Carmi (48), pekerja migran Indonesia asal Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, yang mengadu nasib di Arab Saudi 31 tahun lalu dan hilang kontak sekitar 24 tahun terakhir, akhirnya ditemukan.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Carmi (48), pekerja migran Indonesia asal Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, yang mengadu nasib di Arab Saudi 31 tahun lalu dan hilang kontak sekitar 24 tahun terakhir, akhirnya ditemukan. Namun, Carmi tidak bisa langsung dipulangkan. Dia masih dalam masa pemulihan kondisi psikologis dan menunggu majikannya membayar gajinya.
Berkat bantuan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Riyadh serta Pemerintah Kabupaten Cirebon, Carmi dapat dilacak dan ditemukan. Bahkan, keluarga sudah berkomunikasi melalui video telepon pada 28 Agustus 2019.
”Kondisinya sehat. Namun, Carmi tidak mengenali kami lagi. Dia juga tidak bisa berbahasa Indonesia lagi,” ujar Sofiyudin (48), paman Carmi, saat ditemui di Desa Rawaurip, Kecamatan Pangenan, Senin (2/9/2019).
Carmi hanyalah satu dari sekian kasus pekerja migran Indonesia asal Cirebon yang bermasalah. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Cirebon menerima laporan pekerja migran asal Cirebon yang bermasalah tahun lalu mencapai 26 kasus.
Jumlah itu berkurang dibandingkan dengan tahun 2017, yakni 32 kasus. Masalah itu seperti berangkat ke negara tujuan secara ilegal, meninggal, tidak sesuai dengan perjanjian kerja, hilang kontak, dan ditelantarkan majikan.
Pada saat yang sama, jumlah pekerja migran asal Cirebon terus meningkat. Jika pada 2017 tercatat 8.846 orang, setahun selanjutnya bertambah menjadi 10.185 orang. Jumlah itu belum termasuk warga yang menjadi pekerja migran tidak sesuai dengan prosedur.
Carmi berangkat ke Arab Saudi sebagai asisten rumah tangga sejak 1988 atau 31 tahun lalu. Umurnya masih belasan tahun saat itu. Alasan keberangkatannya untuk memperbaiki perekonomian keluarga. Orangtuanya, Ilyas (85) dan Warniah (75), adalah petani garam dengan penghasilan tidak menentu.
Ketika menerima tawaran dari perusahaan penyalur pekerja di Jakarta Pusat dan melihat kesuksesan tetangganya yang mengadu nasib di Arab Saudi, anak sulung dari 10 bersaudara itu pun ingin menikmati hasil serupa. Tujuh tahun keberangkatan, Carmi beberapa kali berkomunikasi dengan keluarga melalui surat dan telepon. Namun, 24 tahun terakhir, keluarga kehilangan kontak dengan Carmi.
”Orang yang mengurus dokumen keponakan saya sudah meninggal, sedangkan perusahaan yang memberangkatkan Carmi sudah tidak ada kabar,” ujarnya.
Pada Juli 2019, kasus hilang kontak Carmi dengan keluarga mencuat di media. Sofiyudin mengatakan ditelepon Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Cirebon untuk meminta dokumen keberangkatan Carmi.
Nanti, kalau dia datang, saya akan siapkan masakan oseng-oseng kangkung. Dia suka sekali makan itu. Waktu kecil, dia juga jualan kangkung.
Hasilnya manis. Akhir Agustus, KBRI Riyadh berhasil menemukan Carmi dan membawanya ke Kantor KBRI. ”Terima kasih banyak kepada semua pihak yang membantu. Kami yakin perempuan itu Carmi karena jari manis kakinya kecil dan lebih pendek dibandingkan dengan kelingkingnya,” ujar Ilyas yang sujud syukur setelah mengetahui keberadaan anaknya.
Warniah mengatakan, keluarga menyerahkan sepenuhnya kepada KBRI Riyadh terkait waktu kepulangan Carmi. ”Nanti, kalau dia datang, saya akan siapkan
masakan oseng-oseng kangkung. Dia suka sekali makan itu. Waktu kecil, dia juga jualan kangkung,” ujarnya.
Atase Ketenagakerjaan KBRI Riyadh Sa’dullah Affandy, yang dihubungi dari Cirebon, mengatakan, meski kondisi fisiknya prima, Carmi masih membutuhkan waktu pemulihan untuk psikologisnya. Sebab, Carmi tak lagi mengenal latar belakangnya, termasuk keluarganya.
Selama di Arab Saudi, Carmi bekerja kepada satu majikan di Desa Al Amar, Provinsi Gaseem, sekitar 400 kilometer dari Riyadh. Menurut dia, berdasarkan pengakuan Carmi, dirinya tidak pernah dianiaya majikannya.
”Hanya saja, gaji selama 31 tahun belum dibayar. KBRI Riyadh masih berunding dengan majikannya untuk memenuhi hak-hak Carmi sembari menunggu kondisi psikologisnya membaik. Setelah itu, kami menunggu arahan duta besar untuk memulangkan Carmi,” paparnya.