Uji Coba Perluasan Ganjil Genap Tingkatkan Kinerja Lalu Lintas
›
Uji Coba Perluasan Ganjil...
Iklan
Uji Coba Perluasan Ganjil Genap Tingkatkan Kinerja Lalu Lintas
Kebijakan perluasan ganjil genap di Jakarta yang saat ini sedang diuji coba dinyatakan telah berdampak terhadap kecepatan rata-rata kendaraan, jumlah penumpang kendaraan umum, dan kualitas udara. Namun, dampak tersebut dinilai warga belum signifikan.
Oleh
AYU PRATIWI/AGUIDO ADRI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kebijakan perluasan ganjil genap di Jakarta yang saat ini sedang diuji coba dinyatakan telah berdampak terhadap kecepatan rata-rata kendaraan, jumlah penumpang kendaraan umum, dan kualitas udara. Namun, dampak tersebut dinilai warga belum signifikan.
Kepala Dinas Perhubungan Syafrin Liputo menyampaikan, sejak perluasan ganjil genap diuji coba pada 7 Agustus 2019, kecepatan rata-rata kendaraan di ruas jalan yang diberlakukan ganjil genap menjadi 28,16 kilometer per jam atau naik 8,9 persen dibandingkan dengan sebelumnya. Dengan demikian, rata-rata waktu tempuh kendaraan pada ruas jalan itu rata-rata menurun 9,83 persen.
”Ganjil genap merupakan salah satu upaya memperbaiki kinerja lalu lintas dan kualitas udara Jakarta. Selama uji coba, hasilnya positif,” kata Syafrin dalam acara diskusi yang digelar oleh Institut Studi Transportasi (Instran) di Jakarta, Senin (26/8/2019).
Turut hadir sebagai pembicara Kepala Subdirektorat Pembinaan dan Penegakan Hukum Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya Komisaris M Nasir, Direktur Lalu Lintas Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Karlo Manik, serta sejumlah pakar di bidang transportasi dan tata ruang.
Kualitas udara
Selain berdampak positif pada kinerja lalu lintas, kebijakan ganjil genap juga terbukti membantu meningkatkan kualitas udara di sejumlah titik di Ibu Kota. ”Kualitas udara meningkat signifikan. Di Bundaran Hotel Indonesia (HI), polusi udara turun 18 persen, lalu di wilayah Kelapa Gading turun 13,51 persen,” ucap Syafrin
Menurut dia, membaiknya kualitas udara disebabkan penurunan jumlah volume kendaraan selama sosialisasi ganjil genap. Selama perluasan ganjil genap diuji coba, volume kendaraan pada ruas yang diberlakukan kebijakan menurun 21,07 persen pada tanggal ganjil dan 16,63 persen pada tanggal genap.
Selain itu, transportasi umum di Jakarta juga mengalami peningkatan pada jumlah penumpang setelah dilakukannya uji coba perluasan ganjil genap. Syafrin menyatakan, jumlah penumpang bus Transjakarta naik 19,59 persen. Pada 12-14 Agustus 2019, rata-rata jumlah penumpang bus Transjakarta 531.129 orang. Pada periode yang sama bulan sebelumnya, jumlahnya 427.096 orang.
Tarif parkir
Ketua Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) Iskandar Abubakar berpendapat, kebijakan ganjil genap seharusnya mampu mengurangi volume lalu lintas hingga 50 persen. ”Dampaknya ada, tetapi kenapa hanya belasan persen?” ujarnya.
Menurut dia, yang perlu diantisipasi salah satunya adalah masyarakat kelas atas yang mampu memiliki lebih dari satu kendaraan pribadi agar tidak kena peraturan ganjil genap.
Agar jumlah kendaraan pribadi dapat dibatasi secara efektif, kebijakan ganjil genap perlu didukung dengan peningkatan tarif parkir. ”Kita naikkan tarif parkir, misalnya, selama 7-8 jam harganya Rp 80.000. Itu cukup membuat kita berpikir 2-3 kali untuk membawa kendaraan pribadi atau tidak,” tutur Iskandar.
Warga belum merasakan
Sementara itu, dampak uji coba perluasan ganjil genap belum dirasakan seluruh warga. Flavian Okta (28), warga Bintaro, Jakarta Selatan, yang setiap hari menggunakan sepeda motor menuju tempat kerjanya di kawasan Kota Tua, Jakarta Barat, misalnya, belum merasakan berkurangnya kendaraan.
”Setiap hari, waktu tempuh perjalanan bisa 1,5 jam karena macet. Saya rasa belum ada dampak dari peraturan ganjil genap,” kata Flavian.
Menanggapi wacana sepeda motor terkena peraturan ganjil genap, Flavian tidak setuju jika peraturan tersebut diterapkan. Ketidaksetujuan Flavian karena peraturan ganjil genap tidak diikuti dengan kesiapan penyediaan transportasi publik dan integrasi moda yang belum menyeluruh.
”Motor memang lebih banyak jumlahnya, tetapi pemerintah perlu memikirkan transportasi publik agar kami mau beralih ke sana,” katanya.
Risa Lukita (35), warga Penjaringan, Jakarta Utara, mengatakan, ia juga belum merasakan dampak positif peraturan ganjil genap. ”Mungkin karena belum diterapkan, ya, karena masih sosialisasi. Jadi, belum begitu terasa dampaknya. Selama ini saya masih lewat saja di jalan yang terdampak ganjil genap. Namun, saya sering mendapatkan sosialisasi dari petugas,” katanya.
Syafrin memastikan, sepeda motor dikecualikan dari kebijakan ganjil genap karena jumlahnya yang besar sehingga sulit diawasi oleh pihak kepolisian. Namun, ke depan, sepeda motor diwajibkan menggunakan jalur kiri.
Roda perekonomian
Syafrin menjelaskan, kebijakan ganjil genap telah dipertimbangkan dampaknya dari segi ekonomi, sosial, dan lingkungan. Sistem ganjil genap hanya diberlakukan di ruas jalan yang jaringan angkutan umumnya dinilai memadai. Jalan Arteri Pondok Indah yang lalu lintasnya cukup padat, misalnya, tidak kena sistem ganjil genap karena ketersediaan angkutan umum dinilai belum memadai.
Sistem ganjil genap hanya diberlakukan di ruas jalan yang jaringan angkutan umumnya dinilai memadai.
Selain itu, sistem ganjil genap tidak diberlakukan sepanjang hari demi memastikan roda perekonomian warga terus berjalan. Angkutan barang yang tidak bisa melalui jalan dengan sistem ganjil genap, misalnya, bisa melaluinya di luar jam itu.
Sosialisasi perluasan sistem ganjil genap berlangsung pada 7 Agustus hingga 8 September 2019. Menurut rencana, aturan baru ini diberlakukan pada 9 September 2019. Ada 16 ruas jalan baru yang akan diterapkan sistem ganjil genap. Sebelum perluasan ini diberlakukan, sudah ada sembilan ruas jalan yang diberlakukan ganjil genap. (*)