Namin Kesumahadi (50), warga Kelurahan Bilabong Jaya, Kecamatan Langkapura, Bandar Lampung, ditemukan tewas di sumur rumahnya, Rabu (28/8/2019). Korban diduga bunuh diri karena merasa tertekan setelah pensiun sebagai pegawai negeri sipil.
Oleh
VINA OKTAVIA
·2 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Namin Kesumahadi (50), warga Kelurahan Bilabong Jaya, Kecamatan Langkapura, Bandar Lampung, ditemukan tewas di sumur rumahnya, Rabu (28/8/2019). Korban diduga bunuh diri karena merasa tertekan setelah pensiun sebagai pegawai negeri sipil.
Saat ditemukan, korban dalam kondisi mengambang di dalam sumur gali sedalam sekitar 10 meter tersebut. Korban ditemukan setelah para tetangga dan ketua rukun tetangga di kelurahan itu mendobrak pintu rumah koban.
Tubuh korban dievakuasi pada Rabu siang. Jasad korban tidak diotopsi karena keluarga menolak. Jasadnya langsung diserahkan kepada keluarga untuk dimakamkan.
Kalau ditanya, (dia) masih menjawab, tapi kadang teriak-teriak.
Ketua RT 001 Lingkungan 1 Kelurahan Bilabong Jaya Ade Febrian mengungkapkan, para tetangga curiga karena Namin menghilang sejak lima hari lalu. Sejumlah warga pun berinisiatif mendobrak pintu rumah korban untuk mencari tahu keberadaan pria tersebut. Warga kaget saat menemukan Namin tewas di sumur rumahnya. Warga pun langsung menghubungi aparat.
Namin diduga mengalami gangguan jiwa. Kondisinya semakin parah setelah dia pensiun dini sebagai pegawai negeri sipil. ”Kalau ditanya, (dia) masih menjawab, tapi kadang teriak-teriak,” ujar Ade, saat ditemui di Bandar Lampung.
Menurut Ade, selama ini Namin tinggal sendirian di rumah. Pria itu sudah berpisah dengan istrinya beberapa tahun lalu. Anaknya diketahui tinggal di luar kota dan tidak pernah pulang ke rumah itu.
Sehari-hari, Namin lebih sering duduk dan berdiam diri di rumahnya. Kerabat yang tinggal di dekat rumahnya sesekali datang berkunjung.
Kepala Kepolisian Sektor Tanjung Karang Barat Komisaris Harpan menjelaskan, penyebab kematian korban diduga karena bunuh diri. Saat olah tempat kejadian perkara, polisi menemukan tali tambang yang diikat di cincin sumur tersebut. Korban diduga sudah sekitar empat hari meninggal di dalam sumur.
Faktor depresi
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan, depresi menjadi penyebab beban penyakit kedua tertinggi di dunia tahun 2020. Sementara, depresi merupakan faktor risiko terbesar perilaku bunuh diri.
Pada 2012, WHO menyebut, angka kematian akibat bunuh diri di Indonesia 9.105 jiwa. Tahun 2017, WHO menyatakan, 4 persen dari siswa berusia 13-17 tahun mencoba bunuh diri minimal satu kali dalam setahun terakhir (Kompas, 11/9/2017).
Secara terpisah, psikolog yang juga dosen Bimbingan Konseling di Universitas Lampung Diah Utaminingsih menuturkan, keluarga dan sahabat berperan penting untuk mencegah seseorang melakukan bunuh diri. Keluarga dapat berempati dengan cara mendengarkan keluhan. Dengan begitu, orang yang mengalami depresi dapat mengeluarkan perasaan negatif yang dialaminya.