Seribu Personel Disiagakan untuk Amankan Unjuk Rasa di Manokwari
›
Seribu Personel Disiagakan...
Iklan
Seribu Personel Disiagakan untuk Amankan Unjuk Rasa di Manokwari
Kepolisian Daerah Papua Barat menyiagakan lebih dari 1000 personil untuk mengamankan unjuk rasa di Manokwari yang direncanakan dilakukan pada Senin pekan depan. Namun demikian upaya negosiasi untuk membatalkan unjuk rasa yang diduga diboncengi kepentingan tertentu dan berpotensi rusuh, itu terus dilakukan.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·2 menit baca
MANOKWARI, KOMPAS — Kepolisian Daerah Papua Barat menyiagakan lebih dari 1.000 personel untuk mengamankan unjuk rasa di Manokwari yang direncanakan dilakukan pada Senin pekan depan. Namun, upaya negosiasi untuk membatalkan unjuk rasa yang diduga diboncengi kepentingan tertentu dan berpotensi rusuh itu terus dilakukan.
Pantauan Kompas, sejumlah pejabat utama Polda Papua Barat berkumpul di salah satu hotel di Manokwari pada Sabtu (31/8/2019) petang. Rapat membahas strategi pengamanan unjuk rasa itu dipimpin oleh Wakil Kepala Polda Papua Barat Komisaris Besar Tatang.
Kepala Biro Operasional Polda Papua Barat Komisaris Besar Moch Sagi mengatakan, sekitar 900 personel bantuan dari provinsi terdekat sudah bersiaga di Manokwari. Jumlah itu belum termasuk 200 personel Polri di Manokwari dan dukungan personel TNI dari satuan setempat.
Pemerintah daerah terus melakukan pendekatan dengan para tokoh berpengaruh termasuk mereka yang merancang demo.
Sagi mengatakan, selain pengamanan terbuka dan tertutup, tim dari Polri, TNI, dan pemerintah daerah terus melakukan pendekatan dengan para tokoh berpengaruh, termasuk mereka yang merancang demo. Pendekatan itu bertujuan meminta agar unjuk rasa dibatalkan karena khawatir berujung rusuh seperti pada 19 Agustus lalu.
Berdasarkan sumber yang dihimpun pihak kepolisian, unjuk rasa ditunggangi kelompok tertentu yang memiliki agenda untuk menuntut kemerdekaan Papua. Kelompok itu akan menciptakan provokasi hingga berujung kerusuhan. ”Aparat kami di lapangan diminta bersabar dan menggunakan pendekatan persuasif,” ujar Sagi.
Berkaca pada aksi sebelumnya di Manokwari, Sorong, dan Fakfak di Papua Barat serta Deiyai dan Jayapura di Papua, belakangan ini, aksi yang bermula damai itu kemudian diwarnai perusakan dan pembakaran sejumlah bangunan milik pemerintah dan warga sipil. Di Deyai, ada aparat dan warga sipil yang tewas akibat bentrokan.
Unjuk rasa ditunggangi kelompok tertentu yang memiliki agenda untuk menuntut kemerdekaan Papua.
Kepala Bidang Humas Polda Papua Barat Ajun Komisaris Besar Mathias Yosia Krey mengingatkan peserta unjuk rasa agar tidak bertindak anarkistis. Perbuatan pidana tetap akan diproses. Sejauh ini, polisi sudah menetapkan 13 orang menjadi tersangka dalam kasus kerusuhan di Manokwari pada 19 Agustus lalu.
Gelombang aksi di Papua dan Papua Barat itu terkait persekusi dan ujaran bernada rasisme terhadap mahasiswa asal Papua di Jawa Timur. Massa meminta agar semua pelaku yang terlibat diproses hukum.
Dekati anak muda
Menurut rencana, pada Minggu (1/9/2019), Gubernur Papua Barat Dominggus Mandacan akan menggelar pertemuan dengan sejumlah tokoh adat dan tokoh agama di Manokwari. Pertemuan itu bertujuan meredam gejolak yang berpotensi menimbulkan kekacauan di daerah itu.
Elly Krey (68), tokoh masyarakat dari Suku Biak, menyarankan agar pemerintah daerah dan aparat mendekati juga anak-anak muda. ”Selama ini, pendekatan hanya ke orang tua. Padahal, pelaku lapangan itu hampir semuanya anak muda. Itu yang luput,” katanya.