Peningkatan anggaran untuk perbaikan infrastruktur pendidikan dan penelitian memacu pertumbuhan jumlah riset dan publikasi ilmiah dari Indonesia. Namun, selain pertumbuhan dari sisi kuantitas, kualitas riset dan publikasi ilmiah juga diharapkan meningkat.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·3 menit baca
DENPASAR, KOMPAS – Peningkatan anggaran untuk perbaikan infrastruktur pendidikan dan penelitian memacu pertumbuhan jumlah riset dan publikasi ilmiah dari Indonesia. Namun, selain pertumbuhan dari sisi kuantitas, kualitas riset dan publikasi ilmiah juga diharapkan meningkat.
Hal itu disampaikan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir dalam pembukaan Kegiatan Ilmiah 2019 di Grand Inna Bali Beach, Sanur, Kota Denpasar, Senin (26/8/2019), dalam rangkaian Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Harteknas) ke-24 di Bali.
Nasir menyebutkan, peringkat daya saing Indonesia meningkat berdasarkan penilaian International Institute for Management Development. “Profil ilmu pengetahuan dan teknologi Indonesia juga membaik,” kata dia.
Produksi publikasi ilmiah Indonesia pada jurnal internasional sudah menyaingi Malaysia di tingkat Asia Tenggara. Indonesia bahkan menempati posisi pertama dalam registrasi paten di Asia Tenggara. Akumulasi registrasi paten Indonesia mencapai 2.800 paten, melebihi Singapura dan Malaysia. Hal ini juga mengindikasikan membaiknya persepsi komunitas ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap iklim inovasi di Indonesia. “Tinggal sekarang bagaimana meningkatkan kualitasnya,” kata Nasir.
Nasir menyatakan, anggaran riset dan pengembangan sudah naik dan diharapkan akan lebih meningkat sejalan dengan semangat Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2019 tentang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Sisnas Iptek). Nasir menambahkan, Kemenristek dan Dikti mendorong hasil-hasil riset memiliki hilir di industri. Dia mencontohkan, penelitian dan pengembangan energi baru terbarukan melalui pengolahan minyak kelapa sawit menjadi bahan bakar nabati.
“ITB dan Pertamina sedang mengembangkan penelitian green gasoline,” kata Nasir. Apabila penelitian bahan bakar nabati itu berhasil dan dapat dikembangkan dalam skala industri, Indonesia diyakini akan menghemat devisa hingga 17,6 miliar dollar Amerika Serikat dari bahan bakar minyak. Upaya lainnya, menurut Nasir, juga meliputi penelitian dan pengembangan kendaraan motor listrik.
Dalam pembukaan Kegiatan Ilmiah 2019 di Denpasar, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan, Kementerian Pertahanan memanfaatkan hasil riset dan penelitian Indonesia dalam membangun pertahanan nasional. Menurut dia, inovasi dan penguasaan teknologi penting dalam pengembangan industri pertahanan untuk menunjang ketersediaan alat dan peralatan pertahanan.
“Saya mengajak generasi muda, akademisi, peneliti, dan teknokrat untuk berinovasi dan membuat terobosan dalam membangun industri pertahanan nasional,” kata Ryamizard. Menurut dia, jika Indonesia mampu membuat kapal selam dan jet tempur, berarti kekuatan Indonesia diperhitungkan.
Ryamizard menambahkan, dukungan riset dan pengembangan di Tanah Air akan mengantarkan Indonesia menuju mandiri dalam penyediaan alat utama sistem persenjataan (alutsista). "Ini bukanlah sesuatu yang ambisius, tetapi realitas optimistis," tegasnya.
Adapun Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo mengatakan, pemerintah sudah mengalokasikan dana abadi riset dan penelitian dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Dia menyatakan, Kemenkeu sedang mengkaji usulan Kemenristek dan Dikti agar dana abadi riset dan penelitian ditingkatkan. “Tahun 2020 diusulkan menjadi Rp 5 triliun, ini akan kami usahakan,” kata dia.
Direktur Jenderal Penguatan Inovasi Kemenristek dan Dikti sekaligus ketua penyelenggara Hakteknas ke-24 Jumain Appe mengatakan, Kegiatan Ilmiah 2019 bertujuan membangun jaringan kerja sama antara peneliti, komunitas ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kalangan industri dan bisnis. Kegiatan Ilmiah 2019 juga bertujuan menyebarkan informasi dan perkembangan sekaligus mengekspos hasil-hasil riset teknologi.
Dalam kesempatan pembukaan Kegiatan Ilmiah 2019, Nasir juga meluncurkan sistem perkantoran berbasis elektronik “e-Office” yang dikembangkan Kemenristek dan Dikti. Selain itu, pembukaan Kegiatan Ilmiah 2019 juga diisi penandatanganan nota kesepahaman dan naskah kerja sama antara pihak Kemenristek dan Dikti dengan sejumlah kementerian dan lembaga, di antaranya, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Kementerian Pertahanan, dan Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas).