Penderes kelapa di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah didorong memakai sabuk pengaman saat naik ke pohon kelapa untuk menekan angka kecelakaan. Hal itu dinilai mendesak karena kecelakaan penderes jatuh dari pohon di Banyumas sekitar 160 orang per tahun dan separuh di antaranya meninggal dunia.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
PURWOKERTO, KOMPAS – Penderes kelapa di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah didorong memakai sabuk pengaman saat naik ke pohon kelapa untuk menekan angka kecelakaan. Hal itu dinilai mendesak karena kecelakaan penderes jatuh dari pohon di Banyumas sekitar 160 orang per tahun dan separuh di antaranya meninggal dunia.
“Sampai 2023, sebagian besar penderes di Banyumas diharapkan sudah terbiasa menggunakan safety belt. Angka kecelakaan per tahun 160 orang dan yang meninggal itu separuhnya, sisanya cacat,” kata Bupati Banyumas Achmad Husein, Senin (26/8/2019) di Desa Pageraji, Banyumas di sela-sela pemberian bantuan sabuk pengaman oleh Bank Indonesia dan Pemkab Banyumas bagi para penderes Kelompok Tani Cikal Mas di Desa Pageraji, Kecamatan Cilongok.
Husein menyampaikan, pemerintah setempat menyiapkan 20 unit safety belt dengan harga Rp 750.000 per unit. Ke depan, pemerintah daerah akan mengalokasikan dana Rp 1 miliar untuk menyediakan sabuk pengaman bagi para penderes. “Saya minta safety belt ini dipakai dan dalam waktu satu bulan ini, akan dievaluasi lagi,” ungkapnya.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto Agus Chusaini menyampaikan, gula kelapa merupakan produk yang sangat potensial di Kabupaten Banyumas. Banyumas juga merupakan salah satu sentra industri gula kelapa di Indonesia. Di kabupaten ini, sekitar 27.000 keluarga menggantungkan hidupnya dari mengolah air nira menjadi gula kelapa.
Agus menambahkan, jumlah industri rumah tangga gula kelapa di Kabupaten Banyumas sekitar 31.521 unit usaha dengan kapasitas produksi 87.569,2 ton per tahun. Namun di sisi lain, tingginya angka kecelakaan kerja akibat petani penderes terjatuh dari pohon kelapa saat pengambilan hasil penyadapan masih menjadi persoalan.
“Angka kecelakaan kerja bagi para penderes gula kelapa di Kabupaten Banyumas sangat tinggi, terutama di musim hujan. Sekurang-kurangnya, satu orang penderes mengalami kecelakaan kerja dalam satu hari atau rata-rata sebanyak 50 orang per tahun,” paparnya.
Untuk mencegah hal itu, lanjut Agus, Bank Indonesia melalui Program Sosial Bank Indonesia menyerahkan 50 unit sabuk pengaman kepada para penderes. “Nanti mungkin perlu pengembangan (alat) agar bisa mengunci sendiri seperti safety belt di mobil atau pesawat,” katanya menanggapi masukan sejumlah penderes yang agak lama memasang alat pengaman ke pohon.
Ruswanto (41) penderes kelapa mengaku sudah mencoba memakai sabuk pengaman tersebut sejak tiga bulan terakhir. “Lumayan enak. Kendalanya saat bongkar-pasang pengait ke pohon ketika naik dan turun. Kalau biasanya (tanpa alat pengaman) satu jam bisa naik 6 pohon, tapi dengan alat ini perlu waktu satu setengah jam,” tuturnya.
Pada dasarnya sabuk pengaman ini adalah perlengkapan dasar untuk olah raga panjat tebing. Namun, terdapat sejumlah modifikasi seperti pengait antara tubuh dengan batang pohon kelapa.
Khabib (32) penderes lainnya mengapresiasi bantuan sabuk pengaman dari BI dan pemerintah daerah demi keselamatan. Dia mengaku saat memanjat pohon kelapa, pernah terpeleset hingga dadanya terluka. Saat musim hujan, batang pohon kelapa menjadi licin sehingga lebih membahayakan.
Penemu sabuk pengaman bagi penderes kelapa, Agus Triono menyampaikan, pada dasarnya sabuk pengaman ini adalah perlengkapan dasar untuk olah raga panjat tebing. Namun, terdapat sejumlah modifikasi seperti pengait antara tubuh dengan batang pohon kelapa. “Alat ini bisa menahan beban antara 1.200 kilogram sampai 2.000 kilogram,” tutur Triono.