Merancang Sistem Kelistrikan Andal untuk Ibu Kota Baru
›
Merancang Sistem Kelistrikan...
Iklan
Merancang Sistem Kelistrikan Andal untuk Ibu Kota Baru
Oleh
ERIKA KURNIA
·4 menit baca
Kabel udara yang menggantung di tiang-tiang hitam berkarat menghiasi pinggir jalan beraspal menuju Kecamatan Penajam, Kabupaten Penajam Paser Utara, dari Pelabuhan Speed Boat Penajam, yang berseberangan dengan Balikpapan, Kalimantan Timur. Infrastruktur, yang lazim ditemui di banyak wilayah di Indonesia itu merupakan jalur distribusi listrik bagi kabupaten tersebut.
Mardi (25), warga Penajam, saat ditemui Kompas, Jumat (30/8/2019) mengatakan, sebagian besar masyarakat di kabupaten tempatnya tinggal sudah mendapat listrik. Ia sendiri tidak ingat kapan terjadi pemadaman listrik. Kondisi itu terbilang jarang dan hanya terjadi beberapa jam ketika ada perbaikan gardu listrik yang disusul pemberitahuan tertulis.
PT Perusahaan Listrik Negara Persero (PLN) mencatat, jumlah masyarakat Kabupaten Penajam Paser Utara yang telah mendapat listrik per Juli 2019 mencapai 100 persen. Sebanyak 98,4 persen dari sekitar 178.000 penduduk mendapatkan listrik dari PLN. Sisanya, mendapat listrik dari berbagai sumber, seperti dari pemerintah daerah dan swasta.
Kondisi serupa juga tercatat di Kabupaten Kutai Negara yang memiliki rasio elektrifikasi 100 persen dari total 786.100 penduduk, dengan 91 persennya mendapat listrik PLN. Baik Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kabupaten Kutai Kartanegara disebut pemerintah sebagai lokasi wilayah ibu kota baru yang akan mulai dibangun pada 2024.
Pencapaian itu jelas belum cukup untuk menguatkan dua kabupaten tersebut, terlebih wilayah calon ibu kota itu diperkirakan akan mendapat tambahan 1,5 juta penduduk dan diisi kantor-kantor kementerian dan lembaga pemerintah.
"Untuk membangun ibu kota negara nggak mungkin kita pakai keandalan kelistrikan sekarang. Ibu kota diupayakan menjadi kawasan zero downtime (bebas padam)," kata Senior Manager Distribusi PLN Unit Induk Wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara, Khairullah, saat ditemui di Balikpapan, Kamis (29/8/2019).
Sejauh ini, PLN membuat beberapa konsep ketenagalistrikan yang andal bagi ibu kota baru agar misi bebas padam terwujud. Keandalan yang direncanakan antara lain membangun gardu induk menggunakan isolasi gas untuk menghubungkan dan memutus jaringan listrik.
PLN membuat beberapa konsep ketenagalistrikan yang andal bagi ibu kota baru agar misi bebas padam terwujud
Selain itu, kabel listrik jaringan tegangan tinggi dan tegangan menengah juga direncanakan dipasang di bawah tanah, dengan demikian kerumitan kabel udara tidak lagi jadi pemandangan di wilayah perkotaan.
Tak sampai di situ, konsep energi hijau dan cerdas juga ditawarkan PLN agar bisa diterapkan. Konsep itu memadukan penggunaan energi baru dan terbarukan (EBT) dengan teknologi jaringan cerdas (smart grid). Teknologi itu akan mengintegrasikan EBT ke jaringan kelistrikan sehingga menghasilkan cadangan listrik ke sistem penyimpanan energi berbasis baterai.
EBT yang digunakan seperti sel surya fotovoltaik. Pada tahun depan hingga 2024, lima pembangkit EBT, yang antara lain bertenaga surya dan bioenergi juga akan dibangun di wilayah Sistem Interkoneksi Kalimantan. Salah satu sistem kelistrikan di Kalimantan itu mengintegrasikan kelistrikan di Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur.
Melalui Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2019 -2028, PLN akan terus mengembangkan sistem tersebut. Pada 2024, di wilayah ibu kota baru direncanakan akan memiliki dua jalur transmisi tambahan yang mengalirkan listrik dari banyak gardu induk dan pembangkit dari berbagai wilayah Kalimantan yang terkoneksi.
"Walaupun sistem sudah berlapis-lapis, tapi kalau ada pemadaman apakah ibu kota negara masih bisa bertahan? Oleh karena itu, konsep listrik energi hijau dan cerdas bisa jadi pertahanan terakhir kalau semua sistem kolaps," lanjut Khairullah.
Perencanaan lebih lanjut
Menurut perkiraan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas), sekitar 1,5 juta penduduk DKI Jakarta dan sekitarnya akan pindah ke ibu kota baru.
PLN mengasumsikan, 1.555 megawatt (MW) daya dibutuhkan untuk menerangi ibu kota baru. Namun demikian, perencanaan lebih lanjut dibutuhkan untuk mematangkan konsep sistem kelistrikan.
General Manajer PLN Unit Induk Wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara, Djoko Dwijatno mengatakan, kebutuhan daya listrik tersebut diasumsikan dari jumlah rata-rata konsumsi listrik per kapita sebesar 4.000 kilowatt hour (KWh) pada 2024.
Konsep dan asumsi itu merupakan tawaran PLN kepada pemerintah. Hal itu akan mulai didiskusikan, baik di internal PLN atau dengan pemerintah pusat. PLN juga akan melibatkan konsultan profesional untuk membuat perencanaan kelistrikan terbaik bagi ibu kota baru.
"Bagaimana pun, kami mendorong agar sistem kelistrikan yang dipakai adalah sistem yang andal, cerdas, dan memanfaatkan energi hijau," ujarnya.
https://youtu.be/IpTZ0vo-YZE
Editor:
M Fajar Marta
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.