Kawasan Situs Gunung Jati Terbakar, Peziarahan Tetap Berjalan
›
Kawasan Situs Gunung Jati...
Iklan
Kawasan Situs Gunung Jati Terbakar, Peziarahan Tetap Berjalan
Kawasan situs makam Sunan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, yang terbakar, Jumat (30/8/2019) malam, menghanguskan 2.500 meter persegi lahan setempat. Namun, peziarah masih dapat berkunjung di lokasi itu.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·2 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Kawasan situs makam Sunan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, yang terbakar, Jumat (30/8/2019) malam, menghanguskan 2.500 meter persegi lahan setempat. Namun, para peziarah masih dapat berkunjung di lokasi itu.
Kawasan Situs Gunung Jati di Blok Pekauman RT 001 RW 001 Desa Astana, Kecamatan Gunung Jati, mulai terbakar pada Jumat pukul 19.05 dan merembet ke areal pemakaman Syekh Datu Kahfi, bagian timur Makam Gunung Jati. Api diduga berasal dari sampah yang dibakar oknum warga.
”Api lalu membakar lahan sampai 2.500 meter persegi. Namun, api tidak sampai membakar makam, hanya lahan. Ini kasus kebakaran pertama,” kata Kuwu (Kepala Desa) Astana Nuril, Sabtu (31/8/2019).
Di areal terbakar terdapat pohon mangga, pohon aren, dan semak belukar. Menurut Nuril, daerah terdampak api itu berjarak lebih dari 1 kilometer dari makam Sunan Gunung Jati.
”Jadi, tidak sampai ke makam. Peziarah masih bisa berkunjung,” ungkapnya.
Makam Sunan Gunung Jati merupakan situs yang kerap menjadi tujuan ribuan peziarah dari sejumlah daerah. Di situs itu, terdapat makam Sunan Gunung Jati, salah satu Wali Sanga atau sembilan ulama besar penyebar agama Islam pada abad ke-15.
Di kawasan itu juga terbaring keluarga Sunan Gunung Jati dan ulama besar Cirebon. Makam istri Sunan Gunung Jati, Putri Ong Tien, yang merupakan keturunan Tionghoa juga terletak di kawasan tersebut.
Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Cirebon Eman Sulaeman mengatakan, lokasi kebakaran yang menanjak menjadi kendala pemadaman di Gunung Jati. Api baru bisa dipadamkan pukul 21.45, atau lebih dari 2 jam saat kebakaran.
”Satu personel pos jaga pemadam kebakaran atas nama Sukarta terjatuh saat memadamkan api dan dilarikan ke RS Mitra Plumbon,” ungkap Eman. Untuk memadamkan api, petugas menghabiskan 30.000 liter air. Menurut Eman, kebakaran lahan di Cirebon kerap terjadi saat musim kemarau. ”Hampir setiap hari ada kebakaran lahan,” ujarnya.
Senin (26/8), misalnya, lahan ilalang seluas 3 hektar di Desa Kanci, Kecamatan Astanajapura, hangus terbakar. Beruntung, petugas berhasil menjinakkan api sehingga tidak merembet ke area Jalan Tol Kanci.
Untuk mengantisipasi kebakaran lahan, Pemkab Cirebon telah menetapkan status siaga darurat kekeringan dan kebakaran lahan yang berlangsung sejak 1 Juli hingga 31 Oktober. Dengan status itu, menurut Eman, pihaknya akan berupaya mengantisipasi dampak kekeringan dan kabakaran lahan.
Pemkab Cirebon telah menetapkan status siaga darurat kekeringan dan kebakaran lahan yang berlangsung sejak 1 Juli hingga 31 Oktober.
Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Meteorologi Kertajati, Ahmad Faa Izyn, mengatakan, Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Sumedang terpantau berpotensi dilanda kekeringan ekstrem. Artinya, lebih dari 60 hari ke depan tidak hujan. ”Kemarau berlangsung hingga Oktober,” ujarnya.