Film “Bali: Beats of Paradise” Dorong Cintai Budaya
›
Film “Bali: Beats of Paradise”...
Iklan
Film “Bali: Beats of Paradise” Dorong Cintai Budaya
Film semi dokumenter, Bali: Beats of Paradise, karya sutradara Livi Zheng ditayangkan di bioskop Indonesia mulai Kamis (22/8/2019). Film memberikan promosi penting bagi kebudayaan Bali dan Indonesia selain mengajak masyarakat untuk kembali mengenal dan mencintai budayanya.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·3 menit baca
DENPASAR, KOMPAS – Film semi dokumenter berjudul Bali: Beats of Paradise karya sutradara Livi Zheng ditayangkan di bioskop-bioskop di Indonesia mulai Kamis (22/8/2019). Film yang mengangkat kisah seniman asal Bali Nyoman Wenten mengenalkan gamelan di Amerika Serikat dinilai memberikan promosi penting bagi kebudayaan Bali dan Indonesia selain mengajak masyarakat untuk kembali mengenal dan mencintai budayanya.
Kamis sore, Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi dan Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati menyaksikan film “Bali: Beats of Paradise” di bioskop XXI Trans Studio Mall, Denpasar. Mereka didampingi Livi Zheng dan Nyoman Wenten bersama istrinya, Nanik Wenten.
Nonton bareng film itu diramaikan para pelajar bersama guru sekolah menengah atas di Denpasar dan sejumlah pejabat di lingkungan Pemerintah Provinsi Bali.
Livi Zheng mengungkapkan rasa bahagianya atas penayangan film besutannya itu di Indonesia, terlebih di Bali. “Film ini sudah ditayangkan di Amerika Serikat dan di Korea, juga diputarkan oleh maskapai Singapore Airlines,” kata Livi Zheng menjelang acara nonton bareng (nobar) di Denpasar. “Sekarang film ini ditayangkan di seluruh Indonesia, termasuk di Bali. Saya senang banget,” ujarnya.
Film berjudul Bali: Beats of Paradise menceritakan kisah Wenten, seniman asal Bali yang puluhan tahun mengajar dan bermukim di Amerika Serikat bersama istrinya, Nanik Wenten. Dalam film itu juga ditampilkan pembuatan klip video musik Judith Hill, pemenang Grammy Award, yang berkolaborasi dengan Wenten dan Nanik.
Film semi dokumenter berdurasi sekitar 1 jam itu menghadirkan komentar dari sejumlah tokoh dan seniman tentang gamelan Bali dan budaya, di antaranya, komponis Evan Ziporyn, Jody Diamond, dan musisi I Wayan Balawan.
“Filmnya menarik, ceritanya bagus dan menginspirasi kami untuk mencintai dan melestarikan budaya,” kata Gaiko Ermawan, siswi Sekolah Menengah Atas Negeri 7 Denpasar, Bali, seusai menonton film “Bali: Beats of Paradise”.
Filmnya menarik, ceritanya bagus dan menginspirasi kami untuk mencintai dan melestarikan budaya. (Gaiko Ermawan)
Seusai menonton film itu, Imam menyatakan film yang disutradarai Livi Zheng itu juga menampilkan romantika Wenten dan Nanik selain perjalanan Wenten dalam mengenalkan gamelan sebagai hasil budaya dan jenis musik yang mampu berkolaborasi dengan musik lain. “Romantika Pak Wenten dan ibu itu menjadi energi besar dalam mengembangkan gamelan ini,” kata Imam.
Imam menambahkan, Livi Zheng maupun Wenten melalui film itu memberikan gambaran kepada khalayak Indonesia, terutama generasi muda, tentang kekayaan budaya dan tradisi Indonesia, terutama di masyarakat Bali dan membuka ruang promosi kebudayaan. “Ini bisa menjadi rujukan bagi pelajar dan siswa untuk belajar mempromosikan budaya yang dapat melalui banyak cara, salah satunya melalui sinema atau film,” kata Imam.
Tjok Oka menyampaikan apresiasinya terhadap Livi Zheng, Wenten bersama Nanik Wenten, dan pembuatan film berjudul Bali: Beats of Paradise yang tidak hanya semakin mengenalkan kebudayaan Bali melalui gamelannya namun juga mengangkat nama Bali di kalangan internasional. “Ini menjadi bentuk promosi yang luar biasa yang dilakukan Livi Zheng bersama Pak Wenten dan istrinya,” ujar Tjok Oka.
Adapun Wenten mengungkapkan rasa terima kasih dan bahagia karena film tersebut ditayangkan di Indonesia dan dapat ditonton masyarakat. “Setelah lama merantau, saya selalu ingin mengenalkan Bali dan Indonesia lebih jauh lagi, terutama tentang budayanya,” kata Wenten. “Kami berterima kasih dan bangga karena film bisa diputar di Indonesia,” ujar Wenten.