Megawati Soekarnoputri, Presiden Ke-5 Republik Indonesia, dikenal sebagai politisi ulung yang sudah lebih dari dua dekade memimpin Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Namun, Megawati juga punya keahlian lain yang tak terlampau sering muncul di ruang publik; mengenal begitu banyak jenis tanaman berikut karakteristik dan budidayanya.
Suhu udara tak terlalu panas di The Garden of Morning Calm, di Gapyeong, sekitar 1,5 jam perjalanan dari Seoul, Korea Selatan, Selasa (27/08/2019) siang. Taman botani itu mengambil nama mirip dengan julukan Korea yang diberikan penyair India Rabindranath Tagore, yakni The Land of Morning Calm, yang secara harafiah bermakna tanah pagi yang tenang.
Megawati yang semula dijadwalkan berada di taman itu sekitar 45 menit, akhirnya menghabiskan waktu sekitar tiga jam menikmati keindahan lanskap taman. Kunjungan itu dilakukan di sela-sela lawatan Megawati ke Seoul untuk menjadi pembicara dalam Demilitarized Zone (DMZ) International Forum on the Peace Economy 28-29 Agustus.
Megawati berkeliling menjelajahi taman itu didampingi istri pendiri sekaligus pemilik taman, yakni Ny Lee Young Ja beserta penerjemah dari Kedutaan Besar RI di Seoul, Nona Kim. Sepanjang perjalanan, Megawati tampak serius memerhatikan aneka tanaman. Beberapa kali ia menyebutkan nama bunga dan pohon yang menarik minatnya. Pengamatan Megawati itu kemudian diamini Ny Lee yang juga seorang botanis. Sesekali, Megawati tersenyum dan tertawa saat berbincang soal tanaman bersama Ny Lee.
Sembari duduk di sebuah bangku di tepi Pond Garden yang menyajikan lanskap kolam beserta gazebo, Megawati menyimak penjelasan Ny Lee soal bagaimana taman yang kini memiliki lebih dari 1.000 varietas bunga dan pohon itu dahulu awalnya merupakan lahan kering tanpa pepohonan. Di akhir kunjungan, Megawati melihat ruangan berisi foto-foto lintasan sejarah pembangunan taman botani itu yang dimulai dari tahun 1994 berupa lahan kering, hingga akhirnya kini dikunjungi hampir satu juta orang dalam setahun. Taman ini juga kerap menjadi lokasi pengambilan gambar dramaseri Korea.
Megawati menuturkan, ia mengunjungi taman botani itu karena hobi tanaman. Namun, selain itu, ia juga punya dua alasan lain. Pertama, ia punya cita-cita agar kebun raya terus dikembangkan berbagai daerah di Indonesia untuk mendidik masyarakat cinta alam. Contoh baik seperti di The Garden of Morning Calm yang dikelola swasta, yakni seorang profesor bidang botani, diharapkan bisa memotivasi pengembangan kebun raya. Alasan kedua, ia khawatir pada pemanasan global yang salah satu dampaknya di Indonesia ialah kebakaran hutan saat musim panas.
Membaca buku
Kegemaran Megawati pada tanaman juga diceritakan beberapa orang yang berinteraksi intensif dengannya. Kerap kali, seusai rapat di DPP PDI-P, Megawati mengumpulkan kulit kacang yang menjadi penganan rapat untuk dibawa pulang ke rumah. Kulit kacang itu hendak diolah untuk menjadi pupuk organik yang akan digunakan untuk berkebun.
Diah Lupita Jasmina Srita, cucu Megawati menuturkan, lantaran begitu suka pada tanaman, Megawati meminta Diah untuk membawakan buku-buku tentang taman dan bunga-bunga setiap ia pulang ke Indonesia dari London, Inggris. Diah saat ini sedang menempuh studi desain interior di University of the Arts London.
“Bukunya terserah apa saja yang penting terkait tanaman. Nenek juga sering menonton film tentang tanaman dan bunga di rumah,” tutur Diah.
Selain itu, Megawati juga sering memerhatikan tanaman yang ada di jalan. “Kemarin, sewaktu ke Bali, karena penasaran melihat tanaman, nenek meminta sopir kembali lagi untuk melihat tanaman itu,” tutur Diah.
Menurut Ketua DPP PDI-P yang juga mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Rokhmin Dahuri, Megawati sudah sejak lama menyukai tanaman. Kesukaan pada tanaman itu, kata Rokhmin, juga sedikit banyak membuat Megawati punya kepedulian pada kebijakan yang terkait dengan pelestarian lingkungan. “Singkat kata, beliau ingin sekali melihat pembangunan kita pembangunan yang ‘hijau’ dan inklusif, berkelanjutan dan ada pemerataan keadilan,” kata Rokhmin.