Harga bawang merah di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, kerap anjlok dalam tiga tahun terakhir. Takut merugi, petani pun memilih mengurangi luas tanam atau bahkan sama sekali tidak menanam komoditas tersebut.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS – Harga bawang merah di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, kerap anjlok dalam tiga tahun terakhir. Saat ini, harganya menyentuh Rp 7.000 per kilogram di tingkat petani, jauh di bawah harga acuan pemerintah, yakni Rp 15.000 per kg. Takut merugi, petani pun memilih mengurangi luas tanam atau bahkan sama sekali tidak menanam komoditas tersebut.
Berkurangnya luas lahan bawang merah antara lain tampak di Kecamatan Gebang dan Kecamatan Babakan, Senin (26/8/2019). Daerah sentra bawang merah di Cirebon itu kini didominasi tanaman jagung, tebu, dan padi. Sejumlah lahan bahkan dibiarkan menganggur. Sisi jalan yang biasanya dijadikan tempat menjemur bawang merah kini berganti tumpukan sampah.
“Sudah dua minggu ini harga bawang merah di tingkat petani anjlok jadi Rp 7.000-Rp 8.000 per kg. Padahal, tiga bulan lalu masih Rp 15.000 per kg, bahkan Rp 20.000 per kg untuk yang kering,” kata Warid (48), petani bawang di Gebang.
Anjloknya harga bawang merah di Cirebon kerap terjadi tiga tahun terakhir. Catatan Kompas, pada Oktober 2017, petani bawang berunjuk rasa di kantor Bupati Cirebon karena harga komoditas itu menyentuh Rp 6.000 per kg di tingkat petani. Pada September 2018, harga bawang kembali turun hingga Rp 5.000 per kg.
Makanya, sekitar 70 persen petani di Gebang sudah tidak menanam bawang. Kalaupun ada, luas lahannya berkurang.
Padahal, harga bawang merah telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 27 Tahun 2017 tentang Penetapan Harga Acuan Pembelian di Petani dan Harga Acuan Penjualan di Konsumen. Berdasarkan aturan itu, harga acuan di tingkat petani Rp 15.000 per kg dan konde askip (dengan daun) Rp 18.300 per kg.
“Makanya, sekitar 70 persen petani di Gebang sudah tidak menanam bawang. Kalaupun ada, luas lahannya berkurang,” ujar Warid, yang mengurangi luasan tanam bawangnya dari 8 hektar tahun lalu menjadi 5 hektar saat ini.
Ia berharap, panen bawang kali ini dapat melunasi utangnya akibat kerugian tahun sebelumnya. Sebagai gambaran, modal yang dibutuhkan untuk menanam hingga panen 1 hektar lahan bawang mencapai sekitar Rp 120 juta.
Namun, harapan Warid belum menemui titik terang karena harga bawang merah anjlok saat ini. “Anehnya, meskipun harga turun, bawang saya susah laku. Padahal, tidak kena ulat. Biasanya, sebelum panen, pedagang sudah telepon untuk beli. Sekarang, belum ada pembeli,” kata Warid, yang saat ini baru memanen 1,4 hektar.
Hasil panennya sekitar 24 ton itu masih disimpan di lahan untuk dikeringkan sembari menunggu pembeli. “Kalau harga bawang anjlok terus, tahun depan saya enggak tanam bawang lagi,” ucapnya.
Darmu (68), petani asal Kecamatan Pabuaran, mengaku beralih komoditas dari bawang merah ke padi di lahan garapannya seluas 25 hektar. “Modal tanam padi jauh lebih murah, sekitar Rp 10 juta per hektar. Sekarang, harga gabah juga tinggi, Rp 5.800 per kg. Di daerah saya, sekitar 100 hektar lahan bawang beralih menjadi padi,” ungkapnya.
Wasirudin (50), Ketua Kelompok Saka Tani, mendorong pemerintah daerah dan pusat menyelesaikan masalah anjloknya harga bawang. “Pemerintah harusnya bisa menstabilkan harga. Petani tidak minta harga tinggi, tetapi stabil. Kalau harga jatuh, pemerintah bisa membeli panen petani,” ujar petani bawang yang mengurangi lahan bawangnya dari 3 hektar menjadi 1,4 hektar itu.
Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon mencatat, luas tanam bawang merah pada 2018 mencapai 3.664 hektar. Jumlah ini berkurang dibandingkan 2017, yakni 4.303 hektar. Produksi bawang merah pun berkurang dari 38.373 ton tahun 2017 menjadi 35.647 ton tahun lalu.