Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan mulai kembali menyelimuti Kota Palangkaraya, Sampit, dan Pulang Pisau di Kalimantan Tengah.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PULANG PISAU, KOMPAS — Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan mulai kembali menyelimuti Kota Palangkaraya, Sampit, dan Pulang Pisau di Kalimantan Tengah. Kualitas udara pun kembali memburuk hingga kategori tidak sehat. Kebakaran sulit dikontrol tim pemadam.
Kebakaran mulai terjadi lagi setelah hujan terakhir terjadi dua minggu lalu. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Palangkaraya memprediksi September ini merupakan puncak kemarau.
Dari pantauan Kompas, Rabu (4/9/2019), di Kabupaten Pulang Pisau, wilayah fokus kerja restorasi di Desa Tanjung Taruna masih terbakar sejak Juli lalu. Bahkan, areal kebakaran meluas hingga ke Kelurahan Kameloh Baru, Kota Palangkaraya, yang berbatasan langsung.
Di Kabupaten ini, selain di Tanjung Taruna, kebakaran juga melanda di wilayah Maliku, Pandih Batu, dan sebagian besar Kecamatan Jekan Raya. Di Kota Palangkaraya, kebakaran terjadi di mana-mana. Kebakaran hebat melanda di dekat permukiman Tampung Penyang. Lokasi terbakar sejak Juli lalu di Mahir-Mahar pun masih terbakar.
Lokasi terbaru kebakaran adalah di wilayah Sabaru, yang baru dua hari lalu terbakar. Namun, pada Rabu (4/9) pagi, asap tebal menutupi jalur Trans-Kalimantan di Kecamatan Sabangau sehingga pengguna jalan pun terganggu. Selain jarak pandang yang kurang dari 100 meter, asap membuat napas sesak dan mata perih.
Ketua Masyarakat Peduli Api (MPA) Sabaru Danior mengungkapkan, pihaknya sudah berjibaku memadamkan api sejak dua hari lalu. Bahkan, pada Selasa (3/9/2019), mereka baru pulang pukul 21.00.
”Pusat kebakaran ada di Jalan Sanang sampai ke Jalan Kamboja. Kami bahkan melakukan pembasahan lagi hingga malam, tetapi kebakaran sudah meluas,” kata Danior.
Kami sudah dua kali pindah lokasi ambil air karena got-got kering dan tidak ada sumur bor.
Danior dengan lima anggotanya berupaya memadamkan api sejak pagi hingga petang. Mereka kemudian dibantu pihak Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPB-PK), Manggala Agni, hingga aparat keamanan. Bahkan, beberapa kali helikopter menjatuhkan bom air di wilayah itu.
Namun, asap tebal masih memenuhi badan jalan hingga petang. Petugas belum pulang dan masih terus memadamkan api. Kesulitan utama adalah sumber air.
”Kami sudah dua kali pindah lokasi ambil air karena got-got kering dan tidak ada sumur bor. Warga punya sumur bor, tetapi tidak sesuai spesifikasi dengan selang yang kami bawa,” kata Rahmanuddin, salah satu petugas pemadam di lapangan.
Dalam 24 jam, dari data BPB-PK, terdapat 527 titik api dengan luas kebakaran mencapai 261,68 hektar. Kota Palangkaraya, Sampit, dan Pulang Pisau memiliki titik api terbanyak. Dari data yang sama, sejak Januari hingga saat ini, sedikitnya 6.146 titik panas muncul, dengan luas kebakaran mencapai 5.158 hektar dan jumlah kejadian kebakaran 1.340.
Sekretaris Daerah Kalteng Fahrizal Fitri mengungkapkan, pihaknya dalam waktu dekat akan melakukan rapat dengan kementerian terkait kebakaran hutan dan lahan. Ia menyampaikan, dalam waktu dekat pihaknya akan meminta tambahan helikopter dan modifikasi cuaca.
”Helikopter sudah siap lagi dan sudah mulai memadamkan api di lahan yang tidak bisa terjangkau,” katanya.