Ratusan mahasiswa dari berbagai daerah, termasuk Papua, yang tergabung dalam gerakan Malang Tunggal Ika menggelar aksi Indonesia Tersenyum, di Kota Malang, Jawa Timur, Jumat (23/8/2019) sore. Aksi damai ini bertujuan menangkal berita hoaks terkait kondisi Malang Raya yang tidak ramah bagi pelajar dan mahasiswa sekaligus merekatkan kembali tali silaturahmi antarpemuda.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS - Ratusan mahasiswa dari berbagai daerah, termasuk Papua, yang tergabung dalam gerakan Malang Tunggal Ika menggelar aksi Indonesia Tersenyum, di Kota Malang, Jawa Timur, Jumat (23/8/2019) sore. Aksi damai ini bertujuan menangkal berita hoaks terkait kondisi Malang Raya yang tidak ramah bagi pelajar dan mahasiswa sekaligus merekatkan kembali tali silaturahmi antarpemuda.
Selain diikuti mahasiswa, aksi yang berlangsung di Simpang Balapan, Kota Malang ini juga dihadiri Wali Kota Malang Sutiaji, Wakil Wali Kota Malang Sofyan Edy Jarwoko, Komandan Komando Distrik Militer (Kodim) Kota Malang Letnan Kolonel (Letkol) Tommy Anderson, dan Komandan Kodim 0818 Malang-Batu Letkol (Inf) Ferry Muzawwad.
Hadir pula kepala Kepolisian Resor Kota Malang Ajun Komisaris Besar (AKB) Asfuri, Kepala Polres Malang AKB Yade Setiawan Ujung, dan Kepala Polres Batu AKB Budi Hermanto.
Kegiatan Indonesia Tersenyum diisi sejumlah kegiatan, di antaranya pembacaan Sumpah Pemuda, penanaman pohon perdamaian di monumen Hamid Rusdi, makan bersama menggunakan nampan (barikan), hingga menari bersama diiringi lagu-lagu dari Papua.
Tommy Anderson mengatakan, Indonesia hanya bisa hebat jika punya rasa kebangsaan yang solid. Indonesia hanya bisa menjadi hebat apabila betul-betul memahami nilai-nilai kebinnekatunggalikaan. Dia pun berharap semua anak bangsa mengesampingkan perbedaan, bersama-sama meningkatkan pemahaman sebagai satu bangsa.
“Kalau kita mendengar semboyan bersatu kita teguh bercerai kita runtuh. Bayangkan dengan analogi sebatang lidi, kalau hanya satu gampang dipatahkan. Jika bersama-sama susah dipatahkan,” katanya.
Sutiaji mengatakan, keragaman budaya dan suku di Indonesia merupakan keindahan yang diciptakan Tuhan. “Tuhan mempunyai ororitas untuk menjadikan satu saja. Tetapi mengapa Tuhan menciptakan perbedaan karena di tengah perbedaan itu ada keindahan. Kemunculan itu yang harus dibangun bersama-sama,” ujarnya.
Menurut Sutiaji, keragaman suku, budaya, dan agama di Indonesia tidak untuk saling mematahkan. Tetapi untuk merajut kebinnekaan menjadi sebuah kekuatan bangsa.
"Jangan biarkan Indonesia menangis. Ayo junjung tinggi kebinekaan kita semua sehingga Indonesia tersenyum dengan cinta kita," ungkap Sutiaji. Dia berkata, "Tanpa Papua bukan Indonesia, tanpa Malang juga tidak Indonesia."
Malang Tunggal Ika sendiri digagas berbagai unsur pemuda di Malang Raya. Di dalamnya terdapat beberapa komponen, antara lain Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Jaringan Satu Indonesia, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia, Komite Nasional Pemuda Indonesia, dan GP Ansor, serta gabungan organisasi daerah mahasiswa Se-Malang Raya, dan masyarakat.
Ketua GMNI Malang Raya, Rachmat Arief Budiman mengatakan kegiatan ini merupakan bagian dari bakti anak bangsa untuk negeri. “Indonesia Tersenyum merupakan gerakan merawat kebhinnekaan dengan cara kami ala anak muda,” ucapnya.
Ke depan, menurut Ketua HMI Cabang Malang Raya, Satriyadi, Malang Tunggal Ika akan menjadi forum silaturahmi yang terus eksis dalam menjaga keberagaman di Malang Raya.