JAKARTA, KOMPAS—Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) didorong memperkuat forum East Asia Summit apabila serius mempromosikan Indo-Pasifik versi organisasi itu. Forum tersebut dinilai menjadi satu-satunya pelantar paling efektif dan rasional untuk saat ini.
Duta Besar RI untuk Inggris Raya Rizal Sukma mengatakan, ASEAN sudah menegaskan sikap kala mengungkap pandangan Indo-Pasifik pada Juni 2019. Pengungkapan itu mengirim pesan kepada negara besar bahwa sentralitas ASEAN tak boleh dilupakan.
”Sejak dibentuk 1967, salah satu capaian terpenting ASEAN bisa bermain di tengah pertarungan kekuatan negara besar,” ujar Rizal dalam kuliah umum di Centre for Strategic and International Studies, Rabu (28/8/2019), di Jakarta.
Dengan perubahan kondisi mutakhir, ASEAN juga menunjukkan kesiapan untuk tetap bisa selamat di antara persaingan negara besar. ”Masa depan Asia Tenggara akan dipengaruhi interaksi kekuatan di luar kawasan,” katanya.
ASEAN mencoba menghadapi hal itu dengan mengeluarkan pandangan Indo-Pasifik yang diadopsi pemimpin negara-negara ASEAN dalam pertemuan puncak di Bangkok, Thailand, 22 Juni 2019. Diperlukan pelantar agar pandangan itu bermakna.
Kini, pelantar yang sesuai ialah East Asia Summit (EAS) dengan ASEAN sebagai pusatnya. Forum itu mempertemukan negara-negara dari beragam latar kepentingan dan kekuatan dalam satu meja. Selain berisi 10 negara anggota ASEAN, EAS juga diikuti 8 negara, yaitu AS, China, India, Rusia, Jepang, Australia, Korsel, dan Selandia Baru.
Karena itu, kata Rizal, penting untuk memperkuat EAS. ”Kita harus terus mendorong perbincangan nasional dan kawasan untuk memperkuat EAS,” ujarnya. Pengajar Ilmu Hubungan Internasional Universitas Indonesia Beginda Pakpahan berpendapat senada. EAS bisa memenuhi kebutuhan menjaga sentralitas ASEAN, sekaligus menjadi pelantar kerja sama lintas kawasan dan lintas negara.
Satu suara
Tidak kalah penting, selain menyediakan pelantar, menurut Rizal, ASEAN juga harus tetap satu suara. Tanpa itu, ASEAN sulit berhadapan dengan negara-negara besar yang membawa beragam kepentingan. ”Menyepakati pandangan Indo-Pasifik adalah langkah tepat yang harus ditempuh ASEAN guna mencapai itu (satu suara),” ujarnya.
Indonesia, kata Rizal, harus jadi teladan untuk mencapai tujuan-tujuan itu. Indonesia juga harus aktif mengajak anggota ASEAN lain lebih fokus dan memperkuat tata maritim berdasarkan hukum-norma. ”ASEAN harus meningkatkan kemampuan dan perannya dalam tata kelola di laut. ASEAN perlu membuat pembela UNCLOS (konvensi hukum laut internasional). Harus memperkuat kesepakatan internasional bahwa laut milik bersama,” tuturnya. (RAZ)