Budayawan Jakob Sumardjo Minta Pemuda Kenali Akar Budaya
›
Budayawan Jakob Sumardjo Minta...
Iklan
Budayawan Jakob Sumardjo Minta Pemuda Kenali Akar Budaya
Budayawan Jakob Sumardjo mengeluarkan dua buku bertepatan dengan perayaan ulang tahunnya yang ke-80 tahun. Kedua buku ini melengkapi karya-karya tulis Jakob sebagai pemerhati budaya, khususnya budaya tatar Sunda.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·2 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Budayawan Jakob Sumardjo mengeluarkan dua buku bertepatan dengan perayaan ulang tahunnya ke-80 tahun. Kedua buku ini melengkapi karya-karya tulis Jakob sebagai pemerhati budaya, khususnya budaya tatar Sunda.
Perayaan ulang tahun ini diadakan di Gedung Kesenian Sunan Ambu, Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung, Sabtu (31/8/2019). Menurut Jakob, kedua karya berupa buku ini melengkapi kurang lebih 60 buku dan karya tulis lain yang telah terbit bertahun-tahun sebelumnya. Karya-karya tersebut menjadi bukti dedikasinya untuk memperkenalkan dan melestarikan budaya kepada generasi selanjutnya.
Menurut Jakob, akar budaya nasional perlu dipertahankan sebagai cara menyelesaikan masalah di masyarakat akhir-akhir ini. Kekayaan budaya dari nenek moyang memiliki nilai filosofis yang tinggi, terutama dalam menghadapi kondisi masyarakat yang terpecah seperti yang terjadi saat ini.
”Anak muda itu penting mengenal akar budaya dari nenek moyang, bukan dari paham luar. Masa lalu itu dilihat dan dipelajari untuk diambil hakikatnya. Jangan hanya memelajari filosofi budaya luar saja. Indonesia juga memiliki kekayaan budaya dan filsafat yang bisa diambil pelajarannya,” tutur Jakob.
Anak muda itu penting mengenal akar budaya dari nenek moyang, bukan dari paham luar.
Di usia yang genap 80 tahun ini, Jakob terus-menerus berkarya. Di hari ulang tahunnya ini, Jakob meluncurkan dua buku, yaitu Sebuah Otobiografi: Cerita Sederhana dari Orang Biasa dan Struktur Filosofis Artefak Sunda.
Perayaan ulang tahun dan peluncuran buku tersebut diisi dengan pertunjukan seni yang terinspirasi dari karya Jakob, seperti pembacaan cerita pendek, monolog, dan musik. Selain itu, akademisi ISBI yang juga murid Jakob, Supriatna, mencoba melukis Jakob selama kegiatan berlangsung sebagai bentuk penghargaan dan dedikasinya terhadap dunia pendidikan dan filsafat.
Selain khazanah budaya yang dibukukan dalam Struktur Filosofis Artefak Sunda, Jakob pun diminta untuk menuliskan otobiografi yang menceritakan keseharian serta perjalanan kariernya sebagai penulis dan pengajar. Selain menulis buku, dia juga kerap menulis di media massa. Menurut Jakob, karier menulis berjalan dengan baik jika bisa membaca masalah menulis sistematikanya.
”Selama ini saya hidup dari menulis dan mengajar. Mulai dari pengalaman sebagai pengajar hingga menulis untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kalau tidak ada masalah, ya, cari supaya mendapatkan honor terus,” tuturnya sambil tertawa.
Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Arthur Supardan Nalan mengapresiasi Jakob sebagai salah seorang budayawan yang masih aktif berkarya meski telah berusia lanjut. Kecintaannya terhadap budaya Sunda, tutur Arthur, sering tertuang di berbagai karya tulis yang Jakob tulis, salah satunya Struktur Filosofis Artefak Sunda.
”Tidak banyak akademisi yang konsisten berkarya seperti Jakob. Meski bukan orang Sunda asli, Bapak Jakob memberikan perhatian khusus terhadap kebudayaan Sunda. Bahkan, sebagian orang Sunda asli pun tidak ada yang sepeduli beliau,” tuturnya.