Kepolisian Resor Lumajang, Jawa Timur, memiliki tim elite pemberantas kejahatan bernama Tim Cobra. Di antara para personel pria, rupanya juga terdapat sembilan anggota perempuan yang kiprahnya tak kalah penting dan tangguh.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·3 menit baca
Kepolisian Resor Lumajang, Jawa Timur, memiliki tim elite pemberantas kejahatan bernama Tim Cobra. Anggota tim berasal dari personel pilihan beberapa satuan kerja, yakni reserse kriminal, reserse narkoba, dan satuan Sabhara. Di antara para personel pria, rupanya juga terdapat sembilan anggota perempuan. Mereka dijuluki ”Cobra Betina” yang tidak gentar menghadapi pelaku kejahatan.
Sembilan polisi wanita (polwan) dari 28 polwan di Polres Lumajang itu masuk dalam tim elite Cobra sejak 14 Februari 2019. Mereka dipilih oleh Kepala Kepolisian Resor Lumajang Ajun Komisaris Besar Muhammad Arsal Sahban.
Kemampuan sembilan personel perempuan tersebut sama sekali tidak boleh diremehkan. Mereka dibekali bela diri Polri dan latihan menembak secara rutin. Bahkan, mereka juga ahli menembak dari atas motor, mengingat tugas mereka juga banyak menyasar kriminalitas di jalanan. Mereka meneguhkan peran pada HUT ke-71 polwan bahwa polisi perempuan tidak bisa disepelekan.
Bahkan, menurut penelitian, perempuan cenderung memiliki insting yang lebih kuat dibandingkan dengan laki-laki sehingga sangat berguna dalam operasi-operasi yang kami lakukan.
”Saya memberikan ruang kepada para polwan untuk bergabung dengan Tim Cobra, yaitu tim elite yang saya bentuk. Saya yakin mereka mampu. Bahkan, menurut penelitian, perempuan cenderung memiliki insting yang lebih kuat dibandingkan dengan laki-laki sehingga sangat berguna dalam operasi-operasi yang kami lakukan,” kata Arsal, Senin (2/9/2019).
Dalam beberapa operasi penangkapan, anggota ”Cobra Betina” juga harus berjibaku dengan pelaku kejahatan. Dalam sebuah operasi penangkapan tahun lalu, seorang anggota Cobra Betina, Elverdha Oviany Megananda, harus beradu otot dengan target penangkapan.
Saat itu, pelaku berusaha kabur sehingga Nanda, panggilan akrabnya, terpaksa membanting target dan melakukan teknik kuncian untuk melumpuhkannya. Adapun anggota lainnya berusaha menangkap target lain.
”Biasanya, orang mengenal Tim Cobra terdiri atas sosok lelaki gagah berani. Itu sebabnya kadang peran anggota perempuan seperti tidak diperhitungkan oleh pelaku kejahatan. Namun, begitu di lapangan, mereka justru dengan berani dan sigap mampu melumpuhkan sasaran,” kata Arsal.
Nanda adalah sosok polwan yang teguh dalam menumpas kejahatan. Saat ini ia bertugas di Satuan Reserse Narkoba Polres Lumajang. Nanda pun dikenal berani dan tegas dalam menangkap penjahat. Perempuan kelahiran Kediri, 27 Juni 1977, itu memiliki bekal ilmu bela diri judo yang dipelajari di pusat pendidikan kepolisian.
Setelah lulus SMA, Nanda melanjutkan cita-cita masa kecilnya dengan masuk Sekolah Polisi Negara (SPN) Polda Metro Jaya. Setelah dilantik menjadi anggota Polri pada 2016, ia langsung ditugaskan di Polres Lumajang. Berbagai pencapaian ia raih selama masa dinas tiga tahun terakhir ini. Bersama Satreskoba pada 2018, ia menangkap tiga pengedar pil koplo dengan barang bukti 27.000 butir pil.
Bahkan, Nanda juga menjadi garda terdepan dalam penggerebekan sebuah rumah kontrakan di Kampung Baru, Lumajang Kota, akhir Agustus 2019. Saat itu, dirinya bersama Tim Cobra menyita 77,7 gram sabu yang merupakan tangkapan terbesar dalam sejarah Polres Lumajang dengan total barang bukti senilai lebih dari Rp 150 juta.
Dalam Pemilihan Bupati Lumajang 2018, Nanda mendapat amanah menjadi pengawal pribadi calon wakil bupati. ”Saya bangga menjadi bagian dari tim Cobra. Meskipun menjadi minoritas dalam tim, sebagai wanita, saya tak canggung mengikuti segala operasi yang dilakukan oleh tim,” kata Nanda.
Semut pun jika merasa dirinya terancam dapat berbahaya dan mematikan.
Menurut dia, merupakan sebuah kebanggaan tersendiri saat melihat masyarakat tersenyum dan juga tertawa riang karena hasil pemberantasan kejahatan yang dilakukan Tim Cobra.
Nanda pun mengatakan, selama tindakannya benar, ia tidak gentar melawan pelaku kejahatan demi tegaknya keadilan. ”Jangan karena saya wanita, maka saya bisa disepelekan. Semut pun jika merasa dirinya terancam dapat berbahaya dan mematikan,” ujar Nanda.