2020 Indonesia Targetkan Penambahan Minyak Sawit 30 Persen
›
2020 Indonesia Targetkan...
Iklan
2020 Indonesia Targetkan Penambahan Minyak Sawit 30 Persen
Indonesia menargetkan mengurangi penggunaan campuran bahan bakar minyak dari fosil dan menambah campuran minyak sawit pada produksi biofuel, di antaranya untuk bahan bakar transportasi.
Oleh
AYU SULISTYOWATI
·3 menit baca
KUTA, KOMPAS — Indonesia menargetkan mengurangi penggunaan campuran bahan bakar minyak dari fosil dan menambah campuran minyak sawit pada produksi biofuel, di antaranya untuk bahan bakar transportasi. Pada 2020, target campuran minyak sawit ditambah menjadi 30 persen atau B30. Saat ini, produksi biofuel masih menggunakan minyak sawit 20 persen atau B20.
Ragam uji coba mengenai pemanfaatan positif penggunaan biofuel terus dimaksimalkan oleh para peneliti dari berbagai lembaga, termasuk akademisi. Meski secara lingkungan penggunaan biofuel lebih ramah terhadap mesin dan alam, hal ini tidak bisa serta-merta segera diterapkan secara langsung kepada masyarakat.
Selama dua hari mulai Selasa (3/9/2019), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bersama ASEAN Science Technology menggelar workshop mengenai Tantangan dan Solusi Penyediaan Biofuel untuk Energi dan Transportasi di ASEAN, di Grand Inna Kuta Hotel, Kabupaten Badung, Bali. Workshop tersebut berupaya mengeksplorasi berbagai solusi untuk penyediaan biofuel dan diikuti delapan negara bekerja sama dengan Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI).
Kepala Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik LIPI Purwoko Adhi menjelaskan, pertemuan ini penting sebagai pertukaran pengalaman serta membangun jejaring yang kuat di antara para peneliti negara ASEAN. Sejumlah peneliti dan pihak yang berkepentingan dengan pemanfaatan biofuel ini bertemu untuk saling mendiskusikan hal yang mencakup status pemanfaatan, kendala penerapan, regulasi, dan strategi untuk rencana pengembangan selanjutnya.
”Harapannya, pertemuan ini menjadi platform yang ideal untuk mempertemukan para ilmuwan, praktisi industri, dan pemerintah untuk membahas masalah tersebut. Apalagi, Indonesia terus-menerus meningkatkan penelitian biofuel ini dan penerapannya terhadap transportasi,” kata Purwoko.
Biofuel merupakan bahan bakar nabati yang disebut dapat menjadi pengganti untuk bahan bakar berbasis fosil karena lebih ramah lingkungan. Potensi biofuel cair generasi pertama di kawasan ASEAN menjadi bagian penting pasokan energi baru dan terbarukan.
Saat ini Filipina, Thailand, Malaysia, dan Indonesia tengah mengembangkan kebijakan khusus terkait penggunaan biofuel. Thailand dan Filipina memproduksi bioetanol dan biodiesel. Malaysia dan Indonesia merupakan produsen biodiesel.
Harapannya, pertemuan ini menjadi platform yang ideal untuk mempertemukan para ilmuwan, praktisi industri, dan pemerintah untuk membahas masalah tersebut. Apalagi, Indonesia terus-menerus meningkatkan penelitian biofuel ini dan penerapannya terhadap transportasi.
”Dalam waktu dekat, Masyarakat Ekonomi ASEAN akan meliberalisasi pasar biofuel yang telah dimulai sejak 2016. Di dalamnya diharapkan terdapat keterkaitan antarpasar untuk menyerap kelebihan pasokan yang disebabkan oleh kebijakan dan target tiap-tiap negara,” ujar Purwoko.
Bahan bakar nabati (biofuel) adalah sumber energi terbarukan dan lebih ramah lingkungan. Dua bentuk umum biofuel adalah bioetanol dan biodiesel. Biotenol terbuat dari bahan baku utama tebu dan singkong. Sementara biodiesel terbuat dari bahan baku utama minyak kelapa sawit dan kelapa.
Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Thailand memiliki target kebijakan khusus terkait pengembangan penggunaan biofuel. Pada 2030, Malaysia bertujuan untuk mengganti 5 persen diesel dalam transportasi jalan, Filipina menggantikan 15 persen diesel dan 20 persen bensin dengan biofuel. Adapun Thailand, pada 2021 bertujuan menyimpan 44 persen minyak biofuel.
Peneliti ITB, Tatang Hernas Soerawidjaja, optimistis Indonesia dapat dengan pasti memanfaatkan biofuel ini. Ia juga yakin jika Indonesia dapat mengurangi secara bertahap penggunaan campuran bahan bakar fosil ini hingga mencapai lebih dari 50 persen sehingga biofuel murni menggunakan bahan minyak sawit.