Tiga Pesepeda Jarak Jauh Indonesia Berjaya di Perancis
›
Tiga Pesepeda Jarak Jauh...
Iklan
Tiga Pesepeda Jarak Jauh Indonesia Berjaya di Perancis
Kondisi cuaca di malam hari sangat dingin dengan temperatur yang bisa menyentuh 4 derajat Ccelcius. Hal tersebut merupakan salah satu tantangan terberat bagi peserta Indonesia.
Oleh
Prayogi Dwi Sulistyo
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tiga belas pesepeda amatir Indonesia berpartisipasi dalam ajang bersepeda jarak jauh tertua di dunia, Paris-Brest-Paris Randonneur, di Perancis pada 18 hingga 22 Agustus 2019. Tiga di antaranya berhasil masuk finish sesuai waktu yang ditentukan.
Paris-Brest-Paris (PBP) Randonneur merupakan ajang empat tahunan yang diselenggarakan Audax Club Parisien (ACP), salah satu klub sepeda tertua di dunia. Kegiatan ini diikuti lebih dari 6.000 peserta dari seluruh dunia.
Setiap peserta PBP harus bersepeda sejauh 1.215 kilometer di rute yang telah ditentukan panitia dalam waktu maksimal 90 jam. Penyelenggaraan PBP ini bersifat mandiri sehingga setiap peserta tidak boleh mendapatkan bantuan atau dukungan apapun selama perjalanan.
Dalam keterangan pers yang diterima Kompas di Jakarta, Minggu (25/8/2019), Indonesia baru berpartisipasi sejak tahun 2015. Waktu itu, hanya satu peserta Indonesia yang bisa menyelesaikan PBP sesuai dengan waktu yang ditentukan oleh panitia. Pada PBP 2019 ini, tiga peserta dari Indonesia, yaitu Sandi Adila, Hendriyanto Wijaya, dan Vidi Widyastomo berhasil menyelesaikan PBP dengan baik.
Selain jarak sejauh 1.200 kilometer, berbagai tantangan juga harus dihadapi oleh setiap peserta. Rute yang telah disiapkan panitia banyak melewati kontur perbukitan sehingga total elevasi yang harus diselesaikan oleh setiap peserta adalah kurang lebih 12.000 meter atau satu setengah kali dari puncak Everest.
Selain itu, kondisi cuaca di malam hari sangat dingin dengan temperatur yang bisa menyentuh 4 derajat Ccelcius. Hal tersebut merupakan salah satu tantangan terberat bagi peserta Indonesia.
Dari tiga peserta Indonesia yang berhasil menyelesaikan PBP, dua di antaranya, yaitu Sandi Adila dan Hendriyanto berhasil menyelesaikan PBP dengan menggunakan sepeda lipat. Mereka sebagai finisher pertama dari Indonesia dengan menggunakan sepeda lipat dengan catatan waktu 82 jam 53 menit. Sandi Adila dan Hendriyanto Wijaya merupakan dua pesepeda dari Klub Brompton Monas Cyclists.
Persiapan
Untuk mempersiapkan diri dalam ajang PBP, Hendriyanto Wijaya, yang sehari-hari bekerja sebagai dokter gigi, rutin latihan bersepeda sejauh 150 kilometer setiap hari. “Agar tidak mengganggu jadwal praktik, latihan kadang dimulai sejak pukul 04.30 WIB sampai pukul 10.00 WIB,” ujar Hendriyanto.
Sementara itu Sandi Adila, yang merupakan pengacara korporasi di salah satu firma hukum di Indonesia, mengalami tantangan yang berat selama persiapan PBP. Dua bulan sebelum ajang PBP, Sandi Adila mengalami kecelakaan tunggal ketika bersepeda yang mengakibatkan patah tulang pada clavicula dan retak di bagian pelvis. “Saya hanya memiliki waktu selama dua minggu untuk persiapan PBP. Suatu misi yang sulit dipercaya,” ujar Sandi.
Salah satu kunci kesuksesan Sandi Adila dan Hendriyanto Wijaya dalam menyelesaikan PBP kali ini adalah persiapan mental serta kerja sama tim yang baik. Dukungan dari teman-teman Brompton Monas Cyclists yang aktif memberikan motivasi dari Jakarta diakui kedua pesepeda tersebut sebagai salah satu rahasia kesuksesan mereka dalam menyelesaikan PBP.