Parlemen Melawan Johnson
Pertarungan antara parlemen dan Pemerintah Inggris dimulai. Aliansi para pembangkang di Partai Konservatif dan kubu oposisi optimistis bisa menghentikan langkah PM Johnson.
LONDON, SELASA— Perseteruan antara pemerintahan PM Inggris Boris Johnson dan parlemen Inggris mencapai titik krusial Selasa (3/9/2019) setelah kubu oposisi dan para anggota parlemen dari Partai Konservatif bersatu untuk menggagalkan opsi Brexit tanpa kesepakatan.
Meskipun Johnson sebelumnya telah mengancam akan memecat anggota parlemen Konservatif yang membangkang dari keanggotaan partai, sejumlah anggota Konservatif bergeming. Mantan Menteri Kehakiman David Gauke dalam kolom di The Times, kemarin, menegaskan, dirinya akan memberikan suaranya untuk menentang langkah Johnson.
”Kepentingan nasional harus menjadi prioritas. Keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan akan menghancurkan kesejahteraan kita, mengancam keamanan dan persatuan Inggris Raya. Untuk pertama kalinya dalam 14 tahun bertugas, hari ini saya akan memilih bertentangan dengan perintah partai,” tulis Gauke.
PM Johnson yang baru menjabat sekitar satu bulan bertekad akan membawa Inggris keluar dari UE pada 31 Oktober, dengan atau tanpa kesepakatan. Johnson memberi ultimatum kepada Brussels, jika backstop Irlandia Utara tidak dicabut, Inggris akan keluar dari UE tanpa kesepakatan.
Namun, Brussels menegaskan tidak akan membuka kembali kesepakatan yang sudah ditandatangani pada November 2018. Terkait dengan backstop, Brussels menantang Inggris untuk membuat rancangan yang lebih baik dari backstop dalam 30 hari. Namun, Inggris belum bisa memenuhinya.
Ganjalan lain yang dihadapi Johnson adalah parlemen yang menolak opsi Brexit tanpa kesepakatan karena diyakini akan menghancurkan perekonomian Inggris. Terkait sikap parlemen, Johnson pekan lalu mengeluarkan putusan otoriter dengan menskors parlemen selama lima pekan, mulai pekan depan sampai 14 Oktober, atau hanya 15 hari sebelum tenggat Brexit.
Langkah Johnson menimbulkan kemarahan besar anggota parlemen yang mulai Selasa kemarin mengakhiri reses dan akan bersidang selama sepekan.
Kubu oposisi yang terdiri dari Partai Buruh, Liberal Demokrat, Partai Nasionalis Skotlandia, dan para pembangkang Konservatif berupaya meloloskan RUU yang mewajibkan pemerintah memperpanjang tenggat Brexit jika kesepakatan dengan UE tak tercapai.
Namun, Downing Street akan menolak keputusan parlemen. ”Tak akan ada lagi perpanjangan (tenggat Brexit). Apa yang memperlambat langkah terjadinya Brexit adalah para anggota parlemen ’jahat’ yang ingin menggagalkan Brexit,” kata Menlu Inggris Dominic Raab.
Kalah
Voting yang akan dilakukan parlemen untuk menghentikan langkah Johnson paling cepat berlangsung pada Selasa malam atau Rabu waktu setempat. Mantan Menteri Keuangan Philip Hammond menegaskan, anggota parlemen yang ingin menentang langkah Johnson jumlahnya lebih besar.
Seandainya Johnson kalah di parlemen, ia menyatakan akan mempercepat pemilu menjadi 14 Oktober. Johnson diperkirakan mengagendakan voting parlemen untuk percepatan pemilu pada Rabu (4/9) ini. Partai Buruh menyambut baik percepatan pemilu pada 14 Oktober. Namun, bagi para pembangkang Konservatif di parlemen, tanggal 14 Oktober menjadi dilema.
Alasannya, pekan depan parlemen diskors Johnson sampai 14 Oktober sehingga mereka tidak memiliki waktu cukup untuk menyusun strategi. Selain itu, kubu Konservatif juga masih terbelah apakah akan mendukung percepatan pemilu atau tidak. Jika mendukung, berarti karier mereka di parlemen akan segera berakhir.
Namun, Hammond menegaskan dirinya akan tetap mencalonkan diri sebagai anggota Konservatif pada pemilu mendatang. Ia yakin Downing Street tak akan bisa menghalanginya. ”Ini akan menjadi pertarungan besar jika mereka mencoba menghentikan saya,” katanya.
Kemungkinan pimpinan Buruh Jeremy Corbyn menjadi PM jika menang dalam pemilu juga membuat dilema lain pada anggota Konservatif. Jajak pendapat terbaru menunjukkan, langkah berani Johnson membuat popularitas dirinya dan Partai Konservatif melejit.
Adapun jika Konservatif menang dalam pemilu, Johnson akan segera ”membersihkan” parlemen dari para penentang Brexit tanpa kesepakatan.
(AP/AFP/REUTERS/MYR)