Apa yang disaksikan sama sekali di luar dugaan. Kereta api di Indonesia dijejali penumpang dari kota ke kota. Jalan efisien untuk keluar dari masalah ini, Indonesia memerlukan tenaga-tenaga ahli yang kompeten dalam aneka macam bidang perkeretaapian. Demikian K Kularatman, ketua rombongan muhibah perkeretaapian Malaysia, menyampaikan kesan-kesannya.
Saran tersebut disampaikan Kularatman setelah dirinya dan rombongan meninjau berbagai bidang perkeretaapian di seluruh Pulau Jawa. Rombongan itu terdiri atas 29 orang. Mereka sudah berkeliling melihat sarana-sarana perkeretaapian selama dua pekan.
Diutarakan, kereta api di Malaysia hanya penuh pada hari-hari libur. Untuk kereta komuter, jam padat penumpang terjadi pada pagi hari, para siswa pulang dari sekolah, dan para karyawan pulang dari kantor.
Tentu saja, kepadatan penumpang bukanlah perbandingan yang sepadan. Jumlah penduduk Indonesia jauh lebih banyak dibandingkan Malaysia.
Di Balai Yasa, Manggarai, Jakarta, Ir Mardjono yang menjadi pemimpinnya secara tidak langsung menjawab saran sang tamu. Balai Yasa sebagai pusat pemeliharaan material kereta api, misalnya, diasuh tenaga-tenaga terlatih. Ada 1.608 tenaga teknik dan 128 tenaga administrasi di balai itu. Mesin kerjanya juga banyak, 717 buah, seperti mesin bor, bubut, derek, dan las.
Namun, memang, selama berpuluh-puluh tahun kereta api di Indonesia seperti pasar malam, gagal menjadi moda perjalanan yang menyenangkan. Penumpang kelas ekonomi berebut bangku dan berjejal hingga duduk di lantai saat arus mudik, menjadi pemandangan tahunan.
Kereta listrik komuter di Jabotabek pun punya ciri penumpang yang duduk hingga di atap gerbong dengan pintu-pintu otomatis yang tetap terbuka (karena diganjal penumpang yang kepanasan), saat berjalan. Stasiun-stasiun sudah seperti sentra kaki lima. Para pedagang ramai menjajakan jualannya hingga masuk ke dalam gerbong saat kereta transit.
Modernisasi besar-besaran akhirnya dikerjakan sejak 10 tahun lalu. Stasiun direnovasi dan konservasi, dipertegas dengan zona-zona bisnis dan khusus penumpang. Pintu-pintu masuk stasiun komuter pun menggunakan akses. Semua kelas kereta diberi pendingin suhu. Jadwal perjalanan ditata, tak lagi ngaret. Sejak tahun ini pun Jakarta sudah punya kereta bawah tanah, mengikuti Kuala Lumpur yang sudah 24 tahun lebih dulu.