Warga Papua di Solo Ajak Semua Pihak Tetap Jaga NKRI
›
Warga Papua di Solo Ajak Semua...
Iklan
Warga Papua di Solo Ajak Semua Pihak Tetap Jaga NKRI
Sejumlah warga asal Papua yang tinggal di Solo, Jawa Tengah, dan daerah sekitarnya berharap kedamaian segera terwujud kembali di Tanah Papua. Mereka mengaku selama ini tidak pernah mendapat perlakuan rasial dan diterima dengan baik oleh seluruh kalangan. Sejumlah tuntutan yang disuarakan beberapa kelompok dalam gelombang protes belakangan dinilai tak berdasar.
Oleh
ERWIN EDHI PRASETYA
·3 menit baca
SOLO, KOMPAS — Sejumlah warga asal Papua yang tinggal di Solo, Jawa Tengah, dan daerah sekitarnya berharap kedamaian segera terwujud kembali di Tanah Papua. Mereka mengaku selama ini tidak pernah mendapat perlakuan rasial dan diterima dengan baik oleh seluruh kalangan. Sejumlah tuntutan yang disuarakan beberapa kelompok dalam gelombang protes belakangan dinilai tidak berdasar.
”Saya berharap saudara-saudara di Papua jangan mudah terpengaruh hasutan-hasutan pihak yang tidak bertanggung jawab. Kedamaian di Papua harus bisa dijaga dan diwujudkan lagi,” ujar Ricko Irianto Mauri (44), warga asal Serui, Papua, yang kini tinggal Solo di sela-sela mengikuti Aksi Aliansi Masyarakat Peduli Papua di Solo, Jawa Tengah, Senin (2/9/2019).
Ricko mengaku sempat khawatir saat kerusuhan terjadi di Jayapura, Papua, dan Sorong, Papua Barat. Pasalnya, banyak saudaranya saat ini tinggal di kedua kota itu. Ia sempat kesulitan menghubungi mereka melalui telepon seluler. Setelah jaringan komunikasi pulih, ia baru bisa mendapatkan kabar mereka. ”Saya lega keluarga besar, saudara-saudara baik-baik saja,” kata Ricko yang bekerja sebagai karyawan swasta.
Ricko berharap unjuk rasa yang berakhir dengan kerusuhan tidak terulang lagi. Tindakan anarkistis hanya merugikan semua pihak, termasuk warga Papua sendiri. Ia pun mengingatkan Papua merupakan bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Karena itu, kedamaian di Papua harus dijaga bersama.
Ricko mengaku selama bertahun-tahun bekerja di Solo tidak pernah mendapatkan perlakuan rasisme. Bahkan, ia mengaku merasa sangat nyaman tinggal di Solo. ”Saya berkeluarga di sini. Istri saya orang Tawangmangu, Karanganyar,” katanya.
Dalam aksi dukungan Papua Damai itu, belasan warga Papua yang menggunakan baju adat Papua sempat asyik berjoget bersama warga Solo mengikuti irama lagu ”Sajojo” hingga ”Yamko Rambe Yamko”.
”Saudara Papua jangan mudah terpengaruh hasutan karena yang menghasut itu ingin pisah dari NKRI. NKRI milik kita semua, Indonesia untuk Papua, Papua untuk Indonesia,” ujar Ricko
Jimmy Karson Witiwapah (22), mahasiswa asal Kabupaten Asmat, Papua, yang sedang menempuh studi di sebuah perguruan tinggi swasta di Karanganyar, Jawa Tengah, juga berharap kedamaian di Papua segera pulih. Ia bersyukur kondisi Asmat tidak terpengaruh aksi-aksi unjuk rasa yang berakhir rusuh seperti terjadi di Jayapura ataupun Manokwari.
”Selama tiga tahun tinggal di Karanganyar, saya merasa baik-baik, aman, dan nyaman. Tidak ada tindakan rasisme. Saya pun punya banyak teman dan saya bergaul dengan siapa saja,” katanya.
Salah satu pelajar asal Asmat, Bertha Manampimbir (16), yang kini sedang bersekolah di SMA Negeri 3 Boyolali, juga bersyukur tidak ada aksi-aksi unjuk rasa di Asmat. Masyarakat di Papua diharapkan tidak berunjuk rasa lagi ke jalan dan seluruh masyarakat di Papua dapat kembali hidup rukun dan damai.