Asap tebal menyelimuti Kota Palembang sejak Rabu (4/9/2019) pagi. Asap diduga berasal dari kebakaran lahan di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·2 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Asap tebal menyelimuti Kota Palembang sejak Rabu (4/9/2019) pagi. Asap diduga berasal dari kebakaran lahan dan hutan di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan.
Dari data Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), pada Rabu, terpantau beberapa titik panas dari Ogan Komering Ilir yang asapnya diduga mencapai Kota Palembang. Tingkat kepercayaannya mencapai 80 persen.
Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang, asap itu muncul di Palembang setelah tertiup embusan angin permukaan. Angin datang dari arah tenggara dengan kecepatan 5-15 knot atau setara dengan 9-28 kilometer per jam.
”Fenomena asap terpantau di sejumlah wilayah di Kota Palembang. Jarak pandang terendah terjadi pada Rabu pagi, sejauh 1,2-1,5 km dengan kelembaban 90-96 persen,” ujar Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi SMB II Palembang Bambang Benny Setiaji di Palembang, Rabu.
Bambang mengatakan, intensitas asap tebal umumnya terjadi pukul 04.00-07.00 karena saat itu udara terbilang stabil. Partikel asap biasanya akan berkurang menjelang siang. Kondisi ini diperkirakan akan terus berlangsung setidaknya hingga 10 September 2019. Sampai saat itu, Sumsel diprakirakan belum akan diguyur hujan.
”Sejauh ini, berdasarkan konsentrasi PM 10 di Stasiun Klimatologi Palembang, pada pukul 00.00-07.00, udara masih masuk kategori sedang, senilai 78-123 mikrogram (µg) per meter kubik,” ucap Bambang. Nilai ambang batas udara tidak sehat adalah di atas 150 µg per meter kubik.
Akan tetapi, Bambang tetap meminta masyarakat berhati-hati dalam bertransportasi, khususnya saat jarak pandang berpotensi menurun. Warga juga diminta menggunakan masker dan minum banyak air saat beraktivitas di luar rumah untuk menjaga kesehatan.
Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sumsel Ansori mengatakan, titik panas di Sumsel terus meningkat. Berdasarkan pantauan satelit Lapan, terdeteksi 134 titik panas di Sumsel pada Rabu. Jumlah ini meningkat dibandingkan sehari sebelumnya, sebanyak 61 titik. Titik panas terbanyak ada di Ogan Komering Ilir.
Masyarakat harus berhati-hati dalam bertransportasi saat jarak pandang berpotensi menurun. Warga juga diminta menggunakan masker dan minum banyak air saat beraktivitas di luar rumah untuk menjaga kesehatan.
Akan tetapi, Bupati Ogan Komering Ilir Iskandar menolak bahwa kebakaran di daerahnya memicu asap di Palembang. ”Arah angin selalu berubah-ubah setiap waktu. Titik panas memang ada, tetapi jumlah kebakaran bisa kami tekan,” katanya.
Iskandar menyebutkan, semua pihak sudah berupaya memadamkan api. Menurut dia, baik masyarakat maupun perusahaan sudah menyadari sanksi yang akan diberikan jika lahannya terbakar.
”Jika lahan terbakar, kinerja perusahaan akan dievaluasi hingga terbuka potensi pencabutan izin,” ucapnya.