Status Gunung Agung, Kabupaten Karangasem, Bali, masih Siaga terhitung mulai Februari 2018 hingga Minggu (1/9/2019). Frekuensi erupsi Gunung Agung memang berkurang selama dua bulan terakhir. Akan tetapi, potensi ancamannya masih berada melingkar radius 4 kilometer dari puncak.
Oleh
AYU SULISTYOWATI
·3 menit baca
KARANGASEM, KOMPAS – Status Gunung Agung, Kabupaten Karangasem, Bali, masih Siaga terhitung mulai Februari 2018 hingga Minggu (1/9/2019). Frekuensi erupsi Gunung Agung memang berkurang selama dua bulan terakhir. Akan tetapi, potensi ancamannya masih berada melingkar radius 4 kilometer dari puncak.
Kepala Subbidang Mitigasi Gunungapi Wilayah Timur PVMBG Devy Kamil Syahbana mengatakan saat ini belum ada tekanan yang eksesif atau berlebih. Bagitu pula, pasokan tekanan dari pergerakan magma juga masih kurang untuk menjadikan gunung erupsi.
“Erupsi terjadi karena adanya tekanan yang eksesif (berlebih) di dalam sistem magmatik/hidrotermal. Kelebihan tekanan ini bisa terjadi karena adanya pergerakan fluida magmatik ke permukaan. Dan semuanya masih belum berlebih,” kata Devy.
Mengenai status, Devy menjelaskan status diturunkan kalau potensi ancaman bahayanya berkurang. Saat ini, yang berkurang bukan potensi ancaman bahayanya, tapi frekuensi kejadian erupsinya yang berkurang.
Erupsi terjadi karena adanya tekanan yang eksesif (berlebih) di dalam sistem magmatik/hidrotermal. Kelebihan tekanan ini bisa terjadi karena adanya pergerakan fluida magmatik ke permukaan. Dan semuanya masih belum berlebih, kata Devy
Erupsi terakhir, lanjutnya, ancaman bahayanya masih di dalam radius 4 kilometer melingkar dari puncak. Artinya, hal tersebut mendikasikan belum terjadi perubahan potensi bahaya.
Alasan lainnya mengapa status masih Siaga adalah bahwa kondisi istirahat Gunung Agung saat ini bukanlah yang pertama kali terjadi. Namun hal ini pernah terjadi tahun lalu, tepatnya di bulan Juli 2018 hingga bulan Desember 2018. Saat itu tidak terjadi erupsi juga sebelum akhirnya kembali erupsi di akhir Desember 2018. Saat itu, ancaman bahayanya tidak mengalami penurunan, lontaran lava pijar terpantau sekitar 3 kilometer.
Devy menambahkan data menunjukkan Gunung Agung masih berfluktuasi. Meski terkesan diam, masih ada pembangunan tekanan meskipun kecil dan berujung hanya hembusan. Hal ini menandakan kondisi Gunung Agung masih labil. Karenanya, masyarakat dan wisatawan tetap harus siaga serta waspada
Erupsi terakhir Gunung Agung tercatat pada 24 Mei 2019, pukul 19:23 Wita dengan tinggi kolom abu sekitar 2500 m di atas puncak. Berikut ini disampaikan evaluasi aktivitas G. Agung terkini. Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong kearah barat dan baratdaya. Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 30 mm (overscale) dan durasi 4 menit 30 detik.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Gunungapi (PVMBG) Badan Geologi Kasbani dalam siaran pers 24 Mei tersebut menyetakan secara seismik, aktivitas Gunung Agung masih didominasi oleh potensi gempa-gempa dengan konten frekuensi rendah yang mencerminkan aktivitas di kedalaman dangkal berupa gempa, hembusan dan sesekali terjadi letusan.
Selanjutnya, secara deformasi, Gunung Agung mengalami inflasi (penggembungan) yang fluktuasi. Volume magma yang bergerak di bawah permukaan teramati dalam jumlah yang kecil (kurang dari 1 juta meter kubik). Data deformasi masih mengindikasikan aktivitas Gunung Agung masih belum stabil dan masih berpotensi terjadi erupsi dengan skala kecil. Kubah lava di dalam kawah masih relatif tidak berubah dari periode erupsi 2017-2018 yaitu sekitar 25 juta meter kubik atau sekitar 40 persen dari volume kosong kawah.
Hingga Minggu ini, potensi dan ancaman bahaya yang paling mungkin terjadi saat ini berupa lontaran batu/lava pijar di dalam hingga keluar kawah, maupun hujan pasir dan abu yang arah penyebarannya bergantung pada arah dan kecepatan angin. Lahar hujan dapat terjadi jika terjadi hujan dan membawa material erupsi melalui aliran-aliran sungai yang berhulu di puncak Gunung Agung. Emisi gas vulkanik beracun kemungkinan hanya berada di sekitar area kawah puncak.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali Made Rentin mengingatkan agar masyarakat tidak termakan berita tidak benar (hoaks). Beberapa hari yang lalu sempat muncul postingan dari salah satu akun media sosial "G.A. erupsi lagi”.
Ia menjelaskan Tim BPBD Karangasem bertindak cepat, memperingatkan si pemilik akun agar mengklarifikasi atau bahkan menghapus postingannya, serta lebih teliti & berhati-hati dalam memposting berita, sebaiknya tanya, minta info atau ikuti update informasi dari lembaga resmi pemerintah. Postingan tersebut pun dihapus.
“Jangan percaya hoaks dan konfirmasi kembali kebenarannya. Mari kenali risiko dan bahayanya, siapkan strateginya, dan kita semua selamat,” kata Rentin.