Investasi Budaya, Norma, dan Ekonomi dalam Pelestarian Silek
›
Investasi Budaya, Norma, dan...
Iklan
Investasi Budaya, Norma, dan Ekonomi dalam Pelestarian Silek
Konservasi silek, silat tradisional Minang, sebagai salah satu produk kebudayaan di Sumatera Barat dinilai sebagai investasi menjanjikan bagi masyarakat di masa depan. Selain pelestarian budaya dan penguatan pendidikan karakter, pertunjukan silek dapat menopang perekonomian masyarakat.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
AGAM, KOMPAS — Konservasi silek, silat tradisional Minang, sebagai salah satu produk kebudayaan di Sumatera Barat dinilai sebagai investasi menjanjikan bagi masyarakat di masa depan. Selain pelestarian budaya dan penguatan pendidikan karakter, pertunjukan silek dapat menopang perekonomian masyarakat.
Direktur Kesenian Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Restu Gunawan di Agam, Sumbar, Sabtu (31/8/2019) malam, mengatakan, kebudayaan bisa menjadi investasi jika mendapatkan perhatian pemerintah daerah. Namun, kecenderungan kepala daerah di Indonesia justru menganggap kebudayaan sebagai beban.
”Silek Arts Festival ini, misalnya, bisa menjadi festival yang sangat besar dan menarik banyak minat masyarakat untuk menonton, apalagi jika jadi festival internasional. Betapa besar investasi yang kita tanamkan kepada masyarakat di sini,” kata Restu dalam penutupan Silek Arts Festival 2019 di Pasar Rabaa, Koto Kaciak, Agam.
Silek Arts Festival 2019 yang digelar pada 19-31 Agustus 2019 di Padang, Solok (kota), Sijunjung, Payakumbuh, dan Agam antara lain menampilkan pertunjukan silek, serta berbagai kesenian tradisi lain dan seni kreasi yang berakar dari silek. Tahun ini merupakan tahun kedua pelaksanaan festival yang termasuk salah satu platform Indonesiana dari Kemdikbud itu.
Acara kebudayaan, seperti Silek Arts Festival, dapat menumbuhkan perekonomian masyarakat, baik di sektor kreatif maupun informal.
Menurut Restu, acara kebudayaan, seperti Silek Arts Festival, dapat menumbuhkan perekonomian masyarakat di sektor kreatif maupun informal. Jika digarap semakin baik dan menarik, kegiatan tersebut juga akan berdampak positif bagi sektor pariwisata Sumbar.
Investasi yang tak kalah penting dari festival silek adalah dapat mendukung pelestarian nilai-nilai budaya. Menurut Restu, silek punya filosofi mendalam terkait pembentukan karakter anak. Pewarisan silek ke generasi muda, seperti melalui sekolah-sekolah di Kabupaten Agam, dapat mendukung penguatan pendidikan karakter.
Bupati Agam Indra Catri mengatakan, ilmu dan keterampilan silek tidak sekadar bela diri. Lebih dari itu, silek juga mengandung esensi nilai-nilai, norma, pranata, dan konsepsi kebudayaan masyarakat Minangkabau. Oleh sebab itu, sebagai warisan nenek moyang, silek harus diabadikan.
”Silek mengajarkan kita untuk sportif, tahu dengan ereng jo gendeng (hal rasa segan dan hormat). Tahu dengan rantiang nan ka mancucuak dan tahu dahan nan ka maimpok (sadar bahaya). Silek memakai filosofi, lahir mencari kawan, batin mencari Tuhan,” tutur Indra menjelaskan.
Indra melanjutkan, Pemerintah Kabupaten Agam beberapa tahun belakangan berupaya mengembalikan marwah silek yang sempat kehilangan pewaris. Tahun 2015-2016, dinas pendidikan bersama tuo-tuo (guru) silek bekerja sama dalam menyusun kurikulum silek untuk SD dan SMP. Sejak tahun 2017, silek menjadi ekstrakurikuler wajib di setiap sekolah.
Tahun 2015-2016, dinas pendidikan bersama tuo-tuo (guru senior) silek bekerja sama dalam menyusun kurikulum silek untuk SD dan SMP.
Selain itu, nagari, kecamatan, dan kabupaten juga mengalokasikan anggaran untuk kegiatan pelestarian silek setiap tahunnya. Pemkab juga memberikan bantuan dan pembinaan terkait tata kelola sasaran kepada tuo-tuo silek.
”Upaya tersebut disambut baik seluruh lapisan masyarakat dan pihak sekolah. Ditandai dengan bertumbuh dan berkembangnya lebih dari 160 sasaran (tempat latihan) silek di 82 nagari dan sekolah-sekolah Kabupaten Agam. Di Sumbar, tidak ada yang sesubur seperti Kabupaten Agam,” ujar Indra.
Wakil Gubernur Sumbar Nasril Abit mengapresiasi upaya Kabupaten Agam melestarikan silek. Ia berharap upaya serupa dapat pula diikuti bupati dan wali kota lainnya di Sumbar. Pewarisan silek ke generasi muda dapat mencegah kenakalan remaja.
”Kalau banyak sasaran, tempat pelatihan silek, generasi muda tidak akan masuk ke dunia narkotika dan tawuran. Mereka akan sibuk berlatih. Pendidikan karakter dalam silek sangat kami harapkan bisa diterapkan,” kata Nasrul.