Jarak yang memisahkan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan dari posisi ganda putra peringkat satu dunia semakin menipis. Namun, target utama mereka adalah lolos ke Olimpiade Tokyo 2020 dan merebut medali emas.
Oleh
Yulvianus Harjono
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Hendra Setiawan dan Mohammad Ahsan, pasangan ganda putra bulu tangkis Indonesia, enggan berpuas diri seusai menyabet gelar juara dunia 2019. Mereka berharap melanjutkan momentum positif tahun ini pada kejuaraan berikutnya, sekaligus merebut tiket ke Olimpiade 2020 di Tokyo.
Hendra dan Ahsan disambut sukacita keluarga dan para penggemar bulu tangkis saat tiba kembali di Tanah Air, Selasa (27/8/2019) malam. Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI) Wiranto ikut menyambut mereka dan dua pasangan lain peraih medali perunggu di Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis 2019 di Swiss, yaitu Greysia Polii/Apriani Rahayu dan Fajar Alfian/Muhammad Rian, saat mendarat di Bandara Internasional Soekarno Hatta, Tangerang, Banten.
Hendra—yang berulang tahun ke-35 pada 25 Agustus lalu—mendapatkan kejutan kue ulang tahun yang dibawa ketiga anak-anaknya. Kue itu bertuliskan, “Selamat, juara dunia”.
Gelar juara dunia di Swiss, Minggu lalu, membuat Hendra menyamai rekor pasangan legendaris China, Cai Yun dan Fu Haifeng, sebagai pemilik gelar juara dunia terbanyak ganda putra, yaitu empat kali. Adapun Ahsan, yang kini berusia 31 tahun, tiga kali juara.
Hendra dan Ahsan tidak bisa merayakan kemenangan itu terlalu lama. Mereka telah menatap dua turnamen besar ke depan, yaitu China Terbuka (17-22 September) dan Korea Terbuka (24-29 September). Kedua turnamen itu masuk kalendar World Tour Super di 2019 ini.
“Beberapa minggu lagi ada turnamen di China dan Korea. Kami fokus ke sana dulu,” ujar Ahsan dalam jumpa pers di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta.
Jika konsisten masuk final pada kedua turnamen itu, Hendra/Ahsan semakin dekat dengan posisi peringkat pertama dunia di ganda putra. Pasangan yang tidak lagi berusia muda itu kini hanya terpaut 12.216 poin dari pasangan terbaik dunia yang juga asal Indonesia, Marcus Gideon/Kevin Sanjaya. Tahun 2019 ini, prestasi Hendra/Ahsan melesat. Mereka menembus final di tujuh turnamen, dua di antaranya juara, yaitu All England dan Kejuaraan Dunia.
Namun, dengan rendah hati, Hendra berkata, target utama mereka bukan mengusur Marcus/Kevin dari posisi nomor satu. Target mereka adalah lolos dan mengejar medali emas di Olimpiade 2020. Kans lolos ke Tokyo sangat terbuka jika keduanya terus tampil konsisten. Namun, diakui Hendra, target itu tidak mudah mengingat para pesaingnya juga menginginkan hal sama.
“Ya, inginnya kami paling tidak bisa tetap di peringkat kedua. Olimpiade masih lama. Harapan kami adalah lolos dulu ke Tokyo. Kami akan terus berlatih keras agar tidak kalah dengan yang muda-muda,” ujar Hendra yang pernah meraih emas di Olimpiade Bejing 2008 bersama pasangannya saat itu, Markis Kido.
Wiranto juga berharap Indonesia bisa berjaya di Olimpiade Tokyo. Menurutnya, prestasi atlet-atlet bulu tangkis Indonesia di turnamen tingkat dunia sepanjang 2019 ini cukup menggembirakan. “Di 2017, kami meraih 32 medali emas di berbagai kejuaraan. Pada 2018, 56 medali emas diraih. Tahun 2019 ini, meskipun belum berakhir, kita telah meraih 36 medali emas. Doakan kami bisa berhasil di Olimpiade 2020,” ujarnya.
Tua-tua keladi
Dalam kesempatan itu, Wiranto juga memuji pencapaian Hendra/Ahsan sebagai salah satu pasangan tertua yang menjadi juara dunia. “Mereka tua-tua keladi. Secara fisik, mereka mungkin kurang dibandingkan dengan yang lainnya. Tetapi, ada nilai lebihnya, yaitu pengalaman dan kesabaran. Mudah-mudahan, ke depan, lebih banyak lagi juara dunia dari Indonesia,” ujarnya kemudian.
Hendra mengakui, usianya tidak lagi muda. Namun, itu tidak membatasi ambisinya untuk terus berprestasi. “Kuncinya adalah memasang target dan tetap latihan keras. Kami tidak mau kalah dengan yang muda-muda. Sepanjang masih bisa bersaing, saya akan terus bermain (bulu tangkis),” ujar atlet yang belum memikirkan pensiun itu.