Mereka tertarik ingin menggunakan produk lokomotif buatan Inka untuk merevitalisasi infrastruktur kereta api angkutan barang di Zimbabwe
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Indonesia berhasil meraih kesepakatan bisnis senilai Rp 11,67 triliun dalam Dialog Infrastruktur Indonesia-Afrika atau Indonesia-Africa Infrastructure Dialogue (IAID) 2019 pada 20-21 Agustus 2019 di Nusa Dua, Bali. Kerja sama dilakukan di sejumlah sektor, antara lain properti, infrastruktur, farmasi, dan perminyakan.
Dalam IAID 2019, sektor transportasi tidak ketinggalan menjadi salah satu potensi yang disorot. Zimbabwe, yang terletak di selatan Benua Afrika, tertarik mengeksplorasi potensi kerja sama di bidang tersebut.
Kereta Api Nasional Zimbabwe (NRZ) dan perusahaan-perusahaan dari Zimbabwe yang tergabung dalam penyelenggaraan usaha angkutan hasil tambang, batu bara, dan bahan bakar minyak turut berpartisipasi dalam penjajakan potensi kerja sama dengan PT Industri Kereta (Inka) dari Indonesia dalam IAID 2019.
Sejumlah pejabat dan pengusaha dari Zimbabwe yang hadir dalam IAID 2019 adalah Komisaris dan Direksi NRZ, Direktur dan staf Zimbabwe One Stop Investment Services, pejabat Kementerian Luar Negeri Zimbabwe, serta pejabat Kedutaan Besar Zimbabwe di Jakarta.
“Kami ditugaskan Menteri Transportasi Zimbabwe untuk hadir di IAID 2019 untuk kerja sama revitalisasi kereta api dengan Indonesia," kata Wakil Presiden Komisaris NRZ Mayor Jenderal William Dube dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu (25/8/2019).
Para delegasi dari Zimbabwe akan berkunjung ke fasilitas produksi INKA di Madiun, Jawa Timur, setelah IAID 2019 selesai digelar.
Seperti yang diketahui, Inka merupakan badan usaha milik negara (BUMN) yang fokus memproduksi kereta api dan infrastrukturnya. Perusahaan ini telah mengekspor kereta api ke sejumlah negara, antara lain Bangladesh, Filipina, Malaysia, Thailand, Singapura, dan Australia.
Kedutaan Besar RI di Harare sebelumnya telah mengundang manajemen Inka ke Harare, ibu kota Zimbabwe, selama 10-11 Agustus 2019. Tim Inka bertemu jajaran manajemen NRZ serta konsorsium usaha angkutan batu bara dengan kereta api yang dipimpin oleh perusahaan Cross Holding Zimbabwe.
“Mereka tertarik ingin menggunakan produk lokomotif buatan Inka untuk merevitalisasi infrastruktur kereta api angkutan barang di Zimbabwe,” ujar Duta Besar RI untuk Zimbabwe Dewa Sastrawan.
Angkutan hasil tambang
Pertemuan itu bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai tata niaga angkutan batu bara menggunakan kereta api di negara tersebut. Batubara diangkut dari kawasan pertambangan hingga menuju perbatasan Afrika Selatan.
“Selain itu, dalam kunjungan INKA juga mendapatkan penjelasan mengenai angkutan distribusi BBM dari Pusat Depo BBM di Harare yang rencana jangka panjangnya adalah akan didistribusikan dengan kereta api ke negara tetangga, terutama Zambia, Malawi, Botswana, dan Afrika Selatan,” tutur Dewa.
Lirikan perusahaan dari Zimbabwe untuk bekerja sama semakin memantapkan langkah Inka di pasar Afrika. Inka juga tengah menjajaki potensi ekspor kereta api ke Mali, Kamerun, Senegal, Angola, Zimbabwe, Madagaskar, dan Uganda.
Direktur Utama Inka Budi Noviantoro mengatakan, pihaknya harus mencari dan memperluas pasar ekspor. Sebab, bisnis Inka tergantung dari jumlah kontrak setiap tahun. Jika hanya bergantung pada pasar dalam negeri, kebutuhannya tidak akan selalu besar setiap tahun. (Kompas, 20/8/2019).