Ibu Kota Baru Butuh Tambahan Daya Listrik 1.555 MW
›
Ibu Kota Baru Butuh Tambahan...
Iklan
Ibu Kota Baru Butuh Tambahan Daya Listrik 1.555 MW
Wilayah Kalimantan Timur yang akan menjadi ibu kota baru negara diasumsikan membutuhkan daya tambahan 1.555 megawatt.
Oleh
Erika Kurnia
·2 menit baca
BALIKPAPAN, KOMPAS — Wilayah Kalimantan Timur yang akan menjadi ibu kota baru negara diasumsikan membutuhkan daya tambahan 1.555 megawatt. Kebutuhan itu antara lain akan diakomodasi dengan pembangunan pembangkit dan transmisi sesuai skema Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2019-2028.
Direktur Bisnis PT Perusahaan Listrik Negara Persero (PLN) Regional Kalimantan Syamsul Huda, Rabu (28/8/2018), mengatakan, total daya listrik saat ini yang menerangi wilayah calon ibu kota baru, yakni Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kabupaten Kutai Kartanegara, sebesar 380 megavolt ampere (MVA). Listrik tersebut dipasok dari empat gardu induk.
Dengan kondisi itu, rasio elektrifikasi atau presentasi jumlah masyarakat yang menikmati listrik di Penajam Paser Utara telah mencapai 100 persen dan Kutai Kartanegara 95,33 persen.
”Jika ibu kota negara dibangun di sana, asumsi kebutuhan daya tambahan kota sebesar 1.555 megawatt (MW) dengan konsumsi listrik per kapita sebesar 4.000 kilowatt per jam,” kata Syamsul.
Untuk itu, perlu tambahan 12 gardu induk dengan kapasitas minimal 120 MVA tiap gardu. Tambahan kebutuhan daya itu juga akan diakomodasi pembangunan pembangkit dan transmisi sesuai skema Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2019-2028.
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Teluk Balikpapan, yang menjadi pembangkit milik PLN berkapasitas terbesar di Kalimantan Timur, akan memperkuat kelistrikan di wilayah ibu kota baru. PLTU yang beroperasi sejak awal 2017 itu berkapasitas 2 x kali 110 MW dan mendukung sistem interkoneksi Kalimantan.
”Kami siap untuk melayani kelistrikan ibu kota baru karena posisinya berdekatan. Saya kira, PLN juga mulai mengantisipasi rencana kelistrikan terkait penetapan Kalimantan Timur sebagai ibu kota negara dengan menyesuaikan RUPTL,” tutur Manajer Unit Pelaksanaan Pengendalian Pembangkit (UPDK) Kalimantan Yuskar Radianto yang ditemui pada Rabu di Balikpapan.
Pengembangan infrastruktur listrik di Kalimantan Timur masih berjalan dengan RUPTL yang ada. Listrik dipasok dari Sistem Interkoneksi Kalimantan (Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Tengah) dengan total daya 1.569 MW dan beban puncak 1.095 MW.
Sistem Interkoneksi Kalimantan akan mendapat tambahan pasokan listrik sebesar 910.9 MW pembangkit, 3.898 KMS transmisi, dan 1.360 MVA gardu induk. Tambahan itu didapat dari infrastruktur yang ditargetkan beroperasi secara komersial hingga akhir tahun.
Dalam RUPTL 2019-2028 itu juga, pembangkit listrik dari energi baru dan terbarukan (EBT) akan menambah pasokan listrik sebesar 261,7 MW.
Sejauh ini, pembangkit listrik EBT menyumbang sumber kelistrikan sebanyak 2,3 persen. Sumber terbesar masih dari PLTU (70,95 persen), pembangkit listrik tenaga gas (22,28 persen), dan pembangkit listrik tenaga diesel (4,5 persen).