Kebutuhan SDM Pengolah Data Tinggi, Kualitas Masih Rendah
›
Kebutuhan SDM Pengolah Data...
Iklan
Kebutuhan SDM Pengolah Data Tinggi, Kualitas Masih Rendah
Pelaku usaha di bidang ekonomi digital menilai Indonesia kekurangan sumber daya manusia terkait pengolahan dan analisis data. Padahal, keberadaan SDM yang berkualitas merupakan kunci utama untuk bisa bersaing dengan perusahaan-perusahaan asing.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pelaku usaha di bidang ekonomi digital menilai Indonesia kekurangan sumber daya manusia terkait pengolahan dan analisis data. Padahal, keberadaan SDM yang berkualitas merupakan kunci utama untuk bisa bersaing dengan perusahaan-perusahaan asing.
Direktur Digital Business PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk Faizal R Djoemadi, Rabu (28/8/2019), di Jakarta, mengatakan, pihaknya kesulitan mencari SDM baru di bidang pengolahan data. Kualitas SDM berada di bawah standar kebutuhan.
Dalam perekrutman terakhir Telkom di 12 kategori pekerjaan di pengolahan data, hanya 10 persen dari 11.000 pendaftar yang masuk kriteria. Dari 10 persen itu, hampir semuanya masuk klasifikasi kategori terendah.
”Jadi, yang lulus itu masuk passing grade, tetapi sangat rendah kualitasnya, tidak bisa langsung dipakai. Kami harus training dan upgrade skill mereka terlebih dulu agar bisa masuk ke sistem kami,” kata Faizal dalam Indonesia Lokadata Conference (ILOC) 2019, Rabu (28/8/2019), di Jakarta.
Menurut Faisal, kekurangan SDM ini menjadi sebuah hal yang merugikan. Sebab, perusahaannya saat ini sangat membutuhkan talenta di bidang pengolahan data untuk bisa bersaing dalam pengelolaan mahadata.
”Karena itu, saya sebut talent sangat penting. Di Indonesia belum ada kuliah jurusan data scientist. Mungkin ke depannya perlu ada jurusan seperti ini. Presiden sebelumnya juga mengatakan kenapa tidak ada jurusan e-commerce,” jelas Faisal.
Direktur CogniXY Artificial Intelligence COMPNET Group Krishna Ariadi Pribadi mengatakan, kebutuhan SDM di bidang pengolahan data ini sudah mendesak. Rendahnya kualitas SDM membuat perusahaan di Indonesia tertinggal dari para pesaing global.
”Ini suatu tantangan global. Kita tidak bisa cukup puas kompetisi dengan perusahaan lokal karena banyak pesaing kita dari India, Israel, dan Rusia,” kata Krishna yang juga hadir dalam acara ILOC 2019.
Sebelumnya, Khrisna pernah membawa SDM di bidang teknologi asal Indonesia untuk bersaing di perusahaan teknologi Amerika Serikat. Namun, 90 persen talenta itu gagal semua. Mereka kalah dari SDM dari negara-negara lain.
SVP Operations and Product Management Blibli.com Lisa Widodo mengatakan, kesulitan mencari SDM pengolah data disebabkan oleh teknologi yang terus berkembang. Hal itu membuat SDM harus terus mengembangkan diri.
Secara terpisah, Chief Executive Officer PT Alami Fintech Sharia, Dima Djani, mengakui, persaingan untuk mendapatkan SDM di bidang teknologi sangat keras. Perusahaan teknologi saling berebut untuk mendapatkan talenta yang sesuai standar.
”Persaingannya sangat keras. Karena itu, persoalan SDM itu kembali lagi ke urusan dana. Kami harus memperkuat keuangan untuk bisa bersaing memperebutkan SDM yang berkualitas. Kalau tidak, ini akan berpengaruh ke kinerja teknologi,” sebut Dima.