HONG KONG, JUMAT -- Aktivis prodemokrasi Hong Kong mengajak warga kota itu menggelar unjuk rasa besar-besaran di Bandara Internasional Hong Kong akhir pekan ini. ”Mari pergi ke bandara dengan segala macam cara, termasuk MTR, bus bandara, taksi, sepeda, dan mobil pribadi, untuk meningkatkan tekanan pada transportasi bandara,” demikian ajakan sejumlah penggagas aksi unjuk rasa lanjutan yang disiarkan secara daring, Jumat (23/8/2019).
Operasional bandara pun kembali terancam sebagaimana terjadi pada akhir pekan lalu saat pintu masuk Hong Kong itu ”diduduki” massa pengunjuk rasa. Massa membarikade lorong-lorong bandara dengan troli aneka benda lainnya. Bentrok dengan polisi pun tidak terhindarkan. Otoritas China mengeluarkan pernyataan, aksi itu layaknya aksi terorisme.
Namun, massa pengunjuk rasa dan warga Hong Kong tampaknya bergeming. Mereka tetap pada tekadnya untuk menolak RUU Ekstradisi. Mereka juga menuntut iklim demokrasi hadir sepenuhnya dan dipertahankan di kota itu.
Menyikapi ajakan para aktivis, otoritas Bandara Hong Kong mendesak agar aksi unjuk rasa tidak digelar di bandara. Desakan itu disampaikan melalui iklan yang dipasang di surat-surat kabar setempat. Mereka meminta warga mencintai kota Hong Kong.
Bergandengan tangan
Aksi massa akhir pekan ini dimulai Jumat malam. Warga bergandengan tangan membuat rangkaian manusia pada dua sisi pelabuhan Hong Kong. Warga berniat membentuk rangkaian tanpa putus sepanjang 25 kilometer. Mereka menyebutnya dengan Hong Kong Way.
”Saya ikut aksi ini karena digelar secara damai,” kata Peter Cheung (27), warga Hong Kong. ”Ini untuk mengenang peristiwa Baltic Way 30 tahun lalu. Saya harapkan aksi kali ini akan lebih besar gaungnya secara internasional.”
Aksi itu terinspirasi aksi serupa, bertajuk Baltic Way, yang pernah digelar 30 tahun lalu di negara-negara Baltik. Aksi yang diikuti lebih dari 2 juta orang itu memprotes ketatnya kontrol Uni Soviet. (AP/REUTERS)