatangan yang kini dihadapi masyarakat adat Baduy. Ia yang berkenalan dengan internet dan pemanfaatannya untuk penjualan secara daring sekitar tiga tahun lalu merasa menemukan jawaban.
Seperti diketahui, penggunaan teknologi gadget dan internet tidak diperkenankan secara adat pada masyarakat Baduy. Pelarangan itu ditujukan untuk menjaga masyarakat Baduy agar tetap hidup sesuai anjuran para leluhur. Namun, batin Narman tak kuasa menolak bisikan yang mendorongnya agar berbuat kebaikan untuk membantu perkenomian masyarakat Baduy.
Ia kemudian menggunakan gadget secara diam-diam untuk memasarkan kerajinan suku Baduy. Penjualan daring ia lakukan melalui laman dan media sosial dengan nama Baduy Craft sejak 2016 hingga sekarang.
Setiap hari, dengan kedua kakinya yang lincah, ia dengan cepat menyusuri jalan setapak berbatu-batu dengan kondisi jalanan naik-turun sekitar 4 kilometer menuju gudang di Desa Ciboleger. Di gudang yang terletak di lokasi tak mencolok, Narman membuka gadget untuk memantau toko daringnya. Ada berbagai macam barang kerajinan tertata rapi yang dibelinya sendiri dari warga ataupun titipan dari para tetangga.
Hingga saat ini sudah puluhan keluarga yang mendapat manfaat dari penjualan daring Baduy Craf. Ada kesempatan berpameran di berbagai ajang pameran besar di Jakarta dan sekitarnya untuk mempromosikan aneka produk kerajinan Baduy.
Restu tetua adat
Kami berjumpa di Kampung Kadujangkung, masih masuk Baduy Luar. Saat itu, ia menjadi pemandu rombongan majalah komik sains Kuark yang menggelar acara #BerbagiTerang Goes To Baduy untuk anak-anak suku Baduy, Kamis (8/8/2019). Narman melihat gadget bisa menjadi solusi untuk masyarakat sukunya agar dapat berkembang secara ekonomi dengan mengembangkan potensi kerajinan. Masyarakat Baduy pun tak perlu meninggalkan tempat hidup mereka sehingga tetap menjalankan ritual adat budaya yang menjadi bagian hidup mereka.
Meskipun tidak mudah, Narman akhirnya bisa mendapat restu dari tetua adat agar bisa menjalankan apa yang diyakini hati nuraninya bagi kaumnya. Tentu saja kegiatan berjualan kerajinan suku Baduy secara daring harus dilakukan di luar kampungnya dan dilakukan dengan tidak mencolok.
Kiprah Narman yang mulai memasarkan kerajinan Baduy secara daring pada tahun 2016 mendapatkan penghargaan dari Semangat Astra Terpadu untuk Indonesia (SATU) Awards 2018. Ia pun mendapat dukungan untuk lebih mengembangkan gagasannya dalam mengembangkan Baduy Craft.
”Saya masih melihat lagi apa yang bisa dikembangkan sesuai adat. Jangan sampai yang saya lakukan merusak adat,” ujarnya.
Dari hasil pergulatan batin Narman, ia meyakini, sistem kehidupan orang Baduy tetap punya tempat dalam dunia modern. Bahkan, dunia modern pun bisa belajar dari Baduy sehingga dapat menjaga kehidupan yang seimbang dan selaras alam.
”Saya menikmati jadi orang Baduy. Saya ingin menjelaskan kepada orang luar bahwa suku Baduy punya sistem kehidupan seperti ini, yang juga layak dilakukan di kehidupan modern,” ujar Narman.
Ia ingin Baduy tidak dipahami sebagai suku primitif atau terisolasi. Praktik kesederhanaan, memanfaatkan sumber daya dengan sederhana alias tidak rakus, menjadi hal penting tetap dijalankan dalam kehidupan modern. Dengan demikian, generasi sekarang tetap dapat mewariskan kehidupan dan alam yang baik bagi anak cucu mereka.
Sebagai generasi muda, secara jujur, Narman mengatakan, ada pemikiran yang mulai berkembang di dalam dirinya, yakni ingin Baduy bisa beradaptasi dengan dunia luar. Namun, di sisi lain, ia tetap meyakini bahwa dirinya yang lahir dari keturunan Baduy harus tetap menjaga warisan leluhurnya dengan memegang dan menjalankan adat budaya dan keyakinan yang sudah turun-temurun.
Narman memilih jalan damai untuk memadukan kehidupan suku Baduy yang tetap berpegang pada warisan leluhur dengan tantangan ekonomi dan sosial yang dihadapi masyarakat. Ia tetap menghormati para orang tua yang berperan dalam adat. Ia ingin jadi contoh sosok orang Baduy yang tetap menghormati tuah atau kepercayaan dan keyakinan yang diwariskan leluhurnya, sekaligus juga aktif mencari solusi yang pas untuk membuat Baduy tetap bertahan sampai kapan pun.
Tak hanya ingin memajukan ekonomi masyarakat yang sesuai potensi Baduy, Narman juga dengan perlahan mendorong motivasi belajar anak-anak Baduy. Ia membuka rumahnya sebagai tempat kegiatan Rumah Baca Akar Baduy.
Narman sendiri tidak pernah mengenyam bangku sekolah. Ia belajar membaca secara otodidak dengan membaca banyak buku. Baginya, tidak bersekolah bukan berarti tidak belajar.
Narman
Lahir: Baduy, 1 April 1989
Istri: Pulung
Anak: Fedriandi (5 tahun) dan Nira (1,5 tahun)
Penghargaan
1. Semangat Astra Terpadu untuk Indonesia Awards bidang kewirausahaan dengan program promosi dan penjualan kerajinan khas baduy (2018)
2. Juara I Multatuli Run 10K Putra Tingkat Umum Lokal, Kabupaten Lebak (2018)