Perbaikan Fasilitas Umum di Papua Mempercepat Pemulihan
›
Perbaikan Fasilitas Umum di...
Iklan
Perbaikan Fasilitas Umum di Papua Mempercepat Pemulihan
Pemerintah menargetkan perbaikan fasilitas umum, terutama bangunan pemerintah dan gedung pelayanan publik, di Papua dapat diselesaikan dalam waktu singkat. Pemerintah menyiapkan anggaran sekitar Rp 70 miliar dari pusat untuk memperbaiki fasilitas umum di Papua yang dirusak dalam aksi unjuk rasa.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA
·3 menit baca
BADUNG, KOMPAS — Pemerintah menargetkan perbaikan fasilitas umum, terutama bangunan pemerintah dan gedung pelayanan publik, di Papua dapat diselesaikan dalam waktu singkat. Pemerintah menyiapkan anggaran sekitar Rp 70 miliar dari pusat untuk memperbaiki fasilitas umum di Papua yang dirusak dalam aksi unjuk rasa.
Kepastian rencana pemulihan kondisi fasilitas umum di Papua, terutama bangunan pemerintah dan gedung pelayanan publik, itu disampaikan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono seusai pembukaan Forum Irigasi Dunia (World Irrigation Forum) ke-3 dan Pertemuan Internasional Dewan Eksekutif-Komisi Internasional tentang Irigasi dan Drainase (International Executive Council Meeting – International Commission on Irrigation and Drainage/ICID-CIID) ke-70 di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Senin (2/9/2019).
”Seperti diharapkan Presiden agar segera dibersihkan,” kata Basuki di Bali Nusa Dua Convention Centre (BNDCC), Nusa Dua, Badung. ”Nanti (Senin) malam saya akan berangkat ke (Papua) sana. Tugas saya memperbaiki fasilitas umum yang rusak,” ujar Basuki menambahkan.
Basuki menyatakan, fasilitas umum yang diperbaiki terutama bangunan pemerintah atau gedung negara yang juga digunakan untuk pelayanan publik. Dari inventarisasi sementara pihak Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), terdapat tujuh bangunan atau gedung yang harus diperbaiki karena dirusak, di antaranya gedung Majelis Rakyat Papua, gedung Telkomsel, gedung Kantor Bea Cukai Papua, dan beberapa bangunan lainnya.
Seperti diharapkan Presiden agar segera dibersihkan.
Basuki menyebutkan perbaikan gedung atau bangunan negara itu ditargetkan secepatnya, tidak lebih dari sebulan. Pemerintah menyiapkan anggaran perbaikan sekitar Rp 70 miliar. Basuki menilai perbaikan dapat dilaksanakan dalam waktu singkat karena kerusakannya tidak masif. ”Mudah-mudahan cepat. Paling lama sebulan,” kata Basuki.
Air untuk masa depan
Sementara itu, Forum Irigasi Dunia ke-3 di Nusa Dua, Bali, membahas fungsi irigasi dan bendungan dalam menjaga ketahanan air selain menyediakan air secara berkeadilan dan berkelanjutan.
Dalam sambutannya, Presiden Komisi Internasional tentang Irigasi dan Drainase (ICID-CIID) Felix Britz Reinders menyatakan, manajemen dan pengelolaan irigasi yang baik akan menjamin ketahanan air dan ketahanan pangan yang berdampak pada upaya pencapaian agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) 2030, yakni membebaskan masyarakat dari kelaparan dan kemiskinan.
Felix menyebutkan sistem irigasi untuk pertanian di Bali, atau dikenal sebagai subak, menjadi bentuk manajemen dan pengelolaan irigasi yang terintegrasi dengan lingkungan dan budaya lokal.
”Subak di Bali mencerminkan integrasi pengelolaan irigasi dan pertanian dengan lingkungan. Manajemen irigasi yang sudah dikenal sejak abad ke-11 itu adalah contoh baik penerapan sistem pertanian mandiri dan berkelanjutan,” kata Felix dalam acara pembukaan forum.
Adapun Presiden Dewan Air Dunia (World Water Council) Loic Fauchon menyatakan, air harus digunakan secara bermartabat dan terhormat karena dunia sedang menghadapi tantangan kelaparan dan kekeringan. Oleh karena itu, menurut Loic, manajemen dan pengelolaan irigasi menjadi penting karena irigasi membagikan air kepada masyarakat.
Subak di Bali mencerminkan integrasi pengelolaan irigasi dan pertanian dengan lingkungan. Manajemen irigasi yang sudah dikenal sejak abad ke-11 itu adalah contoh baik penerapan sistem pertanian mandiri dan berkelanjutan.
Ketika jumpa media seusai pembukaan, Menteri Pertanian dan Industri Asas Tani Malaysia Dato’ Salahuddin Ayub mengapresiasi Pemerintah Indonesia sebagai tuan rumah Forum Irigasi Dunia sebagai komitmen bersama menjaga ketahanan air melalui manajemen irigasi.
Dato’ Salahuddin menyatakan, Malaysia dan Indonesia akan meningkatkan kerja sama antarnegara dalam upaya meningkatkan pengelolaan air dan meningkatkan hasil pertanian. ”Urusan air ini bukan hanya urusan politik, melainkan juga urusan kemanusiaan,” kata Dato’ Salahuddin di Nusa Dua.
Basuki mengatakan, teknologi menjadi kunci dalam peningkatan manajemen dan pengelolaan irigasi. Pemanfaatan air dalam pertanian juga memperhitungkan efisiensi dan efektivitas. Untuk menjaga ketahanan air dan konservasi sumber daya air serta meningkatkan produktivitas pertanian, ujar Basuki, pemerintah membangun bendungan. ”Perhitungannya adalah berapa produktivitas pertanian untuk setiap tetes air yang digunakan,” ujar Basuki.