Terapkan Konsep Kota Cerdas, Surabaya Mampu Tekan Anggaran
›
Terapkan Konsep Kota Cerdas,...
Iklan
Terapkan Konsep Kota Cerdas, Surabaya Mampu Tekan Anggaran
Menerapkan konsep kota cerdas, Surabaya mampu menekan anggaran rata-rata hampir Rp 27 miliar setiap tahun. Dana ini bisa dialihkan penggunaannya ke pembiayaan pembuatan sarana publik sehingga warga semakin sejahtera.
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA/IQBAL BASYARI
·4 menit baca
VIENNA, KOMPAS — Menerapkan konsep kota cerdas, Surabaya mampu menekan anggaran rata-rata hampir Rp 27 miliar setiap tahun. Dana ini bisa dialihkan penggunaannya ke pembiayaan pembuatan sarana publik sehingga warga semakin sejahtera.
Hal itu diungkap Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini ketika menjadi pembicara dalam forum Bridge For Cities 4.0 di Gedung Vienna International Center, Austria, Selasa (3/9/2019). Forum yang digelar oleh Organisasi Pembangunan Industri Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNIDO) ini mengangkat tema ”Anchoring Cities in the Circular Economy: The Role of Digital Technology”. Forum ini dihadiri oleh pemangku kebijakan, lembaga swadaya masyarakat, dan akademisi dari sejumlah negara.
Risma mengungkapkan berbagai strategi dan upaya yang telah dilakukannya dalam membangun Kota Surabaya dalam mewujudkan pengembangan digital teknologi terhadap perkembangan keberlanjutan ekonomi, khususnya di kota dengan luas wilayah 350 kilometer persegi ini.
”Kota ini adalah kota terbesar kedua setelah DKI Jakarta dan berfungsi sebagai pusat pengembangan di Indonesia timur. Surabaya telah memanfaatkan teknologi informasi di semua layanan operasional dan publiknya,” kata Risma.
Menurut Risma, layanan yang menggunakan elekronik itu, dimulai dari sistem manajemen keuangan, seperti mengakomodasi proposal pengembangan dan pemantauan masyarakat. Kemudian manajemen sumber daya manusia, antara lain perekrutan, pensiunan, penghargaan, kinerja manajemen aset, e-monitoring keamanan, bantuan sosial, layanan ambulans, ketinggian air, dan layanan lainnya.
Kota ini adalah kota terbesar kedua setelah DKI Jakarta dan berfungsi sebagai pusat pengembangan di Indonesia timur. Surabaya telah memanfaatkan teknologi informasi di semua layanan operasional dan publiknya. (Tri Rismaharini)
Salah satu titik pemasangan panel tenaga surya di traffic light di Kota Surabaya, Jawa Timur.Selain itu, pelayanan publik yang juga sudah diterapkan adalah e-lisensi, rekam medis dan resep, e-pendidikan untuk pendaftaran siswa, serta e-transport untuk kontrol mobilitas dan uji emisi. Bahkan, dokumen kewarganegaraan, seperti kelahiran, kematian, dan pernikahan juga sudah berbasis elektronik. ”Selain pelayanan publik, keluhan masyarakat juga kami fasilitasi dengan elektronik lewat command center 112,” imbuhnya.
Wali kota perempuan pertama di Kota Surabaya itu juga memastikan bahwa pelayanan publik berbasis daring (online) tersebut memiliki banyak dampak positif bagi masyarakat. Risma mengatakan, program berbasis digital ini menunjukkan layanan yang transparan, akuntabel, dan lebih diketahui oleh masyarakat.
Ia juga memastikan, manfaat lain dari pemanfaatan digital ini adalah mampu mengendalikan mobilitas orang di kota. ”Semua sistem ini dilakukan agar masyarakat juga dapat memantau secara online” papar Risma.
Melalui berbagai program ini, kata Presiden Asosiasi Pemerintah Daerah se-Asia Pasific (UCLG Aspac) memastikan anggaran pengeluaran mampu dihemat 1.9 juta dollar AS. ”Ini setara dengan Rp 27,5 miliar per tahun,” katanya.
Penggunaan teknologi dalam bidang transportasi, Pemkot Surabaya juga telah mengembangkan berbagai aplikasi. Salah satunya adalah aplikasi Gobis yang dapat memantau posisi Suroboyo Bus. Aplikasi ini dikembangkan lagi menjadi aplikasi Transportasiku yang mengcover berbagai aplikasi lainnya.
”Aplikasi Transportasiku ini dapat memberikan notifikasi gangguan arus lalu lintas dan dapat mengetahui posisi Suroboyo Bus. Jadi, kegunaannya sangat banyak,” ujarnya.
Beroperasi 24 jam
Layanan command center (CC) 112 berfungsi menangani berbagai masalah dan keluhan masyarakat Surabaya. Petugas dari 112 tidak hanya terdiri atas tim penyelamat saja, tetapi juga ada psikolog. ”Psikolog untuk membantu mengatasi masalah sosial warga. Layanan ini buka 24 jam nonstop setiap hari dan gratis tidak dipungut biaya sepeser pun,” papar Risma.
Selain itu, Wali Kota Risma juga memaparkan keberhasilannya dalam pengelolaan limbah sampah. Bahkan, satu per satu terobosannya dijelaskan kala itu, mulai dari aplikasi yang dibuat untuk memantau pengumpulan sampah hingga tempat pembuangan akhir (TPA) yang dapat mengeluarkan energi listrik.
Aplikasi ini bekerja untuk memantau ketepatan truk sampah saat mengangkut karena jika terlambat sedikit saja, akan berdampak pada kualitas lingkungan.
Aplikasi Transportasiku ini dapat memberikan notifikasi gangguan arus lalu lintas dan dapat mengetahui posisi Suroboyo Bus. Jadi, kegunaannya sangat banyak.
Dalam menjalankan program ini, pihaknya mengaku semua lapisan masyarakat juga ikut mendukung gerakan pengelolaan limbah sampah, seperti di tingkat rumah tangga yang memilah sampah organik dan anorganik. ”Kalau sampah anorganik dibawa ke bank sampah yang tersedia di 371 lokasi di seluruh kota. Bank sampah itu bisa menampung 7,14 ton sampah per minggu dan menghasilkan pendapatan sampai 11.000 dollar AS per bulan,” imbuhnya.
Ia menambahkan, poin penting dari segala program yang dilakukan adalah keterlibatan masyarakat terhadap program itu sendiri. Untuk mendukung aplikasi ini, pihaknya sudah menyediakan 200 mesin kios dan 3392 koneksi internet di tingkat komunitas. Bahkan, kini sudah terpasang 1.900 titik Wi-Fi di seluruh Kota Surabaya tersebar di taman, ruang publik lain termasuk perpustakaan dan kantor kelurahan serta kecamatan.